Diklat Mengajar Kitab Kuning ‘Al-Miftah’ sebagai Usaha Upgrading Belajar Santri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

Diklat Mengajar Kitab Kuning ‘Al-Miftah’ sebagai Usaha Upgrading Belajar Santri Pondok Pesantren Asshiddiqiyah

MAHADALYJAKARTA.COM – Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta mengadakan kegiatan diklat mengajar kitab kuning dengan metode Al-Miftah Lil-‘Ulum Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan bagi para pengajar dan beberapa mahasantri di Perpustakaan Asshiddiqiyah pada Rabu (09/08).

Pelatihan ini dipimpin langsung oleh utusan dari Pondok Pesantren Sidogiri yakni Ustaz Ahmad Ja’far Shadiq dan Ustaz Ahmad Junaedi yang menyebutkan bahwa tujuan daripada kegiatan ini tidak lain adalah untuk mencetak generasi-generasi bibit unggul yang bisa menguasai kitab kuning.

Ustaz Ahmad Ja’far Shadiq selaku pemateri yang membuka kegiatan tersebut juga menyebutkan bahwasannya metode Al-Miftah merupakan salah satu metode yang dimiliki oleh pondok pesantren Sidogiri dengan nama “Al-Miftah lil ‘Ulum Mudah Belajar Membaca Kitab”.

Selanjutnya, Ustaz Ja’far juga mengungkapkan terkait berdirinya metode Al-Miftah ini yang ternyata berangkat dari sebuah kekhawatiran di Pondok Pesantren Sidogiri itu sendiri dan dikalangan pesantren-pesantren yang lain pada umumnya. Hal ini karena minat baca kitab para thalibul ‘ilm sudah mulai menurun dan gairah baca kitab sudah mulai berkurang. Sehingga tercetuslah Al-Miftah ini sebagai bentuk realisasi dari usaha membangkitkan kembali semangat belajar membaca kitab.

“Al-Miftah membawa jargon, bagaimana nahwu yang awalnya seram ini dikenal senang. Karena realita yang ada, banyak teman-teman itu jangankan untuk mempelajari nahwu, kadang dengar namanya saja sudah enggan. Kalau sudah begini jangankan mau mempelajari, ngelirik saja enggan,” tuturnya.

Jargon “Mudah Belajar Membaca Kitab” dalam metode Al-Miftah ini  dibuktikan dari metode pengajaran dan juga pengemasannya yang mudah dan praktis, di mana Al-Miftah hanya terdiri dari 4 jilid saja dan hanya memuat ilmu dasar nahwu dan shorof tanpa mengubah istilah yang ada. Namun, walaupun dasar sudah sangat cukup untuk bekal membaca kitab.

“Al-Miftah ini murni Jurumiyah dan ‘Imrithi, Cuma kita kemas dengan kemasan sedemikian rupa,” papar Ustaz Ja’far Shodiq.

Selain itu, metode Al-Miftah juga sangat asik. Hal ini dikarenakan pengemasannya didesain dengan berbagai warna yang cukup menyenangan dan juga nadzam yang menggunakan lagu-lagu yang mayoritas disukai anak-anak pada umumnya. Sehingga dalam realitas pengajarannya akan sangat menyenangkan sehingga mampu membangkitkan semangat belajar santri.

Thalibul ‘ilm generasi sekarang itu tidak setangguh para thalibul ‘ilm zaman dulu. Di mana santri zaman dulu semakin sulit pelajarannya, akan semakin tertantang untuk menaklukannya. Namun berbeda dengan santri zaman sekarang. Jangankan sulit, agak njlimet (red-rumit) sedikit sudah enggan untuk melihatnya, apalagi mempelajarinya,” lanjutnya.

Diklat ini berjalan dengan lancar dalam 4 sesi acara yang di mulai pada pukul 08.00 s/d 17.00 WIB, di mana setiap sesi membahas 1 jilid buku yang telah disediakan dan tata cara penyampaian materinya kepada santri.

Dengan adanya acara ini diharapkan mampu memberikan pengalaman bermanfaat terkait metode dalam mengajar santri bagi para pengajar. Selain itu, hal yang paling penting yakni para pengajar diharapkan mampu mencoba mempraktikan/menerapkan metode Al-Miftah ini sebagai usaha upgrading belajar membaca kitab kuning para santri.

Pewarta : Winda K. N.

Leave a Reply