Mukjizat Rasulullah saw saat Perang Khandaq

Mukjizat Rasulullah saw saat Perang Khandaq

Ma’had Aly – Semasa hidup Rasulullah saw. mengalami beberapa perang melawan kaum musyrikin demi tersebarnya ajaran yang lurus yaitu ajaran agama Islam untuk menyembah hanya kepada Allah swt semata dan tidak menyekutukan-Nya. Salah satunya adalah perang yang cukup masyhur, di mana saat perang itu Rasul yang memimpin langsung pasukan Islam, yaitu Perang Khandaq.

Perang Khandaq adalah perang yang terjadi pada tahun kelima hijriah dan beliau yang langsung memimpin perang. Ini termasuk perang yang mustahil (menurut akal) jika umat Islam yang dapat memenangkan Perang Khandaq ini. Bagaimana tidak? Pasukan kaum muslimin saat itu sangat sedikit jika dibandingkan dengan kaum musyrikin. Ada sebagian riwayat yang mengatakan pasukan muslim berjumlah 3000 pasukan sedangkan kaum musyrik 10.000 pasukan. Ada juga yang mengatakan 300 berbanding 5000 pasukan. Yang jelas pasukan Islam kalah banyak dengan pasukan musyrik. Karena pasukan musyrik pada saat itu menggabungkan kekuatan dari beberapa kabilah setidaknya ada 7 kabilah, sehingga dapat membentuk pasukan yang sangat banyak dan dalam al-Qur’an sendiri perang ini dinamakan Perang Ahzab (gabungan dari beberapa kelompok).

Meskipun demikian, berkat pertolongan Allah swt., pasukan Islam dapat memenangkan peperangan ini dengan strategi pembuatan parit yang dalam lagi panjang, dimana strategi ini merupakan usulan dari salah seorang sahabat Rasul yang berasal dari Persia, yaitu Salman al-Farisi. Penggalian parit ini tidaklah berjalan dengan lancar, karena stok makanan yang dimiliki kaum muslimin pada saat itu tidak terlalu banyak, maka tak jarang ada pasukan yang menggali parit dalam keadaan kelaparan dan kehausan. Juga keadaan medan yang digali tanahnya keras sehingga pacul pun sudah tak bisa menggali tanah tersebut. Dalam keadaan-keadaan terdesak inilah mukjizat Nabi ditunjukkan atas kuasa Allah swt. Beberapa mukjizat Nabi saat Perang Khandaq atau Perang Ahzab adalah sebagai berikut:

  • Tanah Liat Menjadi Seperti Pasir

Poin pertama ini diambil dari perkataan Ibnu Ishaq, yaitu beliau mengatakan bahwa dalam proses penggalian parit ini terdapat banyak hadits yang di dalamnya terdapat banyak sekali ibrah tentang kebenaran Rasulullah saw., bukti-bukti kenabiannya, dan ibrah-ibrah serta bukti-bukti tersebut dilihat langsung oleh kaum muslimin. Di antaranya adalah hadis dari Jabir bin Abdullah yang berkata, “Kaum muslimin mendapatkan kesulitan dalam penggalian parit terutama dalam menggali sebagian tanahnya yang berdasarkan dari tanah liat, kemudian mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw. Beliau Nabi saw., meminta disediakan air kemudian meludah ke dalamnya, berdoa dengan doa yang beliau inginkan kepada Allah, dan menyiramkan air tersebut ke atas tanah liat. Orang-orang yang hadir saat itu berkata, ‘Demi Dzat yang mengutusnya sebagai Nabi dengan membawa kebenaran, tanah liat itu hancur berkeping-keping hingga menjadi seperti pasir, padahal tadinya tidak mempan oleh kapak.’”

  • Melipatgandakan Kurma

Diambil dari satu riwayat dari Ibnu Ishaq juga, yaitu beliau berkata, “Sa’ad bin Mina’ berkata kepadaku bahwa ia diberitahu bahwa putri Basyir bin Sa’ad, saudara perempuan An-Nu’man bin Basyir berkata, ‘Ibuku, Amrah binti Rawahah memanggilku kemudian memberiku semangkuk di pakaianku dan berkata, ‘Putriku, pergilah ke tempat ayah dan pamanmu dari jalur ibu Abdullah bin Rawahah. Antarkan kurma ini kepada keduanya.’” Lalu aku mengambil kurma tersebut dan pergi. Aku berjalan melewati Rasulullah saw. ketika aku mencari ayah dan pamanku dari jalur ibu. Beliau bersabda, `Nak, kemarilah, apa yang engkau bawa?.’ Aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, ini kurma. Ibuku menyuruhku untuk mengantarkannya kepada ayahku, Basyir bin Sa’ad, dan pamanku dari jalur ibuku, Abdullah bin Rawahah untuk keduanya makan.’ Beliau bersabda, ‘Coba bawa kemari kurma tersebut!’ Aku taruh kurma tersebut ke atas telapak tangan Rasulullah saw. namun tidak muat. Beliau meminta kain untuk digelar sebagai wadah kurma, kemudian meletakkan kurma di dalam kain hingga kurma tersebut berserakan di atas kain. Nabi saw. bersabda kepada seseorang yang berada di sampingnya, ‘Berserulah kepada para pembuat parit, dan suruhlah mereka kemari untuk makan siang.’ Para sahabat yang membuat parit segera berkumpul di sekitar kurma kemudian mereka semua memakannya. Anehnya kurma tersebut terus bertambah hingga ketika para sahabat pembuat parit usai memakannya, ternyata kurma-kurma tersebut keluar dari ujung-ujung kain.”

