Maryam binti Imran: Wanita Agung Dan Mulia, Ibunda Nabi Isa AS

Maryam binti Imran: Wanita Agung Dan Mulia, Ibunda Nabi Isa AS

@MAHADALYJAKARTA – Maryam binti Imran adalah wanita terbaik dalam Islam yang disebutkan pertama kali oleh Rasulullah SAW. Ia adalah sosok wanita mulia yang selalu menjaga harga dirinya dan taat beribadah kepada Allah SWT. Karena itulah, Allah SWT memilihnya untuk menjadi ibu dari Nabi Isa AS dengan tetap menjaga kegadisannya. Tradisi Islam dan Kristen meyakini bahwa Maryam mengandung Nabi Isa AS secara mukjizat, yakni dalam keadaan perawan dan tanpa campur tangan (pembuahan) laki-laki. 

Nama Maryam disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 34 kali, menjadikannya sebagai satu-satunya perempuan yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan manusia yang namanya disebutkan terbanyak keempat. Ia juga satu-satunya perempuan yang namanya dijadikan surat dalam Al-Qur’an, yakni surat ke-19 (Surat Maryam). Sedangkan pada surat ke-3 Al-Qur’an dinamai Ali ‘Imran (keluarga ‘Imran) yang tidak lain merupakan keluarga Maryam.

Maryam termasuk tokoh yang dihormati dalam Islam dan Kristen. Riwayat hadits shahih menyebutkan bahwa Maryam termasuk salah satu dari empat perempuan terbaik yang pernah ada sepanjang masa. Al-Qur’an menyebutkan bahwa Maryam merupakan sosok yang dipilih, disucikan dan dilebihkan oleh Allah SWT atas semua perempuan diseluruh alam pada saat itu. Ia juga taat, menjaga kehormatan dan membenarkan kalimat-kalimat Tuhan-Nya dan kitab-kitab sebelumnya. Riwayat hadits juga menyebutkan bahwa Maryam merupakan salah satu dari empat perempuan terbaik. Tiga yang lain adalah Asiyah ibu angkat Nabi Musa AS, Khadijah binti Khuwailid dan Fatimah binti Muhammad.

Sebagian ulama juga menyatakan bahwa Maryam adalah seorang Nabiah (Nabi perempuan). Terkait masalah ini, para ulama sepakat bahwa semua Rasul adalah laki-laki. Untuk jenjang kenabian mayoritas juga berpendapat bahwa semua Nabi laki-laki, tetapi sebagian ulama lain menyatakan bahwa ada perempuan yang menjadi Nabi (Nabi perempuan). Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dalam Fathul Baari yang menyampaikan dari Al-Asy’ari bahwa ada beberapa wanita yang diangkat jadi Nabi, salah satunya adalah Maryam. Dalam surat Al-Anbiya ayat 91, nama Maryam juga disebutkan dan dirangkaikan dengan para Nabi dalam serangkaian panjang dalam kisah para Nabi dari ayat 48-91. Dari sinilah sebagian ulama’ mensejajarkan  Maryam dalam barisan para Nabi. Imam Ibnu Katsir dalam kitab Qashasul Anbiya mengutip dari Muhammad bin Ishaq (Ibnu Ishaq) yang menyebutkan bahwa nama Maryam secara lengkap adalah Maryam binti Imran bin Basyam bin Amun bin Maisya bin Hasqia bin Ahriq bin Mautsam bin Azaziya bin Amshia bin Yawis bin Ahrihu bin Yazim bin Yahfasyath bin Eisya bin Iyan bin Ra’jan bin Dawud. Sedangkan Abu Qasim bin Asakir (Ibnu Asakir) menyebutkan nama Maryam adalah Maryam binti Imran bin Matsam bin Azar bin Yahud bin Ikhnas bin Shaduq bin Ilyazuz bin Yaqim bin aibud bin Zaryabil bin Syaltat bin yuhana bin Barsya bin Amun bin Maisya bin Hasqiya bin Ahaz bin Mautsam bin Azria bin Yuram bin Yuzyafath bin Eisya bin Iyba bin Rahba’am bin Sulaiman bin Dawud.

