Seni Kepemimpinan Para Nabi

Seni Kepemimpinan Para Nabi

Kualitas kepemimpinan menjadi salah satu indikator penting, maju tidaknya suatu bangsa. Membahas tentang kepemimpinan berarti kita harus menguraikannya dalam konteks kekinian, tentang idealisme kepemimpinan menurut Islam. Benturan peradaban yang digagas oleh Hungtinton diakibatkan oleh perbedaan identitas budaya dan agama setelah terjadinya perang dingin. Hungtinton mengemukakan budaya dan agamalah yang kerap kali menyebabkan terjadinya konflik.

Istilah peradaban sering kali disamakan dengan sistem kebudayaan dan sistem pengelolaan masyarakat. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, Peradaban diartikan sebagai :

 

  1. Kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin. Bangsa-bangsa di dunia ini tidak sama tingkatnya.
  2. Hal yang menyanngkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa.

Beberapa tokoh dunia pun mencoba mendefinisikan apa makna dari peradaban (civilization). Seperti Prof. Koentjoroningrat yang memaknai peradaban sebagai bagian-bagian yang halus dan indah, layaknya seni. Masyarakat yang telah maju di dalam kebudayaan tersebut berarti mempunyai peradaban yang tinggi. Alfred Weber mengemukakan bahwa pengertian peradaban ialah mengacu kepada suatu pengetahuan praktis dan juga intelektual, serta juga suatu kumpulan cara yang bersifat teknis yang difungsikan untuk mengendalikan alam. Adapun kebudayaan tersebut terdiri atas serangkaian nilai, prinsip, normatif, dan juga ide-ide yang bersifat unik.

Dalam teorinya, Huntington membagi peradaban hari ini menjadi beberapa pembagian yaitu di antaranya adalah Peradaban Barat, Peradaban Islam, Peradaban Orthodoks, Peradaban Hindu, Peradaban Budha, Peradaban Sino, Peradaban Jepang, Peradaban Afrika, Peradaban Amerika, Peradaban Latin, Peradaban Independen.

Seperti halnya peradaban-peradaban lain yang dibangun, peradaban Islam memiliki sebuah pandangan dunia (worldview) yang kemudian membentuk ideologi dan pada akhirnya membentuk peradaban. Pengertian Islamic worldview oleh beberapa ulama abad ke-20 diartikan menjadi banyak istilah atau terma, di antaranya adalah:

  1. Maulana Al-Mawdudi mengistilahkan islamic worldview dengan Islam nazariat (islamic vision).
  2. Sayyid Qutb mengistilahkan islamic worldview dengan at-Tasawwur al-Islamy (islamic vision)
  3. Mohammad Ashif Al-Zayn mengistilahkan islamic worldview dengan al-Mabda’ al-Islamy (Islamic Principle).
  4. Syekh Naquib Al-Attas mengistilahkan islamic worldview dengan ru’yatul Islam lil wujud (islamic worldview).

Selanjutnya islamic worldview membentuk pijakan bagi setiap muslim dalam berpikir dan berkehendak (ideologi). Tentu pijakan dalam berkehidupan yang disandarkan pada dalil-dalil yang ada (al-Qur’an maupun hadis). Pijakan yang benar dan kuat akan menghasilkan pemahaman dan penghayatan akan ideologi yang kuat pula. Seperti halnya ideologi-ideologi yang ada di dunia ini, ideologi hadir untuk didukung. Setiap manusia pastinya akan tertarik pada ideologi tertentu. Bahkan seorang yang tidak memilih ideologi pun, tanpa sadar ia sudah memilih ideologi untuk tidak berideologi.

Berkembangnya peradaban Islam dibangun dan berpengaruh di dalam percaturan peradaban-peradaban di dunia, maka kita dapat memetakan beberapa fase dalam perkembangan peradaban Islam di antaranya yaitu:

  1. Tahapan pertama adalah masa sebelum kehadiran Rasulullah hijrah ke Madinah.
  2. Tahapan yang kedua adalah saat Rasulullah hijrah ke Madinah hingga masa Khalifah Rasyidah.
  3. Tahapan yang ketiga yakni, sepeninggalan Khalifah Rasyidah hingga kini.