  • Berlipatgandanya makanan

Masih pada keadaan menggali parit yang dimana pada saat itu sangat kekurangan makanan untuk para prajurit yang sedang membuat parit, sampai Abu Thalhah berkata, “Kami mengadukan kepada Rasulullah saw. tentang kelaparan yang kami rasakan, lalu kami perlihatkan perut kami yang telah diganjal oleh satu batu, maka Rasulullah memperlihatkan perutnya yang telah diganjal oleh dua batu. ”

Suatu ketika Jabir bin Abdullah melihat Nabi saw. dalam keadaan yang lapar luar biasa, maka Jabir menyembelih seekor kambing kecil yang ia miliki, sementara istrinya menggiling satu sha’ (sekitar 2,5 kg) gandum. Kemudian Jabir meminta kepada Nabi secara sembunyi-sembunyi agar datang ke rumahnya dengan beberapa orang sahabat saja (karena dikhawatirkan tidak cukup). Tapi Nabi saw. memanggil seluruh penggali parit yang jumlahnya mencapai 1000 orang, maka mereka memakan sajian yang sudah disajikan oleh Jabir dan istrinya tadi hingga kenyang. Di sinilah salah satu mukjizat Rasulullah nampak, meskipun hampir seribu orang makan hingga kenyang hidangan yang tadinya hanya cukup hanya untuk Rasul dan beberapa sahabat saja, ternyata setelah semuanya makan, masih tersisa sepanci daging dalam keadaan tertutup seperti belum dimakan, begitu pula adonan roti masih tetap utuh seperti semula.

  • Terlihatnya Masa Depan dan Tepat

Dari hadis oleh Al Bara’, ia berkata, “Ketika Perang Khandaq batu besar keras yang tidak bisa dipecahkan oleh cangkul di salah satu parit. Kami mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah saw., maka beliau datang sambil membawa cangkul dan mengucapkan ‘bismillah’, seketika langsung memukulkannya, lalu mengucapkan, ‘Allahu Akbar. Telah diberikan kepadaku kunci-kunci kerajaan Syam. Demi Allah swt saat ini aku benar-benar melihat istana-istananya (yang penuh dengan gemerlap).’ Kemudian Nabi memukul untuk yang kedua kalinya, beliau pun bersabda, ‘Allahu Akbar. Telah diberikan kepadaku Negeri Persia.’ Kemudian setelah itu beliau memukul untuk yang ketiga kalinya sehingga terpecahlah semua bagian dari batu itu, lalu beliau bersabda, ‘Allahu Akbar. Aku benar-benar diberi kunci kerajaan Yaman. Demi Allah, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini’.”

Ibnu Ishaq pun meriwayatkan kisah seperti demikian dari riwayat Salman Al Farisi ra. Dan benar saja, bahwa negeri-negeri tersebut jatuh ke tangan umat Islam setelah Nabi wafat, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq berikut.

Ibnu Ishaq berkata, “Orang yang tidak aku ragukan kejujurannya berkata kepadaku dari Abu Hurairah ra. yang berkata ketika negeri-negeri yang disebutkan Rasulullah saw. tersebut ditaklukan pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Usman bin ‘Affan, dan pemerintahan sesudahnya, ‘Taklukkan negeri mana saja yang kalian inginkan, karena demi Dzat yang Abu Hurairah berada di tangannya, tidaklah kalian menaklukkan salah satu kota hingga hari kiamat, melainkan Allah telah memberikan kunci-kuncinya kepada Nabi Muhammad saw.’.” Wallahu A’lam.

Referensi

Ibnu Hisyam. 2018. Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam Jilid 2. Terj. Fadhli Bahri. Jakarta: PT Darul Falah

Syafiyyurrahman Almubarakfuri 2001. Sirah Nabawiyah Perjalanan Hidup Rasul yang agung Muhammad saw. Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Terj. Hanif Yahya. Jakarta: Darul Haq

Ahmad Dimyati. 2008. Pendidikan Agama Islam, Buku Pelajaran PAI untuk Kelas XI SMK. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Grafindo Media Pratama

Said Ramadhan Al Ramadhan. 2008. La Ya’tihil Bathil. Terj. Misbah. Jakarta: PT Mizan Publika

Fajar Kurnianto. 2013. Percikan-Percikan Hikmah Sejarah Nabi. Jakarta: Percetakan PT Gramedia

Oleh : Muhammad Gustoni, Semester IV

Leave a Reply