اِذۡ قَالَتِ امۡرَاَتُ عِمۡرٰنَ رَبِّ اِنِّىۡ نَذَرۡتُ لَـكَ مَا فِىۡ بَطۡنِىۡ مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلۡ مِنِّىۡۚ اِنَّكَ اَنۡتَ السَّمِيۡعُ الۡعَلِيۡمُ​‏ ﴿3:35 فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ اِنِّىۡ وَضَعۡتُهَاۤ اُنۡثٰىؕ وَاللّٰهُ اَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡؕ وَ لَيۡسَ الذَّكَرُ كَالۡاُنۡثٰى​​ۚ وَاِنِّىۡ سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَاِنِّىۡۤ اُعِيۡذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ الشَّيۡطٰنِ الرَّجِيۡمِ‏  ﴿3:36 فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُوۡلٍ حَسَنٍ وَّاَنۡۢبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا ۙ وَّكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا ​ؕ كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيۡهَا زَكَرِيَّا الۡمِحۡرَابَۙ وَجَدَ عِنۡدَهَا رِزۡقًا ​ۚقَالَ يٰمَرۡيَمُ اَنّٰى لَـكِ هٰذَاؕقَالَتۡ هُوَ مِنۡ عِنۡدِ اللّٰهِؕ اِنَّ اللّٰهَ يَرۡزُقُ مَنۡ يَّشَآءُ بِغَيۡرِ حِسَابٍ3:37

 

(ingatlah), ketika isteri ‘Imran berkata: “Ya Tuhanku, Sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk.” Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: “Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?” Maryam menjawab: “Makanan itu dari sisi Allah”. Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”

Dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 35-37 disebutkan bahwa istri Imran bernazar agar anak yang dikandungannya saat lahir nanti akan menjadi abdi Allah SWT. Akan tetapi istri Imran yaitu Hannah melahirkan anak perempuan yang kemudian dinamai Maryam. Hannah kemudian memohon kepada Allah SWT agar nazarnya diterima dan memperkenankan putrinya yaitu Maryam untuk menjadi abdi Allah SWT, yang biasanya hanya untuk kaum laki-laki saja. Dan Allah SWT pun menerima permohonan keluarga Imran tersebut. Keluarga Imran kemudian menyerahkan pemeliharaan dan bimbingan keagamaan kepada Nabi Zakariyya AS yang saat itu menjadi pemimpin keagamaan dikalangan Bani Israil. Dan kemudian Nabi Zakariyya AS pun menjadi wali dan pemelihara Maryam putri Imran.

Keluarga ‘Imran yang shaleh menyerahkan Maryam di Baitul Maqdis kepada Nabi Zakariyya AS juga dikarenakan istri Nabi Zakariyya yaitu Elisabet adalah saudari dari Hannah, ibunda dari Maryam. Para ulama memberikan keterangan tambahan terkait ayat tersebut. Disebutkan bahwa Imran dan istrinya sudah berusia lanjut. Saat melihat burung yang memberi makan anaknya, dia berkeinginan memiliki anak dan berdo’a pada Allah SWT agar mengabulkan permohonannya. Hannah kemudian mengandung dan dia menazarkan anaknya untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis.  Namun saat melahirkan, ternyata dia melahirkan anak perempuan, padahal hanya anak laki-laki yang bisa menjadi abdi. Namun Allah SWT menerima nazar Hannah dan dia menamai anaknya Maryam.

