MAHADALYJAKARTA.COM – Hadis merupakan sumber hukum kedua di dalam agama Islam setelah al-Quran al-karim. Berbicara tentang Hadis pasti kita tidak terlepas dari jasa Imam Bukhari dan Imam Muslim. Karena keduanya masyhur di kalangan masyarakat, dengan karya monumentalnya. Imam Muslim merupakan orang kedua terbaik dalam masalah ilmu hadis (sanad, matan, kritik, dan seleksinya) setelah Imam Bukhari.
Dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam bidang ilmu hadis, reputasi Imam Muslim setara dengan gurunya, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari al-Ju’fy atau lebih dikenal dengan nama Imam Bukhari. Sejarah Islam sangat berhutang jasa kepadanya, karena prestasinya dibidang ilmu hadis, serta karya ilmiahnya yang luar biasa sebagai mashadir atau rujukan ajaran agama Islam, setalah al-Qur’an. Dua kitab hadis shahih karya Bukhari dan Muslim sangat berperan dalam standarisasi bagi akurasi akidah, syariah dan tasawuf dalam dunia Islam.
Imam muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H atau 817 M. Imam Muslim bernama lengkap Imam abu Husain Muslim bin al- Hajjaj bin Muslim bin kausyaz al-Qusyairy an Naisaburi. Naisabur yang sekarang ini termasuk ke wilayah Rusia. Kala itu daerah ini termasuk dalam sebutan Maa Wara’a an Nahr, artinya daerah-daerah yang terletak di sekitar sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah. Pada masa Dinasti Sanamid, Naisabur menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan selama kurang lebih 150 tahun. Sama halnya dengan kota Bukhara (kota kelahiran Imam Bukhari). Kota ini menjadi salah satu kota ilmu dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah. Tempat bermukim banyak ulama besar.
Perhatian dan minat Imam Muslim terhadap ilmu hadis memang sangat luar biasa. Sejak usia dini, beliau telah konsentrasi mempelajari hadis. Pada tahun 208 H, beliau mulai belajar hadits, disaat usianya kurang dari lima belas tahun. Beruntung beliau di anugerahi kelebihan berupa ketajaman berpikir dan kuat hafalan. Memasuki usia sepuluh tahun, ia sering datang dan berguru pada seorang ahli hadis yaitu Imam ad- Dakhili. Setahun kemudian, beliau mulai menghafal hadis Nabi ﷺ dan berani mengoreksi kesalahan gurunya dalam menyebut periwayatan hadis.
Selain kepada ad-Dakhili, Imam Muslim pun tak henti-hentinya bertanya kepada banyak ulama di berbagai tempat dan negara. Berpetualang mencari ilmu menjadi aktivitas rutin bagi dirinya untuk mencari silsilah dan urutan yang benar sebuah hadis. Seperti ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya. Dalam pengembaraannya Imam Muslim banyak bertemu dan belajar kepada ulama-ulama hadis ternama. Di Khurasan, beliau berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rawahaih. Di Irak beliau belajar hadis kepada Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Maslamah. Di Ray beliau berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu ‘Ansan. Di Hijaz beliau belajar kepada Sa’id bin Mansur dan Abu Mas ‘Abuzar. Sedangkan di Mesir beliau berguru kepada ‘Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan ulama hadis lainnya.
Imam Muslim termasuk salah satu ulama yang terkenal dengan wira’i dan tekun beribadah. Beliau dijuluki sebagai Imam yang tsiqoh, teguh pendirian dan berwawasan luas. Kealimannya tersebut mengantarkan Imam Muslim dikenal masyarakat luas. Adapun secara fisik Imam Muslim adalah sosok yang berperawakan sedang, tidak pendek dan tidak terlalu tinggi. Ia juga tidak terlalu gemuk atau kurus. al-Hakim menceritakan dari Ayahnya bahwa Imam Muslim berpostur ideal, tegak dan rambut serta jenggotnya putih. Ayah al-Hakim juga menjelaskan bahwa Imam Muslim gemar memakai sorban dan menjulurkan bagian ujungnya diantara bahunya.
Ketika terjadi fitnah atau kesenjengan antara Bukhari dan az-Zihli. Yaitu di saat Imam az-Zihli, guru Imam Bukhari berpesan pada penduduk agar menghadiri pengajian Imam Bukhari. Namun setelah beberapa waktu, mereka menuduh sang Imam mengatakan al-Qur’an adalah makhluk. Akibatnya sang guru marah, dan berkata, “Barang siapa ya g mengatakan al-Qur’an adalah makhluk, maka ia adalah ahli bid’ah.” Namun Imam Muslim lebih memihak kepada Imam Bukhari dari pada Imam az-Zihli.
