Sahabat Pemabuk Yang Masuk Surga Sambil Tertawa

Sahabat Pemabuk Yang Masuk Surga Sambil Tertawa

MAHADALYJAKARTA.COM – Siapa yang tidak mengenal sahabat Rasul Saw yang lucu dan jahil? Ya dia adalah Nuaiman bin Amr bin Rafa’ah sahabat Rasul Saw dari kalangan Anshar bergaris keturunan An Najr. Ia memiliki sifat yang lucu dan sangat jahil kepada para sahabat nabi lainnya bahkan nabi sekalipun, akan tetapi Rasulullah Saw sangat terhibur dengan sifatnya itu. Nuaiman juga pernah ikut Rasul Saw berjihad membela Islam bersama Rasul Saw ketika Perang Badar. Bukan hanya di Badar saja ia beraksi, akan tetapi di perang Uhud, Khandaq, dan perang-perang lainnya. Dan juga salah satu sahabat nabi yang dijamin masuk surga oleh Allah Swt.

Nuaiman merupakan seorang yang pernah berkomitmen pada Rasulullah Saw di Bai’at Aqabah dua. Di luar perilakunya yang lucu dan konyol itu, Nuaiman adalah seorang pemabuk berat dan alkoholik. Suatu ketika karena geramnya dengan Nuaiman atas kebiasaan mabuknya itu, Rasulullah Saw memerintahkan beberapa sahabat untuk menangkap dan memukulinya sesuai dengan hukum Islam yang berlaku. Kemudian ditangkaplah dia, lantas didera di hadapan banyak orang.

Namun sungguh tak disangka, ternyata hal tersebut tidak membuat Nuaiman menjadi jera, namun justru makin meremehkan dengan tetap mabuk. Akhirnya Rasulullah Saw merasa jengkel. Walaupun Nuaim adalah sahabat yang baik, tetapi jikalau urusan hukum agama pastilah tak ada maaf bagi siapa pun.

Rasulullah Saw pun memerintahkan untuk sekali lagi menangkap dan memukulinya dengan rotan. Beberapa kali hal itu terjadi namun Nuaim masih juga mengulanginya. Hingga Rasulullah Saw benar-benar merasa jengkel dan sempat mengancam, beliau berkata “Jika Nuaim kembali (meminum khamr) maka bunuhlah!” Meski tegas, Rasulullah Saw masih menaruh harapan besar terhadap Nuaim untuk memperbaiki diri serta perbuatannya, terutama karena jasa dan pengorbanannya sebagai veteran perang Badar.

Oleh karena itu, Nuaiman bukanlah seorang yang suka menyembunyikan tindakannya, justru malah lebih mudah dia untuk mengakui kesalahannya lalu memohon ampun kepada Allah Swt. Inilah yang selalu ia lakukan sehingga selalu saja mendapat perhatian Rasulullah Saw serta para sahabat yang setia menanti sekaligus menikmati ide kelucuannya. Ada beberapa perilaku Nuaiman yang sungguh membuat setiap orang, baik itu sahabat, bahkan Rasulullah Saw pun dikerjainya.

Pernah dalam satu waktu, Nuaiman diajak oleh Sayyidina Abu Bakar bersama Suwaibith bin Harmalah untuk pergi berniaga ke negeri Syam. Ketika sampai di sana, Abu Bakar pergi untuk berdagang sendiri. Sedangkan Suwaibith ditugaskan untuk menjaga perbekalan karena ia dikenal sangat amanah. Nuaiman yang bosan menunggu Abu Bakar, ia datang kepada Suwaibith di waktu siang sambil mengatakan dirinya merasa sangat lapar. Namun Suwaibith menolak ajakan tersebut karena bersikukuh untuk menjaga perbekalan karena itu merupakan amanah dari Abu Bakar. Sehingga ia tidak memberikan bekal itu meski hanya sepotong roti kepada Nuaiman sampai Abu Bakar datang memerintahkannya. Mendengar itu Nuaiman berkata, “Berikan aku sepotong roti itu atau kau akan kuberi pelajaran.” Akan tetapi Suwaibith menolak, akhirnya Nuaiman pergi meninggalkan Suwaibith. Dia pun berjalan ke pasar dan menemukan pedagan hamba sahaya yang tengah menjual hamba sahaya dengan harga yang cukup mahal. Nuaiman mendatangi penjual tersebut dan berkata bahwa ia memiliki hamba sahaya yang harganya jauh lebih murah, akan tetapi Nuaiman berkata bahwa hamba sahaya tersebut memiliki kekurangan yaitu selalu mengaku ngaku bahwa ia bukan hamba sahaya melainkan orang yang sudah mengaku bahwa ia orang yang merdeka. Mendengar itu penjual pun tertarik karena memang yang dibutuhkan dari hamba sahaya adalah tenaganya saja.

