Sejarah

Sejarah dan Kejadian Luar Biasa di Malam Nisfu Sya’ban

Bulan Sya’ban adalah bulan yang berada di pertengahan antara bulan Ramadhan dan bulan Rajab, bulan Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia, bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadhan. Dinamakan sebagai bulan Sya’ban karena pada bulan ini terpancar bercabang-cabang kebaikan yang begitu banyak. Menurut pendapat lain Sya’ban berasal dari kata Syi’b yang berarti jalan di sebuah gunung atau dapat diartikan sebagai jalan kebaikan. Adapula sebagian ulama yang mengatakan Sya’ban berasal dari kata Sya’a ban, yang berarti terpancarnya keutamaan.

Imam Ibnu Rajab menyebutkan bahwa orang pertama kali yang melakukan peribadatan di malam bulan Sya’ban (memuliakan bulan Sya’ban) di kota Syam adalah Khalid bin Ma’dan, Ishaq bin Rahawaih dan Luqman bin Amir. Khalid bin Ma’dan adalah salah seorang ulama tabiin yang luar biasa alimnya dan beliau juga salah satu ulama fikih di kota Syam. Saking alimnya, tasbih yang beliau baca setiap harinya adalah 40.000 kali, dan itupun belum termasuk bacaan al qur’annya. Diceritakan bahwa di saat beliau meninggal dan hendak dimandikan, jari tangannya bergerak selayaknya orang yang sedang bertasbih. Beliau wafat pada tahun 102 H, pada saat ia sedang berpuasa.

Adapun Imam Ishaq bin Rahawaih, beliau merupakan seorang ulama yang terkenal pada masanya, beliau adalah seorang ulama fikih dan ulama hadits, sampai Imam Dzahabi menyebut beliau sebagai Sayyid Huffazh. Imam Bukhari dan Imam Muslim juga termasuk murid dari beliau. Sedangkan Luqman bin Amir adalah murid dari Khalid bin Ma’dan, yang mana beliau ini adalah seorang tabi’in yang terkenal pada masanya dan sangat dipercayai oleh gurunya dan juga orang-orang di masanya.

Selain para ulama di kota Syam, pelaksanaan Nisfu Sya’ban juga dilakukan oleh para penduduk di kota Mekkah, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Al-Fakhiri bahwasanya “para penduduk Mekkah dari dahulu hingga sekarang, jika malam Nisfu Sya’ban tiba, maka mayoritas laki-laki dan perempuan akan menuju keluar masjid, mereka sholat dan thowaf. Mereka hidupkan malam mereka hingga pagi dengan membaca al-Qur’an dalam Masjidil Haram hingga khatam dan kemudian mereka sholat. Di antara mereka ada yang sholat di malam itu seratus rakaat, setiap rakaat membaca surah al-Fatihah dan surah al-Ikhlas sepuluh kali. Mereka juga mengambil air zamzam, meminum dan memandikannya, mereka menyimpannya untuk orang yang sakit, dengan itu semua mereka berharap keberkahan malam Nisfu Sya’ban”

Adapun kelebihan khusus pada malam Nisfu Sya’ban salah satunya ialah Allah Swt turun ke bumi dan Allah Swt mengampuni seluruh mahlukNya, hal ini sesuai dengan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abu Musa, yang artinya “Dari Rasulullah Saw beliau bersabda “Sesungguhnya Allah Swt pada malam Nisfu Sya’ban menengok (turun ke dunia), maka Allah Swt mengampuni seluruhnya, kecuali orang musyrik dan orang-orang yang bermusuhan dengan saudaranya”

Hadits diatas ini juga banyak yang meriwayatkannya seperti Ibnu Majah, Thabrani, Ibnu Hibban, Bazzar, Abu Sya’labah Al-khusyani, Abu Hurairah, Abdullah bin Amar serta juga diriwayatkan oleh Katsir bin Murrah Al-Hadhrami. Sehingga kedudukan hadis ini tidak diragukan lagi kesahihannya. Dan perlu di garis bawahi bahwasanya kelebihan yang ada dalam hadits diatas hanya akan diberikan kepada orang-orang yang menghidupkan malam tersebut dengan beribadah.