Baca Juga:
Mengenal Kitab Birrul Wālidain karya Imam Bukhari
Hal inilah yang menyebabkan terputusnya hubungan Imam Muslim dengan Imam az-Zihli. Yang lebih menyedihkan hubungan yang tak baik itu merembet ke masalah ilmu yakni dalam hal penghimpunan dan periwayatan hadis-hadis Nabi ﷺ. Imam Muslim dalam kitab Shahihnya maupun kitab-kitab lainnya tidak memasukkan hadis-hadis yang ia terima dari az-Zihli. Padahal beliau adalah gurunya. Hal serupa juga beliau lakukan terhadap Imam al-Bukhari. Meski beliau tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya ke dalam kitab shahihnya, ia tetap mengakui keduanya sebagai guru.
Maslamah bin Qasim menegaskan “Muslim adalah tsaqqot, agung derajatnya dan merupakan salah seorang pemuka (Imam).” Senada juga seperti yang diungkapkan ahli hadis dan Fuqoha’, Imam an-Nawawi, “Para ulama sepakat atas kebesarannya, keimanan, ketinggian martabat kecerdasan dan peloporannya dalam dunia hadis.”
Imam Muslim telah meriwayatkan puluhan ribu hadits. Menurut Muhammad Ajaj al-Khatib, guru besar hadis pada Universitas Damaskus, Syria, hadis yang tercantum dalam Shahih Muslim (karya terbesarnya) berjumlah 30.030 hadis tanpa pengulangan. Bila dihitung dengan pengulangan berjumlah sekitar 10.000 hadis. Sementara menurut Imam al-Khuli, Ulama besar asal Mesir, hadis yang terdapat dalam Shahih Muslim tersebut berjumlah 4.000 hadis tanpa pengulangan, dan 7.275 dengan pengulangan. Jumlah yang beliau tulis dalam Shahih Muslim di ambil dan disaring dari sekitar 300.000 hadis yang beliau ketahui. Dan untuk menyaring hadis-hadis tersebut Imam Muslim membutuhkan waktu 15 tahun.
Dengan kurun waktu yang cukup lama, yaitu sekitar lima belas tahun ia belajar bersama gurunya Imam Bukhari. Kepada guru besarnya ini, Imam Muslim menaruh hormat yang luar biasa. “Biarkan aku mencium kakimu, hai Imam Muhaddisin dan dokter hadis.” Pintanya saat berada di sebuah pertemuan antara Bukhari dan Muslim. Diantara karya- karyanya antara lain;
- Al-Asma’ wa al-Kuna
- Irfad asy-Syamiyyin
- Al-Arqaam
- Al-Intifa bi Julud as-Siba’
- Auham al-Muhadditsin
- At-Tarikh at-Tamyiz
- Al-Jami’
- Hadits Amr bin Syu’aib
- Rijalul ‘Urwah
- Sawalatuh Ahmad bin Hanbal
- Thabaqot
- Al-I’lal
- Al-Mukhadhramin
- Al-Musnad al-Kabir
- Masyayikh ats- Tsawri
- Masyayikh Syu’bah
- Masyayikh Malik
- Al-Wuhdan
- As-Shahih al-Masnad
Karyanya yang monumental adalah Kitab Shahih Muslim. Dengan judul lengkapnya, Al-Musnad as-Shahih, al- Mukhtashar munas Sunan, bin-Naqli al-‘Adl ‘anil ‘Adl ‘an Rasulillah. Imam Bukhari dan Imam Muslim, karena kecermatan, ketelitian, ketekunan dan kejujurannya di dalam mencari, mengumpulkan dan menuliskan hadis, masing-masing berada pada peringkat pertama dan kedua. Imam Bukhari dan Muslim disebut dengan panggilan kehormatan “syaikhan” (dua guru besar)” dalam ilmu hadis.
Imam Muslim wafat pada Ahad sore tanggal 24 Rajab 261 H. Semoga Allah Swt merahmati, dan mengampuni segala kesalahannya serta menggolongkannya kedalam golongan orang- orang yang sholeh.
Referens:
Abdul Majid Zainul, Tokoh-Tokoh Perawi Hadits, Semarang: CV. Chyyas Putra, 2010.
An-naisaburi Imam Abu Husain bin Hajjaj al-Qusyairy, Biografi Singkat Imam Muslim dan Al- Hafidz Al- Mundziri, Terj. Abu Ahsan bin Usman, Hikam Pustaka.
Fikri Kamalul M, Imam Muslim, Yogyakarta: Laksana, 2022.
Luthfi Hanif, Biografi Imam Muslim, Lentera Islam.
Arifin Yanuar, Karamah Para Wali, Yogyakarta: Diva Press, 2017.
Kontributor: Nur Afdatul Khairiyah, Semester III
Editor: Dalimah NH