Tidak disangka ternyata Nuaiman mengarahkan penjual tadi kepada Suwaibith yang merupakan sahabatnya sendiri. Alhasil Nuaiman pun menerima uang sebesar 20 dirham atas transaksinya tersebut. Dirinya menghabiskan uang itu dengan membeli makanan, pakaian, bahkan hadiah untuk Rasulullah Saw. Sementara Suwaibith telah dibawa oleh para pedagang hamba sahaya tadi sambil berkata “Saya bukan hamba sahaya, saya orang merdeka.” Karena sudah diberitahu dari awal, para pedagang itu tidak heran dan memaklumi perkataan Suwaibith tersebut. Beberapa waktu setelah kejadian itu Abu Bakar datang dan bertanya kepada Nuaiman, namun dengan jujur dan polosnya Nuaiman menceritakan semua hal yang ia lakukan.

Mendengar itu, Abu Bakar langsung menebus Suwaibith dari pedagang Syam itu. Lalu kabar itu sampai kepada Rasulullah Saw, lantas Rasulullah Saw tertawa hingga gigi gerahamnya terlihat di depan para sahabat. Bahkan rawi hadits menyebutkan setelah satu tahun berlalu, Rasulullah Saw masih menceritakan kisah tersebut kepada para tamunya.

Diceritakan juga pada suatu kesempatan Nuaiman melihat penjual madu yang sedang berkeliling kepanasan membawa dagangannya. Kemudian ia menghampiri penjual tersebut dan membawanya ke kediaman Rasulullah Saw. Sesampainya di kediaman Rasulullah Saw, Nuaiman mengatakan jika penghuni rumah ini akan keluar dan membayar harga madu tersebut. Setelah berkata seperti itu Nuaiman pergi meninggalkan penjual madu tersebut sendiri.

Rasulullah Saw tentunya merasa sangat tersentuh melihat madu tersebut sebagai hadiah yang diberikan kepadanya. Rasulullah Saw pun membagikannya kepada para sahabat lainnya dan menyantap madu tersebut. Hingga penjual madu tersebut berkata, “Wahai Rasulullah Saw bayarlah madu itu.” Rasulullah Saw lantas terkejut mendengar hal tersebut dan langsung memahami kelakuan usil Nuaiman tersebut. Nuaiman yang kemudian bertemu Rasulullah Saw menyatakan dengan jujur niatnya adalah untuk memberi hadiah kepada Rasulullah Saw namun dirinya mengaku tidak memiliki uang.

Dikisahkan Rasulullah Saw sedang menerima tamu pendatang yang tertarik kepada Islam. Tamu tersebut meletakkan kendaraannya berupa seekor unta di halaman masjid. Saat itu ada pula Sayyidina Hamzah, Sayyidina Umar bin Khattab, Sayyidina Ali bin Abi Thalib, dan Sayyidina Sa’ad yang sedang duduk di depan sambil berjaga.

Tidak lama kemudian datanglah Nuaiman. Hamzah lalu bergurau kepada Nuaiman dengan mengatakan jika unta yang dibawa oleh tamu Rasulullah Saw sangat besar. Menanggapi perkataan Hamzah tersebut, Nuaiman sontak membalas jika daging unta tersebut pasti sangat nikmat untuk disantap. Hamzah pun bertanya kembali “Apakah kamu berani mengambil unta itu?”

Nuaiman pun menjawab tanpa ragu dirinya berani asalkan para sahabat tersebut tidak menceritakannya kepada Rasulullah Saw. Ternyata, Nuaiman tidak menganggap hal tersebut hanya sebatas gurauan saja. Dirinya menyembelih unta tersebut dan menunjukkannya kepada para sahabat nabi. Nuaiman kemudian langsung pergi. Tidak lama, tamu Rasulullah Saw hendak pulang dan kaget melihat kondisi untanya tersebut.

Rasulullah Saw pun bertanya kepada para sahabat, dan setelah diceritakan dia langsung memahami tingkah Nuaiman tersebut. Lalu, Rasulullah Saw memberikan ganti rugi dengan memberikan unta yang baru dan harta dua kali lipat dari unta tersebut kepada tamunya. Rasulullah Saw pernah bersabda membela Nuaiman, “Janganlah kalian gemar menghujat Nuaiman. Karena sesungguhnya dia cinta pada Allah Swt dan Rasul-Nya dengan tulus.”

Dari kisah tersebut, dapat diambil pelajaran jika manusia harus mencoba untuk memaklumi sifat dan pribadi setiap orang, baik itu jenaka dan sangat jahil, asalkan sifatnya tersebut tidak melanggar ajaran agama Islam. Menghormati seseorang dengan masing-masing karakter akan membuat hidup lebih harmonis.

Referensi :

Dafiq Rohman, Janibal Ma’rifat, (Bogor: Guepedia, 2019), hal. 118

Gamal Kamandoko, 100 Kisah Jenaka, (Bandung: MIZAN, 2009), hal. 10

Maulana, Ana Wa Islami, (Bogor: Guepedia, 2021), hal. 167

Muhammad Nasrullah, Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi, (Jawa Tengah: Aghisna Publisher, 2020), hal. 157

Nisa’atun Nafisah, Air Mata Santri di Negeri Pesantren, (Malang: Nis’atun Nafisah, 2021), hal. 159

Kontributor: Siska Aulia Wulandari, Semester VI

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply