Pengaruh Turki Utsmani dalam Penyebaran Islam di Eropa
MAHADALYJAKARTA.COM—Kesultanan Turki Utsmani (Ottoman Empire) adalah salah satu kerajaan Islam terbesar dalam sejarah dunia. Kerajaan ini berdiri pada akhir abad ke-13 oleh Osman I, dan bertahan hingga awal abad ke-20. Dalam sejarah Eropa, Turki Utsmani memiliki peran penting dalam penyebaran Islam, terutama melalui ekspansi militer, diplomasi, dan pengaruh budaya.
Masuknya Islam ke Eropa melalui Utsmani ini dimulai secara nyata ketika mereka berhasil melakukan ekspansi wilayah di Balkan pada abad ke-14 dan 15. Setelah menguasai Anatolia, Utsmani bergerak ke arah barat dan berhasil menaklukkan wilayah-wilayah seperti Bulgaria, Serbia, Bosnia, Albania, dan sebagian besar Yunani. Proses penaklukan ini dibarengi dengan penyebaran Islam, baik melalui dakwah secara langsung, pernikahan, konversi sukarela, maupun insentif sosial dan ekonomi bagi penduduk lokal yang memeluk Islam. Bahkan, di banyak wilayah Balkan, muncul komunitas Muslim baru, masjid-masjid, serta lembaga-lembaga pendidikan Islam yang berkembang pesat.
Puncak penyebaran Islam dan pengaruh yang diberikan Utsmani di Eropa terjadi setelah penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M oleh Sultan Mehmed II. Kota ini dulunya adalah pusat kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dan dikenal sebagai simbol Kristen Ortodoks. Setelah ditaklukan, Konstantinopel berganti nama menjadi Istanbul dan dijadikan ibu kota Utsmani. Penaklukan ini tidak hanya penting secara militer dan politik, tetapi juga membuka jalan bagi ekspansi Islam lebih lanjut ke jantung Eropa.
Selama beberapa abad berikutnya, pasukan Utsmani mulai memperluas wilayahnya ke Eropa Tengah. Bahkan mereka sempat mengepung kota Wina (Austria) sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 1529 dan 1683. Walaupun gagal, hal ini menunjukan bahwa Turki Utsmani punya kekuatan besar yang bisa mengancam Eropa.
Penyebaran Islam yang dilakukan oleh Turki Utsmani tidak hanya dilakukan oleh pedang, melainkan dengan kemampuannya dalam mengelola wilayah yang multi agama dan multietnis. Bahkan, di wilayah-wilayah seperti Bosnia, Albania, dan Kosovo, umat muslim hidup berdampingan dengan umat Kristen Ortodoks dan Katolik.
Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun demikian, kemajuan kerajaan ini bukan hanya karena keunggulan politik para pemimpinnya. Tetapi juga masih banyak faktor lain yang mendukung keberhasilan ekspansi tersebut. yang terpenting adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja.
Pengaruh Islam di wilayah yang dikuasai Utsmani sangat terasa dalam berbagai aspek kehidupan. Walaupun Utsmani sering dianggap musuh oleh Eropa, kenyataanya Turki Utsmani dan negara-negara Eropa juga saling bertukar budaya. Banyak hal dari budaya Turki yang masuk ke Eropa, seperti kopi, karpet Turki, musik Timur Tengah, hingga pakaian. Bahkan budaya minum kopi di Eropa berasal dari kebiasaan masyarakat Utsmani. Kekaisaran ini juga memperkenalkan gaya arsitektur Islam seperti kubah dan menara, yang mempengaruhi desain bangunan di Eropa Timur dan Balkan. Bahkan, seni dekoratif Utsmani, termasuk keramik Iznik dan kaligrafi Arab, juga menjadi inspirasi bagi seni rupa Eropa.
Dalam bidang ekonomi, posisi strategis Turki Utsmani yang menghubungkan Asia dan Eropa menjadikannya pusat perdagangan internasional. Karena, barang-barang dari Timur seperti rempah-rempah, sutra, dan keramik melewati wilayah Utsmani terlebih dahulu dan berlabuh di sana sebelum masuk ke Eropa. Sehingga hal ini menjadikan Utsmani sebagai pusat perdagangan. Karena itulah, negara-negara seperti Portugis dan Spanyol kemudian berusaha mencari jalan laut ke asia tanpa harus berlabuh di wilayah Utsmani. Inilah yang akhirnya memicu mereka menjelajah Asia untuk mencari jalur perjalanan yang tidak harus melewati kawasan tersebut. Selain itu, kota-kota pelabuhan Ustmani seperti Izmir dan Aleppo menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dari berbagai negara.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Istanbul menjadi pusat pembelajaran Islam dan ilmu dunia. Banyak ilmuwan Muslim yang menulis tentang kedokteran, matematika, astronomi, dan filsafat di bawah pemerintahan Utsmani. Pengetahuan ini kemudian diterjemahkan dan disebarkan ke Eropa melalui interaksi dagang dan ilmiah. Hal ini menjadi fondasi bagi kebangkitan intelektual Eropa, termasuk Renaissance.
Suraiya Faroqhi dalam bukunya The Ottoman empire and the World Around It menjelaskan bahwa banyak ide dan pengetahuan dari dunia Islam yang ikut mempengaruhi perkembangan Eropa, terutama saat masa Renaisans.
Pengaruh Utsmani dalam Membentuk Identitas Eropa
Selain kekuatan militer dan ekonomi, Turki Utsmani juga berperan dalam membuka hubungan antara dunia Islam dan Eropa secara luas. Mereka menjalin hubungan dengan berbagai negara Eropa, bahkan dengan kerajaan Kristen sekalipun. Salah satu contoh paling terkenal adalah aliansi antara Utsmani dan Prancis pada abad ke-16. Kerja sama itu disebut Franco-Ottoman Alliance.
Aliansi ini cukup mengejutkan pada zamannya karena mempertemukan negara Kristen dan kerajaan Islam. Tapi politik pada masa itu sangat pragmatis jika ada musuh bersama, maka kerjasama bisa terjadi. Seperti pada saat Prancis membutuhkan bantuan Utsmani untuk melawan kekaisaran Habsburg dari Austria dan Spanyol. Utsmani juga membuka kedutaan besar di kota-kota Eropa seperti Paris dan London. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan hanya kekuatan militer, tapi juga bagian dari jaringan diplomatik internasional.
Sejarawan Cemal Kafadar dalam Between Two Worlds menyebut bahwa kehadiran Utsmani turut membentuk identitas Eropa modern. Karena merasa terancam oleh kekuatan Islam dari Timur, negara-negara Eropa mulai merasa perlu bersatu dan membangun konsep “Eropa Kristen”. Jadi, meski dianggap musuh, Utsmani secara tidak langsung membantu menyatukan Eropa.Tapi ironisnya, banyak peninggalan budaya Utsmani justru menjadi bagian dari kehidupan di negara-negara Balkan yang dulu mereka kuasai. Di Bosnia, Albania, Bulgaria, dan Kosovo, masih banyak masjid tua, makanan khas Turki, hingga sistem hukum warisan Utsmani yang masih bertahan.
Kesultanan Turki Utsmani punya peran besar dalam sejarah Eropa. Mereka pernah menjadi kekuatan militer yang ditakuti, mitra dagang yang penting, sumber budaya dan ilmu pengetahuan, serta pemain diplomatik yang berpengaruh. Hubungan mereka dengan Eropa sangat kompleks, kadang sebagai musuh, kadang sebagai sahabat. Tanpa Turki Utsmani, sejarah Eropa tidak akan seperti sekarang. Peran mereka tidak hanya dalam peperangan, tapi juga dalam perdagangan, kebudayaan, dan perkembangan ilmu. Inilah bukti bahwa sejarah dunia terbentuk bukan hanya dari satu peradaban, tapi juga dari interaksi banyak bangsa.
Referensi:
- Mahendra, F. R. 2024. Sejarah Turki Utsmani: Kisah Dari Awal Pembentukam Hingga Kemunduran. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
- Goffman, Daniel. 2002. The Ottoman Empire and Early Modern Europe. Cambridge University Press.
- Finkel, Caroline. 2005. Osman’s Dream: The History of the Ottoman Empire. New York City: Basic Books.
- Ats-Tsunayyan, M. K. 2021. Ertugrul: Sejarah Turki Utsmani dari Kabilah Ke Imperium. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
- Kinross, Lord. 1977. The Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish Empire. Amerika: William Morrow.
- Stoye, John. 2000. The Siege of Vienna: The Last Great Trial Between Cross & Crescent. California: Pegasus Books.
- Faroqhi, Suraiya. 2004. The Ottoman Empire and the World Around It. New York: I.B. Tauris.
- Kafadar, Cemal.1995. Between Two Worlds: The Construction of the Ottoman State. California: University of California Press.
Kontributor: Rifa Rohimatu Surur