Pada setiap fase peradaban Islam terdapat banyak peristiwa-peristiwa sejarah. Peristiw-peristiwa sejarah tersebut merekonstruksi tatanan kehidupan bermasyarakat. Sehingga dari peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi di setiap perguliran fase peradaban Islam, membentuk cara pandang, yang pada akhirnya mendasari terbangunnya peradaban. Landasan peradaban Islam diukur dari seberapa jauh al-Qur’an dan hadis yang diimplementasikan pada kehidupan masyarakat saat itu. Semasa Rasulullah hidup, tentunya tidak akan menemukan kesulitan dalam pengejawantahan syariat Islam, karena keberadaan sosok Rasulullah lah sumber syariat Islam yang tak lain dan tak bukan adalah dustur ilahiah yang mengalir melalui lisan Muhammad saw. Acuan dan titik tumpu pembangunan peradaban (kala masih dalam skala pembangunan masyarakat madani), begitu kuat bertumpu pada sumber kebenaran itu sendiri.

Rekonstruksi peradaban Islam jatuhnya Khalifah Utsmaniyah pada tahun 1924 M menjadi peristiwa pelecut semangat bagi umat Islam yang saat itu tergabung dalam kelompok-kelompok gerakan Islam. Sejak saat itu, barulah seakan kesadaran untuk membangun tata kelola yang berlandasan dustur-dustur ilahiah kembali bangkit. Jika meninjau ilmu maqashid syariah, maka jelaslah hadirnyanya syariat Islam di dunia ini ada untuk lima hal. Hal-hal tersebut adalah untuk menjaga agama, diri, akal, harta, dan keturunan. Dari sana semakin tergambar bahwa kebudayaan syariat Islam yang berujung pada terbangunnya peradaban Islam menjadi keperluan dalam setiap muslim.

Peradaban Islam terwakili oleh negara-negara berhaluan Islam. Negara-negara ini terbesar dikawasan Asia, bagian utara Afrika dan sebagian benua Eropa. Pengaruh terbesar dalam dinamika percaturan peradaban-peradaban besar hari ini di antaranya adalah pada latar belakang politik dan ekonomi. Ada perbedaan pendapat dalam penentuan mana yang lebih dahulu memengaruhi yang lain. Beberapa ahli menyebutkan politik digunakan untuk kepentingan ekonomi, yang lain menyebutkan ekonomi digunakan kepentingan politik. Perbedaan pendapat yang terjadi menandahkan keterkaitan antara politik dan ekonomi adalah relatif. Bergeraknya peradaban-peradaban di dunia menuju masa depan mengikuti singgungan dan gesekan antara peradaban satu dengan yang lain. Peradaban yang kuat akan mampu mengarahkan gerak peradaban yang lain, bisa dengan resultan yang sama sehingga antar peradaban saling bergerak harmonis ataupun berlainan sehingga menghambat berkembangnya suatu peradaban.

Mengubah keadaan yang ada pada suatu kaum berupa kenikmatan dan keselamatan, lalu dia hilangkan hal itu dari mereka dan menghukum mereka kecuali karena mereka mengubah diri dengan melakukan kezaliman, kemaksiatan, kerusakan, mengerjakan keburukan, dan dosa yang merobohkan bangunan masyarakat dan menghancurkan eksistensi umat. Sebagaimana Allah mengubah keadaan orang-orang yang kalah pada perang Uhud karena sikap berubah yang dilakukan para pemanah dan contoh-contoh lainnya yang ada dalam syariat.

Peradaban yang senantiasa mengalami perubahan dari segi muatan dan arah, bearda pada posisi pertengahan antara individu dan satuan kosmis alam semesta. Peradaban dapat jatuh ketika tidak ada ideologi yang menjadi salah satu muatan sekaligus pengikat sebuah peradaban. Peradaban juga dapat meluas (berekspansi) ketika terjadi suatu ekspansi ideologi ke teritori sekitarnya. Akan tetapi, semua itu tetap bergulir dengan ketentuan dari izin Allah.

Sebagai contoh sederhana, hadirnya manusia di bumi kerap kali menjadi penyebab ketidak seimbangan alam. Penebangan hutan sebagai bentuk kelakuan manusia dalam memenuhi kebutuhan materialnya kerap kali tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan kepada ekosistem pada hutan tersebut. Setiap perubahan dalam semesta ini tentunya di bawah kehendak Allah. Perubahan-perubahan dalam skala mikro hingga perubahan dalam skala makro sudah seharunya berada di dalam pengawasan dan izin Allah. Adapun manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memiliki potensi untuk membuat kerusakan di muka bumi sehingga mengakibatkan ketidak seimbangan di alam semesta ini.

Aktivitas metabolisme adalah proses kimiawi yang terjadi pada tubuh makhluk hidup. Metabolisme pada sel akan dipengaruhi oleh rangsangan kimiawi yang memampar tersebut. Respon yang diberikan pun berlangsung dengan proses kimiawi. Aktivitas metabolisme pada sel berasal dari ketubuhan akan materi dan energi yang akan digunakan setiap sel untuk tetap hidup. Energi pada sel didapat dari molekul-molekul organik yang berasal dari apa yang dimakan oleh manusia.

