Setitik Air Mata Berjuta Makna

Setitik Air Mata Berjuta Makna

  • Mengambil Pelajaran dari Hujan yang Dimulai dengan Setetes

Bisyr bin Al-Harits merupakan seorang yang suka berkelana lagi fanatik. Pada suatu hari saat beliau berjalan-jalan tiba-tiba menemukan secarik kertas yang berisi; bismillahirrahmanirrahim. Lalu beliau menghapusnya, selanjutnya, kertas itu beliau letakkan di saku. Pada waktu itu beliau hanya mempunyai uang sebanyak dua dirham. Lalu beliau pergi ke penjual minyak wangi. Uang dua dirham itu beliau pergunakan untuk membeli minyak wangi yang bermerek “ghaliyah”. Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke dalam kertas. Kemudian pada malam itu, beliau tidur, ternyata beliau bermimpi seakan-akan ada orang berkata, “Wahai Bisyr bin Al-Harits, Anda telah mengangkat nama kami di tengah jalan sekaligus telah mengharumkannya. Sungguh Aku akan mengharumkan namamu di dunia dan di akhirat.”

Selain itu Bisyr bin Al-Harits juga termasuk orang yang suka menangis – matanya tidak henti-henti dari menangis. Beliau berkata, “Demi Allah, aku suka menangis hingga air mataku berhenti. Setelah itu, aku menangis darah karena rasa cemas dan harap, sehingga tidak ada luka yang ada di badanku.”

Beliau juga berkata, “Barang siapa yang tidak bisa menangis, maka hendaklah ia kasihan kepada orang-orang yang menangis. Karena orang yang menangis itu sebenarnya ia menangis karena ia mengetahui benar hakikat dirinya sendiri dan dampak kejahatan yang akan dipetiknya. Padahal, ia belum meniti perjalanan menuju kepada-Nya.”

Kemudian datanglah orang besar yang berkata,“Wahai Bisyr, aku rindu kepada Anda. “Setelah itu, Bisyr berkata kepadanya, “Tetapi, aku tidak rindu untuk bisa melihatmu.” Orang besar itu berkata kepadanya, “Berilah aku nasihat!” Bisyr berkata, “Menangislah kamu, karena dengan apa saya menasehatimu, sedangkan di depanmu kuburan dan istana. Wahai orang besar, bagaimana sikapmu apabila kamu disadarkan Allah di hadapan-Nya dan kamu ditanya tentang biji sawi, kulit biji sawi dan benang yang ada di lobang biji sawi, padahal kamu telanjang bulat di hadapan seluruh umat manusia yang pada saat itu mereka memerhatikanmu.”

Ternyata, pelajaran yang berharga itu mampu mengalahkan orang besar itu sehingga ia menyuruh pegawainya untuk memberikan hadiah kepada Bisyr, namun beliau menolaknya seraya berkata kepadanya, “Kembalikanlah hadiah itu kepada orang yang kamu mengambil darinya, sebelum para pemiliknya menuntutmu di akhirat kelak.”

AIR MATA PARA NABI

  • Air Mata Nabi Adam as.

Allah swt. berfirman, “Dan Kami berfirman, “Hai Adam, diamilah olehmu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. “Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan. “Kemudian Adam menerima beberapa kalimat Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah 35-37)

Setelah mendapatkan kenikmatan yang kekal abadi dan kebahagiaan menetap di surga, maka semua keadaan berbalik seratus delapan puluh derajat. Berbaliknya keadaan semacam itu disebabkan kedengkian dan dendam kesumat Iblis kepada nenek moyang kita, Adam as. Hal itu disebabkan karena ia terperdaya dengan kesombongannya bahwa ia merasa menjadi makhluk yang paling baik dibandingkan dengan Adam. Karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah.

Diceritakan dari Mujahid bahwa sewaktu Nabi Adam makan dari sebuah pohon, maka semua perhiasan surga jatuh berguguran, sehingga tidak ada satu pun dari perhiasan surga kecuali terlepas darinya. Dalam keadaan seperti itu, lalu Adam memperhatikan Hawa sambil menangis dan berkata, “Bersiap-siaplah engkau untuk keluar dari tetangga Allah.” Peristiwa ini merupakan awal mula kemaksiatan yang telah dilakukan Adam.

Maka Allah memberikan wahyu kepada dua orang malaikat: “Keluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Ku, sebab sesungguhnya mereka berdua telah durhaka kepada-Ku.”

Lalu malaikat Jibril pun mencabut mahkota dari kepala Adam, dan malaikat Mikail melepaskan mahkota dari lengan Adam. Setelah Adam turun dari kerajaan nan suci ke perkampungan kelaparan dan keletihan, maka ia menangis atas dosa yang telah diperbuat selama seratus tahun. Ia menangis selama itu sambil membentur-benturkan kepalanya di atas lututnya sehingga bumi menumbuhkan rerumputan dan pepohonan sebab tetesan air matanya.

Dari kejadian itu, sebenarnya Aku (Allah) kasihan atas kelemahanmu, Aku telah menerima taubatmu, Aku telah mendengar permohonanmu, dan Aku pun telah mengampuni dosamu. Sebagaimana tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 37.

Wahab bin Munabbih berkata, “Begitu hebatnya musibah yang menimpa Adam, yang menyebabkan Adam menangis meraung-raung dan menderita kesedihan yang mendalam, sampai-sampai para malaikat pun bersedih hati karena kesedihan Adam dan mereka pun menangis karena tangisan Adam. Bahkan, Adam menangisi surga selama dua ratus tahun, sehingga Allah mengutus malaikat datang kepada Adam dengan membawa sebuah tenda dari surga, lalu tenda itu diletakkan untuknya ditempat Ka’bah sebelum Ka’bah itu dibangun.

