Pelawak Memed Mini Ceritakan Pengalamannya tentang Keberkahan Seorang Guru (Abah Noer)

Pelawak Memed Mini Ceritakan Pengalamannya tentang Keberkahan Seorang Guru (Abah Noer)

Ma’had Aly – Pelawak yang juga berprofesi menjadi pendakwah, H. Memed Mini menceritakan pengalamannya saat menjadi santri Abah Noer di Pesantren Asshiddiqiyah dan tentang betapa besarnya keberkahan ilmu dari seorang guru. Bagaimanapun guru adalah tetap guru, tidak ada yang bisa menghilangkan jasa dan sumbangsihnya dalam menghantarkan seseorang mencapai ilmu.

“Saya kasih tahu ini, betapa besarnya keberkahan ilmu seorang guru. Walaupun saya tidak pernah merasakan duduk di kelas ‘ngaji’, tapi dengan wasilah Abah Noer, saya (bisa) berkenalan dan bercengkerama dengan kiai-kiai terkenal pada masa itu,” terang pelawak lawas nan legendaris itu saat mengisi acara Majelis Dzikir bersama para Sahabat Abah di Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta, pada Sabtu (05/02/22).

Lebih lanjut, pemeran tokoh Tomi, si bocah bader dalam film Chips itu menceritakan bahwa ia masuk (menjadi santri) di Asshiddiqiyah sejak tahun 1993 dan melalui wasilah gurunya yang tak lain adalah Abah Noer. Ia bisa berkenalan dan bercengkerama dengan kiai-kiai kondang pada masa itu, seperti Gus Dur, KH. Zainuddin MZ, dan KH. Manarul Hidayat.

Pelawak yang akrab disapa Cak Memed itu menyebut dirinya hanyalah ‘gedibal’nya kiai, yang mana semasa menjadi santri kerjaannya hanya menghibur dan membawakan sandalnya kiai saja. Namun, lantaran keberkahan ilmu seorang guru yang ia dapat melalui Abah Noer, ia berhasil mengajak teman-teman lawaknya untuk masuk ke Pesantren Asshiddiqiyah juga. “Itulah mengapa teman-teman pelawak banyak yang cinta sama Abah,” imbuhnya.

Beberapa nama turut ia sebut dalam ceritanya, seperti almarhum Cahyono, almarhum Basuki, Tomtam Grup, Mas Tarzan, Tukul, juga H. Otong Lalo (pemeran Babe Naim di film TOP RCTI) yang pada kesempatan itu juga turut hadir.

“Dulu sebelum kenal Abah Noer, orang ini nih tidak pernah yang namanya salat,” ungkapnya sambil menunjuk H. Otong dengan nada lawaknya yang disambut tawa oleh H. Otong dan para jamaah.

Pelawak asal Kota Surabaya itu juga menceritakan tentang H. Otong yang sembuh dari sakit radang otaknya pada tahun 2019 silam lantaran keberkahan ilmu yang beliau dapat dari Abah Noer.

“Waktu itu saya dateng ke rumah dia, istrinya nanya ke dia nih (H. Otong) ‘siapa nih yang dateng’ sambil nunjuk ke saya, tapi dia gak inget sama sekali. Bener-bener hilang ingatan dia waktu itu. Kemudian saya rukiah dia semampu dan sebisa saya, saya rukiah lagi, alhamdulillah selesai saya rukiah baru dia bisa inget saya,” terangnya panjang lebar.

Pelawak kelahiran tahun 1961 itu menjelaskan bahwa semua itu adalah keberkahan yang ia dapat dari seorang guru. Ia juga berpesan agar kiranya seorang santri tidak hanya mengambil ilmu guru saja, tapi juga keberkahannya. “Caranya dengan terus takdzim dan disiplin dalam menuntut ilmu, disiplin adalah yang nomor satu,” imbuh H. Otong melengkapi penjelasan Cak Memed.

Di akhir cerita, H. Memed mengungkapkan betapa sedihnya ia saat tidak bisa hadir ketika pemakaman Abah Noer, karena padatnya jadwal syuting di hari yang sama.

Cerita H. Memed Bersama Abah Saat Majelis Dzikir

Pada kesempatan itu H. Memed Mini juga menceritakan bahwa (dahulu) saat pertama kali majelis dzikir diadakan, ialah yang diajak oleh Abah Noer pada saat mengisi acara.

“Saya masih ABG waktu itu, Sabtu siang tiba-tiba Abah ngajak saya, ‘nanti malam ikut majelis dzikir, ya’, saya jawab lah, ‘lah Bah, saya ini anak muda, Bah. Anak muda, malem Minggu malah diajakin dzikir bukannya diajak ke kafe, gimana Abah ini’,” paparnya tetap dengan nada lawakan.

Sedari awal adanya, lanjut Cak Memed, majelis dzikir memang dijadwalkan di malam Minggu setiap awal bulan, “Setiap malam Minggu sebulan sekali pokoknya,” tegasnya.

Kali ini, setelah sempat vakum beberapa bulan akibat Covid-19 akhirnya Majelis Dzikir kembali diadakan. Alhamdulillah acara berjalan dengan khidmat dan lancar. Selain selayang pandang dari sahabat Abah (pada kesempatan ini H. Memed dan H. Otong), acara tersebut juga diisi dengan istighasah dan pembacaan maulid secara bersama-sama oleh seluruh jamaah majelis serta penampilan Syarhil Qur’an oleh para santri Asshiddiqiyah yang beberapa waktu lalu meraih juara 2 Musabaqah Syarhil Qur’an 3 bahasa tingkat Nasional, tak lupa juga diakhiri dengan doa bersama. (Mamlu)

Leave a Reply