Perubahan-perubahan yang ada pada sel antara lain seperti saat sel beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak ideal, kemudian saat sel hendak berkembang biak, dan seterusnya. Perubahan yang terjadi pada sel memiliki kaidah sebab akibat di dalamnya yang dari sana Allah telah menetapkan kadar ketentuan di balik itu semua.

Para fisikawan memgatakan bahwa dinamika dalam atom adalah didasarkan pada dualisme sifat elektron, yaitu sebagai gelombang sekaligus sebagai partikel. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan lain di sertai pemancaran atau penyerapan sejumlah energi yang harganya sama dengan selisih kedua tingkat energi tersebut.

Menurut Niels Bohr─salah seorang fisikawan terkemuka dunia─atom merupakan inti kecil bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit sirkular mengelilingi inti-mirip sistem tata surya, tetapi peran gaya gravitasi digantikan oleh gaya elektrostatik. Seperti yang terjadi dalam sel pada makhluk hidup, proton dan partikel lain penyusun atom berdinamika atas kadar ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Perubahan adalah suatu keniscayaan. Bahkan ia menjaditanda dan sifat dari sesuatu yang “hidup”. Islam menjelaskan tanda-tanda perubahan dan arahan atau jalan bagi manusia untuk memimpin dan mengelolah perubahan dengan benar dan tepat. Indra, anggota, tubuh, akal, dan hati merupakan anugerah Allah yang dapat digunakan untuk mengelolah perubahan. Sedangkan agama menjadi petunjuk ilahiah bagi manusia di dalam mengelolah perubahan itu secara benar, selaras dengan hukum syar’i dan sunnah (hukum-hukum yang berlaku dalam alam). Keduanya harus berpadu dan tak bisa dipisahkan satu sama lainnya.

Kausalitas material adalah kompleksitas interaksi antar unsur-unsur basyariah (kemanusiaan) berupa indra, anggota tubuh, akal dan hati dalam kepentingan kolektif umat manusia secara material, teknis, dan organisasi. Kausalitas transedent aladalah kompleksitas interaksi antar unsur-unsur ilahiyah, di mana nilai “kebenaran hakiki” dan “jalan hidup yang benar”di letakkan bagi manusia.

Faktor-faktor eksternal di luar diri manusia ditempatkan sebagai faktor pemicu dan pengembang (accelerating and advancing factors). Itulah sebabnya Nabi Muhammad di dalam membangun kembali masyarakat muslim baru di kota Madinah mendasarkan kekuatannya pada:

  1. Kesatuan visi dan orientasi hidup (dengan langkah membangun masjid).
  2. Semanagat persatuan dan solidaritas (mempersaudarakan muhajirin dan anshar).
  3. Kemandirian dalam bidang ekonomi (membangun pasar muslim yang mandiri dari pasar Yahudi).
  4. Kedaulatan politik umat (perjanjian madinah sebagai wujud kontrak sosial denagan pemeluk agama lain).

Diawali oleh interaksi pada setiap perubahan, sesungguhnya yang berubah dan terus berkembang adalah gejala atau fenomena dari perubahan itu sendiri. Gejala atau fenomena tersebut, terjadi sebagi dampak dari proses interaksi dan kreasi antar manusia yang melibatkan aspek material, teknis, dan organisatoris.

Gejala menurut kamus besar Bahasa Indonesia berarti perihal (keadaan, peristiwa, dan sebagainya). Yang tidak biasa dan patut diperhatikan (adakalanya menandakan akan terjadi sesuatu). Gejala secara bahasa berarti kejadian atau peristiwa yang diamati dan dijadikan dasar untuk mempertanyakan peristiwa atau kejadian itu. Gejala yang terus berubah dan berkembang disebabkan oleh interaksi antaraspek yang menyusunnya. Sebelumnya telah terdefinisi bahwa aspek yang terlibat antara lain, aspek material, teknis, dan organisatoris.

Aspek teknis dalam konteks interaksi yang menyebabkan berkembangnya gejala perubahan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan aspek ruang dan waktu. Interaksi terjadi pasti dalam koridor ruang dan waktu. Sedangkan aspek organisatoris dalam konteks interaksi yang menyebabkan berkembangnya gejala perubahan, berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan konstruksi kejadian dan peristiwa.

Judul Buku          : Seni Kepemimpinan Para Nabi

Penulis                 : Bachtiar Firdaus

Tahun                  : 2016

Halaman              : 328

Penerbit               : Quanta

Diresume oleh, Mukhtir R. Rodho semester III

Leave a Reply