Mengenal Sahabat Nabi, Salman al-Farisi

Mengenal Sahabat Nabi, Salman al-Farisi

Salman al-Farisi ialah seorang pemuda keturunan bangsawan Persia yang berperan besar dalam penyebaran dakwah Islam. Sebelum Islam datang, Salman memeluk agama Nasrani, karena ia terpikat dengan model peribadatan mereka. Suatu ketika, atas saran seorang pendeta yang ditemuinya di Mosul, Salman pergi untuk menemui Rasul yang saat itu telah hijrah ke Madinah. Sang pendeta mengabarkan bahwa seorang Nabi akan diutus pada zaman itu. Ia berpesan agar Salman mengikuti Nabi tersebut, dan ia akan hijrah ke sebuah daerah yang banyak ditumbuhi pohon kurma dan daerahnya diapit oleh dua tanah luas yang berbatu hitam.

Setibanya di Madinah, pada malam harinya ia pergi menemui Rasulullah saw. dengan membawa makanan sembari berkata, ”Makanan ini adalah sedekah.” Nabi tidak memakan makanan tersebut dan mempersilahkan para sahabatnya untuk menyantapnya. Kemudian Salman datang lagi dan membawa makanan sambil mengatakan, ”Makanan ini adalah hadiah.” Kali ini Nabi memakan sebagian dan sebagiannya beliau berikan kepada sahabatnya. Karena itulah ia bisa melihat tanda kenabian saat beliau tidak makan sedekah, dan akan tetap menerima hadiah. Salman pun langsung mengikrarkan diri masuk Islam dan menceritakan kisah perjalanan hidupnya kepada Rasulullah saw.

Pada tahun kelima hijriah, terjadilah peristiwa yang disebut dengan perang Khandaq. Beberapa pemuka Yahudi pergi ke Mekkah guna menghasut orang-orang musyrik dan golongan kafir agar bersekutu menghadapi Rasulullah saw. dan kaum Muslimin, serta mereka berjanji akan memberi bantuan dalam perang penentuan guna menumbangkan agama yang dibawa Rasulullah.

Siasat dan taktik perang pun telah mereka atur secara licik dengan tentara Quraisy dan Ghathfan yang akan menyerang kota Madinah dari luar, sementara Bani Quraidzah (Yahudi) akan menyerang dari dalam yaitu dari belakang barisan kaum Muslimin sehingga mereka akan terjepit dari dua arah dan hancur segera.

Suatu hari, kaum Muslimin tiba-tiba melihat datangnya pasukan tentara besar yang mendekati kota Madinah, mereka membawa perbekalan banyak dan persenjataan lengkap. Melihat hal demikian, kaum muslimin panik seperti kehilangan akal sehatnya. Sebanyak 24.000 orang prajurit di bawah pimpinan Abu Sufyan dan Uyainah bin Hishn menghampiri kota Madinah bermaksud mengepung dan melancarkan gencatan guna menghabisi Nabi Muhammad saw., agama serta para sahabatnya. Pasukan tentara ini tidak hanya terdiri dari kaum Quraisy, namun dari berbagai kabilah atau suku yang menganggap Islam sebagai lawan yang membahayakan mereka. Dan peristiwa ini merupakan percobaan akhir untuk menentukan pihak-pihak yang memusuhi Islam, baik dari perorangan maupun suku serta golongan. Kemudian Rasulullah saw. mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah dan bersepakat untuk bertahan dan mengangkat senjata.

Saat musyawarah sedang berlangsung, Salman al-Farisi ra. dikenal telah berpengalaman luas mengenai teknik siasat dan lika-liku peperangan, sehingga ia pun mengusulkan strategi kepada Rasulullah saw. untuk melawan kaum Quraisy. Beliau mengusulkan rencana penggalian khandaq atau parit untuk perlindungan sepanjang daerah terbuka di sekeliling kota. Allah swt. yang lebih mengetahui apa yang akan dialami kaum muslimin dalam peperangan itu, jika mereka tidak menggali parit atas usul Salman ra. tersebut.

Ketika kaum Quraisy melihat parit memanjang di hadapannya, mereka merasa terpukul melihat hal yang tidak disangka-sangka itu, sehingga sebulan lebih lamanya kekuatan mereka seperti terpaku di kemah-kemah karena tidak berdaya menerobos kota.

Pada suatu malam Allah swt. mengirim angin topan yang menerbangkan kemah-kemah dan memorak-porandakan tentara mereka. Dengan kecewa dan penuh putus asa, Abu Sufyan pun menyerukan kepada anak buahnya agar kembali pulang kampung serta harus menelan pil pahit kekalahan.

Oleh : Siti Maftukhatul Khoiriyah, Semester VI

Leave a Reply