Adapun peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di bulan Sya’ban ini diantaranya adalah:

  1. Perpindahan kiblat dari Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsa ke Mekkah (Ka’bah)

Ketika Nabi Muhammad masih berada di Mekah, beliau beserta pengikutnya melakukan shalat dengan menghadap ke Baitul Maqdis atau Masjid al-Aqsa, hal ini dimaksudkan agar Nabi Muhammad beserta pengikutnya itu menghadap ke tempat yang suci, bebas dari berhala dan sesembahan. Ada pendapat yang mengatakan ketika Nabi Muhammad berada di Mekah dan belum hijrah ke Madinah, kondisi Masjid al-Haram masih dipenuhi berbagai macam berhala yang jumlahnya berkisar kurang lebih 309 jenis berhala. Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau masih tetap sholat dengan menghadap ke Baitul Maqdis selama 17 bulan. Sebelum Nabi Muhammad menghadap ke Baitul Maqdis, ada kaum Yahudi yang lebih dahulu ketika melakukan ritual menghadap ke Baitul Maqdis, ketika kaum Yahudi ini tau akan ibadah Nabi beserta kaumnya itu sama-sama menghadap ke Baitul Maqdis, mereka menyambut kedatangan Nabi dengan baik, karena mereka mengira ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad mengikuti cara ibadah dan kiblat yang dilakukan oleh kaum Yahudi. Berdasarkan hal ini kaum Yahudi mengajak Nabi Muhammad agar bergabung bersama mereka. Dari sinilah Nabi Muhammad berharap agar kiblat kaum muslim diubah ke arah Ka’bah. Hingga pada akhirnya apa yang diharapkan oleh Nabi Muhammad tersebut dikabulkan oleh Allah dengan firmanNya dalam surat al-Baqarah ayat 144.

  1. Penentuan umur manusia

Sayyid Muhammad bin Abbas membahasakan dengan istilah fi syahri sya’ban tuqaddaru al-A’mal, pada bulan Sya’ban umur manusia ditentukan oleh Allah. Artinya Allah menentukan umur manusia apakah pada tahun itu dia masih tetap hidup atau akan mati, ditambah atau justru dikurangi umurnya. Dari sinilah mengapa manusia khususnya umat muslim memuliakan bulan Sya’ban ini dengan mengadakan sedekah dan silaturahmi, dengan harapan ketika memang mereka benar-benar akan mati di tahun itu mereka mati dalam keadaan husnul khatimah.

  1. Amal setahun dilaporkan pada bulan ini

Salah satu kejadian besar di bulan Sya’ban adalah diangkat dan dilaporkannya amal perbuatan manusia kepada Allah selama satu tahun. Sayyid Muhammad bin Abbas al-maliki mengistilahkan pelaporan amal-amal perbuatan manusia dengan istilah al-Raf’u al-Akbar wa al-Ausa’, yaitu laporan terbesar dan terluas dalam kehidupan manusia.

  1. Turunnya ayat al-Qur’an tentang bersholawat kepada nabi Muhammad

Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki mengatakan sesungguhnya pada bulan ini turun ayat al quran surat Al Ahzab ayat 25 tentang sholawat dan salam atas Nabi Muhammad Saw. Yang artinya “Sesungguhnya Allah dan Malaikat bersholawat kepada Nabi”. Abi Shoyyif al-Yamani, Imam Syihabuddin al-Qhastolani yang menukil dalam kitab Al-Mawahib, serta Al-Hafidz Ibnu Hajar sama-sama mengatakan bahwasanya kaum muslimin dianjurkan bahkan perintahkan untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad yang berdasarkan pada surat Al Ahzab ayat ke 25 tersebut.

Adapun amalan-amalan yang dianjurkan pada bulan Sya’ban ini diantaranya adalah:

  1. Membaca surat Yasin sebanyak 3 kali pada malam bulan Sya’ban
  2. Memperbanyak berdo’a di malam bulan Sya’ban
  3. Melaksanakan sholat sunnah Sya’ban
  4. Berpuasa nisfu Sya’ban
  5. Memperbanyak membaca kalimat Syahadat
  6. Memperbanyak membaca sholawat
  7. Memperbanyak membaca Alquran

Referensi

Ridha, Ahmad Noor. 2013. Nisfu Sya’ban. Bogor: Ma’had Az-Zaein Al-Makky Al-‘Aly.

Yahya, Buya. Hujjah Ilmiah Amalan di Bulan Sya’ban. Pustaka Al-Bahjah, t.t.

Juriyanto, Muhammad. Panduan Ibadah di Bulan Sya’ban. Yayasan Pengkajian Hadis el-Bukhari Institute, t.t.

al-Maliki, Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas. 2003. Ma dza fi Sya’ban

Sebagai Sundawie, Abu Ghozie. Kemuliaan Bulan sya’ban. Yayasan Surabaya Mengaji, t.t.

Kontributor: Samsil Aminullah, Semester III

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *