Pernahkah kita membayangkan kehebatan dan aksi heroiknya perjuangan para pahlawan kita ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia? Dengan mengandalkan bambu yang di runcingkan dan barang seadanya, para pejuang mampu mempertahankan dan mengusir para penjajah, sampai detik ini masih banyak orang yang menganggap perempuan sebagai makhluk yang dianggap kurangnya langkah lebar sehingga sering didiskriminasikan sebagai orang ke dua dibandingkan para lelaki.
Dan apakah benar seorang wanita bisa menjadi pahlawan? Beberapa wanita pahlawan telah membuktikan salah satunya adalah Martha Christina Tiahahu wanita yang berhati baja dari Maluku.
Pahlawan yang lahir dari kawasan Indonesia Timur, khususnya dari daerah Maluku adalah Martha Chirstina Tiahahu. Beliau perempuan yang sangat peduli pada nasib dan negaranya. Akibat sikap penjajah yang sewenang-wenang, telah mengakibatkan penderitaan rakyat yang panjang, mereka adalah kaum lemah yang perlu dibela nasibnya.
Ketika tahun 1600-an, Belanda sudah mendapatkan tempat berpijak yang baik di Kepulauan Maluku. Perluasan perdagangan di bawah bendera VOC mampu mengusir pedagang bangsa asing lainnya. Baik Inggris maupun Portugis, seakan tak diberi kesempatan menguasai hasil kekayaan rempah-rempah yang terdapat di bumi Maluku.
Kebun-kebun pala direbut dari tangan bumiputra. Demikian juga kebun-kebun cengkeh. Hak asasi Rakyat setempat secara sewenang-wenang terus diinjak. Kebun-kebun besar yang menghasilkan bahan rempah-rempah dialihkan ke pemilik baru, yaitu bangsa Belanda sendiri. Sementara pihak bumiputra, semuanya ditindas.
Maluku adalah daerah yang indah dan subur tanahnya, tidak heran apabila rempah-rempah yang ada didaerah itu memiliki kualitas yang baik. Sehingga wajar saja apabila harganya mahal di pasar Eropa. Dan ketika Belanda tau akan hal tersebut mereka mengirimkan armadanya ke Maluku. Tidak hanya untuk berdagang, karena kerakusan keserakahannya Belanda.
Martha Christina Tiahahu tokoh masyarakat Maluku dan rekan seperjuangan Kapitan Pattimura yang berhasil merebut benteng Beverwijk di Negara Sila, Leinatu. Namun, pada tanggal 10 November 1817 Belanda berhasil merebut kembali benteng tersebut. Martha Christina Tiahahu seorang wanita yang lahir pada 1 Januari 1818, merupakan putri sulung dari pasangan Sina dan Paulus Tiahahu,
Christina bersama keluarganya tinggal di Desa Abubu, Pulau Nusa Laut. Saat Christina remaja, ia sangat setia kepada ayahnya untuk berjuang melawan penjajah Belanda. Bersama sang ayah ia berjuang keras dan mati-matian untuk melawan kolonial Belanda dari Tanah Air. Pada 17 Mei 1817, Benteng Duustede yang berhasil di kuasai oleh pasukan Maluku, pada masa itu juga disusul dengan jatuhnya Benteng Beverwijk. Dan pasukan Belanda yang ada di dalam kedua benteng tersebut pun tewas.
Ketika rakyat Maluku mengambil Benteng tersebut, Di medan pertempuran Kapitan Paulus Tiahahu selalu memberi teladan kepada putrinya mengukuhkan mentalnya agar pantang menyerah melawan penjajah Belanda. Ternyata, semangat perjuangan Kapitan Paulus Tiahahu menular kepada putrinya. Ia pun tumbuh sebagai gadis pemberani nan sangat tegar, hingga suatu ketika, Cristina dan ayahnya berhasil menguasai bentang Beverwijk, dari kemenangan ini pihak Belanda tidak terima atas kekalahannya, kemudian Belanda mengarahkan kapal Zwalau untuk merebut kembali Benteng Beverwijk. Namun berkat kegigihan dan strategi dari Cristina dan ayahnya, sehingga Benteng Beverwijk bisa di pertahankan.
Sebagai seorang Sultan Kerajaan Tidore, Sultan Nuku selalu berusaha agar bisa meringankan beban rakyatnya dari penindasan kolonial Belanda. Ketika usaha Sultan Nuku untuk mengusir Belanda, Sultan Nuku berhasil membina angkatan perang dengan armada terdiri dari 200 kapal perang dan 6.000 orang pasukan. Sultan Nuku menempuh perjuangannya melalui kekuatan senjata maupun politik diplomasi. Ketika Sultan Naka mempunyai siasat untuk mengadu domba terhadap Belanda dan Inggris hal ini dapat membebaskan kota Soa Siu dari kekuasaan Belanda pada masa 20 Juni 1801, kemudian Maluku Utara berhasil dipersatukan di bawah kekuasaan Sultan Nuku yakni Tidore.
Belanda akhirnya mengganti strateginya untuk mengusai Benteng Beverwijk dengan cara menipu muslihat. Yakni Belanda memasuki benteng tersebut. Dengan mengatas namakan Raja Nusa Laut, Sosalisa mengatakan bahwasanya para raja telah sepakat untuk berdamai dengan Belanda. Pada tanggal 18 November 1817 Belanda berhasil menipu Raja Nusa Laut. Belanda pun berhasil menguasai Benteng Beverwijk.
Pada 16 Desember 1817, Kapitan Pattimura dan beberapa kawannya menjalani hukuman mati oleh kolonial Belanda dengan hukuman di tiang gantungan. Kapitan Pattimura dan kawan seperjuangannya gugur sebagai pahlawan rakyat yang tertindas oleh kolonial Belanda. Dalam perlawanan ini di kenal pula pahlawan wanita sebagai tokoh yaitu Martha Christina Tiahahu. Perlawanan yang di lakukan Kapitan Pattimura apa yang disebut dengan Thomas Matules yang diawali dengan penyebaran terhadap benteng Belanda yang bernama “Benteng Duurstede” di Saparua. Dengan kegigihan rakyat Maluku untuk merebut kembali hak-haknya yang dipimpin oleh Kapitan Pattimura, yang akhirnya Bentang Duurstede direbut kembali oleh rakyat Maluku berkat kegigihannya. Sehingga Kapitan Pattimura dan yang lainnya di hukum mati oleh kolonial Belanda.
Setelah berhasil merebut kembali benteng-benteng tersebut, Belanda melakukan penangkapan Christina dan ayahnya. Mereka kemudian diadili dan dijatuhkan hukuman, Sang ayah yang bernama Kapitan Paulus harus menjalani tembak hukuman mati, sementara Christina dibebaskan karena belum cukup umur untuk menjalani hukuman. Ayahnya mengajak Christina untuk menyaksikan hukuman yang diberi Belanda untuk ayahnya, ketika ayahnya ditembak hingga tewas oleh pihak Belanda. Christina merasa teramat sangat sedih ketika mengetahui ayahnya yang tewas dan tidak bisa menolong ayahnya, ketika ayahnya mendapatkan hukuman tersebut Christina lah yang akan melanjutkan perjuangan ayahnya untuk membebaskan Maluku dari jajahan Belanda. Ketika ia dibebaskan Christina melarikan diri ke hutan, guna mengumpulkan pasukan, dengan harapan agar ia bisa melanjutkan perjuangan sang ayah untuk melawan Belanda. Karena kekuatan pasukannya jauh lebih kecil dibandingkan pasukan Belanda. Sehingga usahanya gagal dan Belanda berhasil menangkap Chirstina dan 39 orang pejuang lainnya.
Ketika Belanda berhasil menangkapnya, Belanda memberikan hukuman pada Christina kerja paksa di perkebunan kopi di pulau Jawa. Christina yang bersama 39 tawanan yang lain dibawa ke pulau Jawa dengan menggunakan kapal Eversten. Sebagai protes terhadap penjajah Belanda, kemudian Chistina tidak mau makan sehingga ia jatuh sakit. Dan dari beberapa cerita mengatakan bahwasannya ketika Chirstina jatuh sakit ia menolak diberikan obat oleh Belanda sehingga kondisi Christina semakin memburuk. Akhirnya pada tanggal 1 Januari 1818 Martha Christina Tiahahu meninggal dunia dalam perjalanan ketika berada di kapal Belanda Eversten. Jenazahnya kemudian secara diam-diam diturunkan ke laut oleh seorang perwira Belanda yang bersimpati pada perjuangannya, ketika jasadnya ditemukan, Christina kemudian dimakamkan di tanah kelahirannya, yaitu Nusa Laut, Maluku.
Penghisapan, penghinaan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda menyebabkan Martha Christina Tiahahu untuk tampil memimpin perjuangan demi mengentaskan penderitaan rakyat. Dengan segala daya upaya dan pikiran, perjuangannya dilakukan di tengah-tengah rakyat. Ketulusan dan keteladanan Martha Chirsthina Tiahahu patut dikenang sampai sekarang.
Perjuangan Martha Christina Tiahahu untuk berjuang melawan kolonial belanda dengan umur yang terbilang sangat muda dalam membela tanah air memberi semangat kepada kaum pria untuk membela Negeri. Atas jasanya tersebut, pada tanggal 10 Mei 1969 berdasarkan SK presiden no. 012/ TK/ 1969 di beri gelar pahlawan Indonesia.
Referensi:
Pranadipa Mahawira. 2013. Cinta Pahlawan Nasional Indonesia. Jakarta: WAHYUMEDIA
Tim Media Pusindo. 2008. Pahlawan Indonesia. Jakarta: MEDIA PUSINDO
Lia Nuralia dkk. 2010. Kisah Perjuangan Pahlawan Indonesia. Bandung: RUANG KATA
Mirnawati. 2012. Kumpulan Pahlawan Indonesia. Jakarta: PENERBIT CIF
Agus Riyanto. 2016. Bangkit, Maju, dan Raih Mimpi Menjadi Manusia Sukses Sejati Dunia Akhirat. Jakarta: PT GREMEDIA
Kontributor: Devi Rahmawati, Semester VI