Ja’far Ash-Shadiq memberikan keterangan bahwa Allah SWT mewahyukan kepada ‘Imran bahwa ia akan dikaruniai keturunan laki-laki  yang dapat menyembuhkan orang buta dan membangkitkan orang mati dengan izin Allah SWT. Saat ‘Imran  mengabarkan hal tersebut, Hannah mengira bahwa bayi yang dikandungnya adalah laki-laki sehingga ia menazarkan bayi tersebut untuk menjadi abdi di Baitul Maqdis. Saat ternyata melahirkan anak perempuan, Hannah berkata, “Ya Tuhanku, aku telah melahirkan anak perempuan.” Padahal Allah SWT lebih tahu apa yang ia lahirkan, dan laki-laki tidak sama dengan perempuan. ”Dan aku memberinya nama Maryam, dan aku mohon perlindungan-Mu untuknya dan anak cucunya dari (gangguan) setan yang terkutuk.”

Setelah disapih, Hannah menyerahkan Maryam ke Baitul Maqdis. Para imam yang lain juga menginginkan hak asuh atas Maryam sehingga diadakanlah undian. Zakariyya dan para imam yang lain mengumpulkan pena mereka masing-masing disebuah wadah, kemudian menyuruh seorang anak kecil mengambil salah satu pena. Ternyata pena Zakariyya yang diambil. Namun masih ada ketidakpuasan sehingga diadakan undian ulang dengan  melemparkan pena mereka ke sungai.  Pemilik dari pena yang tidak terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh  Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, semua pena hanyut kecuali pena milik Zakariyya. Masih ada ketidakpuasan sehingga diadakan undian ulang. Pemilik dari pena yang terbawa arus sungai akan menjadi pengasuh Maryam. Setelah pena mereka dilemparkan, hanya pena Zakariyya yang hanyut.  Dan Zakariyya pun ditetapkan sebagai wali Maryam.

Ibnu Katsir dalam kitab Qashasul Anbiya menjelaskan bahwa Maryam adalah perempuan ahli ibadah. Maryam selalu beribadah siang dan malam hingga menjadi ikon ahli ibadah dan sifat mulianya tersebar luas dikalangan Bani Israil saat itu. Sehingga setiap kali Nabi Zakariyya memasuki tempat ibadah Maryam, ia mendapatkan buah-buahan yang bukan musimnya sebagai bentuk mukjizat yang dikirimkan oleh Allah. Nabi Zakariyya mendapatkan buah-buahan musim panas pada saat musim dingin dan sebaliknya.

Maryam binti Imran mendapatkan tempat yang mulia dan istimewa disisi Allah SWT. Dalam beberapa riwayat hadits shahih disebutkan bahwa setiap bayi yang dilahirkan pasti akan menangis karena disentuh setan, kecuali Maryam dan putranya. Al-Qur’an dan keterangan para ulama’ menyebutkan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ketika haid dan ada keperluan. Saat Maryam mengasingkan diri dari keluarganya ke sebelah timur, seorang laki-laki mendatanginya. Maryam yang sangat menjaga diri dari lelaki asing kemudian mengatakan, “Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan yang maha pengasih terhadapku, jika engkau orang yang bertaqwa.” Laki-laki yang ternyata adalah jelmaan Malaikat Jibril tersebut mengabarkan bahwa Maryam akan memiliki seorang putra. Maryam terheran-heran lantaran dia belum bersuami, juga menyatakan bahwa dirinya bukan pezina. Malaikat Jibril menyebutkan bahwa hal itu mudah bagi Allah dan sudah menjadi ketetapan-Nya.

Referensi: 

Dian Yasmina Fajri, Maryam Perempuan Penghulu Surga, (Jakarta: Gema Insani, 2017)

Ririn Astuti Ningrum, Salihah Ala 4 Wanita Penghulu Surga, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo Kompas-Gramedia, 2018)

Abu Fida’ Ismail Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi, Terj. M. Abdul Ghoffar, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2013)

Ibnu Katsir, Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Perjalanan Hidup Para Nabi, Sejak Adam AS Sampai Isa AS, Terj. Saefullah MS, (Jakarta: Qisthi Press, 2015)

Sibel Eraslan, Maryam Bunda Suci Sang Nabi, Terj. Aminahyu Fitri, (Jakarta: Kaysa Media, Puspa Swara Group Anggota IKAPI, 2014)

Kontributor: Uswatun Khasanah, Semester II

Leave a Reply