  • Air Mata Nabi Nuh as.

Dalam kitab shahih al-Bukhari diceritakan dari Ibnu Abbas ra., ia berkata, “Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh itu sepuluh generasi, tetapi semuanya memeluk Islam.”

Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka ia ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itu dan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia). (Al-Ankabut 14-15)

Sekalipun demikian, namun putera Nuh yang bernama Yam, yaitu saudara Sam, Ham, dan Yafits, enggan mengikuti Nuh ketika ia diajak Nuh naik di atas kapal keselamatan, diajak untuk berserah diri secara total kepada Allah, bertaubat dan kembali kepada-Nya. Justru, ia menjadi orang yang sangat menentang dan sangat dalam kekufurannya, sehingga ia termasuk orang-orang yang tenggelam.

Bagaimana saat-saat yang menegangkan ini bisa terjadi, padahal seorang bapak mengharapkan anak-anaknya agar ia berserah diri kepada Allah. Sesungguhnya ini merupakan detik-detik yang seorang bapak merasa cemas, belas kasih dan kasihan kepada anaknya sehingga ia berharap kepada Allah dengan diiringi kucuran air mata agar ia berkenan mengasihani dia. Seorang bapak cemas jangan sampai anaknya mati dalam keadaan kafir karena hanyut dalam banjir bandang yang amat dahsyat itu. Memang, ia telah dibujuk rayu oleh iblis, laknatullah, sehingga ia termasuk orang-orang yang tenggelam dalam banjir bandang. Sekalipun demikian, sang ayah tetap berdoa kepada Allah dengan menangis, dan penuh kasih sayang serta belas kasih agar Dia berkenan mengmpuni dosanya dan mengasihani dia. Karena ia adalah buah hatinya dan kebahagiaan hatinya pula.

  • Air Mata Nabi Muhammad saw. Karena Belas Kasihan Kepada Umatnya

Nabi adalah orang yang penuh kasih sayang terhadap umatnya, merasa kasihan dan kuatir jika umatnya mendapatkan siksa. Ketika terjadi gerhana matahari, maka diceritakan bahwasannya Nabi saw. shalat dan menangis dalam do’anya karena takut akan umatnya jika mereka binasa karena mendapat siksaan dari Allah.

Sebagaimana do’a yang dipanjatkan Nabi adalah: “ Wahai Rabbku, bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menyiksa mereka selagi aku masih berada di tengah-tengah mereka? Bukankah Engkau telah berjanji kepadaku bahwa Engkau tidak akan menyiksa mereka selama mereka memohon ampunan kepada Engkau.”

Begitu Rasulullah saw. selesai dari shalatnya, maka matahari telah kembali seperti semula.

  • Air Mata Nabi Muhammad Ketika Ditinggal Mati Putrinya

Ketika Nabi Muhammad melihat puteri beliau dibawa di hadapan beliau dengan keadaan nyawanya dicabut malaikat. Lalu beliau menangis sebagai tanda kasih sayang kepadanya. Mengingat, beliau melarang berteriak-teriak dan menangis dengan bersuara.

Ibnu Abbas bercerita, “Pada suatu ketika Nabi Muhammad datang ke rumah puterinya yang satu itu ia berada di tempat keramaian lalu beliau mengangkatnya dan beliau meletakkannya di pangkuan beliau hingga akhirnya meninggal. Begitu ia meninggal, maka kedua mata beliau mengeluarkan air mata yang juga diikuti tangis Ummu Aiman. Lalu Ummu Aiman ditegur oleh seorang sahabat, “Apakah engkau menangis di dekat Rasulullah?” Jawab Ummu Aiman, “Bagaimana saya tidak menangis, sementara Rasulullah sendiri menangis?” Nabi bersabda, “Sesungguhnya saya tidak menangis kecuali tangisan yang merupakan bentuk kasih sayang. Memang, orang mukmin apabila nyawanya keluar diantara lambungnya, maka ia pasti memuji Allah Azza wa Jalla.”

  • Kesimpulan Dari Kisah Tangis Para Nabi

Menangis adalah tanda keikhlasan dan bukti yang menunjukkan atas rasa takut kepada Allah swt. Dengan demikian, ia tidak akan berani melakukan perbuatan kemaksiatan di hadapan orang banyak sekalipun hanya sekejap mata karena ia tercegah oleh rasa takut kepada Allah. Namun, begitu ia melakukan ketaatan kepada Allah, justru ia telah memantapkan keikhlasan sehingga ia bisa menangis karena cemas dan harap.

Yazid bin Maisarah berkata, “Tangis itu disebabkan tujuh hal; tangis karena senang, tangis karena sedih, tangis karena cemas, tangis karena takut riya’, tangis karena sakit, tangis karena rasa syukur, dan tangis karena rasa takut kepada Allah. Itulah tipe tangis yang akan mengalir dari mata seperti halnya mengalirnya lautan dari api neraka.”

Dengan demikian, tangis ada dua macam; tangis yang terpuji dan tangis yang tercela. Tangis yang terpuji ialah tangis yang didorong oleh perasaan hati yang lembut, di samping didorong oleh rasa takut kepada Allah. Sedangkan tangis yang tercela ialah tangis yang dipicu oleh keinginan untuk memperoleh perhatian manusia dan tangis yang hanya sekedar basa-basi.

Judul Buku                       :  SETITIK AIR MATA BERJUTA MAKNA

                                            (Kisah Tangis para Nabi, Shahabat dan Salafus Shalih)

Pengarang                         : Abul Fida’ Muhammad Izzad

Penerbit                            : MITRA PUSTAKA

Diresume oleh, Siti Maftukhatul Khoiriyah semester III

Leave a Reply