MAHADALYJAKARTA.COM- Abu Sa’id al-Khudri lahir pada tahun ke-10 Hijriah. Nama lengkapnya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan bin Ubaid bin Tsa’labah al-Ajbar bin Auf bin al-Harits bin al-Khazraj al-Anshari al-Khazraj. Beliau adalah salah satu sahabat Rasulullah saw dari golongan Ansar yang banyak meriwayatkan hadis. Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan sebanyak 1.170 hadis, menjadikannya salah satu dari tujuh orang yang paling produktif dalam meriwayatkan hadis.
Ayahnya, Malik bin Sinan bin Ubaid bin Tsa’labah al-Anshari, adalah seorang sahabat Nabi saw yang ikut serta dalam Perang Uhud dan syahid dalam pertempuran tersebut. Nama Malik bin Sinan disebut dalam kitab-kitab sejarah Islam khususnya dalam dua peristiwa yaitu syahidnya dalam Perang Uhud dan ketika ia menghisap darah dari wajah Nabi saw. Abu Sa’id al-Khudri mengisahkan, “wajah Rasulullah saw terluka, maka Malik bin Sinan menghadap beliau dan menghisap darah dari wajahnya, kemudian menelannya. Nabi saw pun bersabda, “Siapa saja yang ingin melihat seseorang yang darahnya bercampur dengan darahku, maka hendaklah ia melihat Malik bin Sinan.’” Dalam riwayat Ibnu Ishaq di dalam kitab sirah-nya, Nabi saw bersabda, “Siapapun darahnya yang bercampur dengan darahku, maka neraka tidak akan menyentuhnya.”
Ibu Abu Sa’id al-Khudri bernama Anisah binti Abi Haritsah dari Bani Adi bin an-Najjar. Sejak kecil, Abu Sa’id telah hidup dalam kesusahan karena ditinggal wafat oleh ayahnya setelah Perang Uhud.
Sahabat yang Ditempa Langsung oleh Rasulullah saw
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah satu sahabat yang ditempa langsung oleh Rasulullah saw dengan hikmah dan anutan, sehingga menjadikannya seorang pribadi Muslim yang sejati. Di antara sifat terpuji yang ia miliki adalah senantiasa berjalan di atas kesabaran ketika menghadapi kesempitan dan ujian hidup.
Dikisahkan, ketika ayahnya meninggal dalam Perang Uhud, ia kemudian mendatangi Rasulullah saw untuk meminta-minta. Namun, Rasulullah saw memberikan nasihat menggugah untuk mendidiknya, hingga petuah itu meresap kuat ke dalam sanubarinya. Abu Sa’id al-Khudri menceritakan kisah tersebut dari jalur Utaibah, anaknya sendiri, di mana Abu Sa’id berkata, “Ayahku meninggal pada saat Perang Uhud sebagai syahid dan tidak meninggalkan harta sepeser pun kepada kami. Maka aku pun mendatangi Rasulullah dan meminta (harta) padanya. Tatkala beliau (Rasulullah) melihatku, beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang merasa cukup (tidak meminta-minta), maka Allah akan mencukupi (kebutuhan)nya. Barangsiapa yang menjaga diri (dari yang haram), maka Allah akan menjaganya.'” Maka aku (Abu Sa’id al-Khudri) pun kembali (tanpa membawa apa-apa).
Hadis tersebut juga terdapat dalam Ash-Shahihain dari jalur Atha Bin Yazid dari Abu Sa’id al-Khudri dengan cerita dan lafadz berbeda bahwa, “orang-orang Anshar meminta-minta kepada Rasulullah saw, dan tidak seorang pun meminta kepada beliau kecuali diberi, hingga ludes apa yang beliau punya untuk diinfakkan kepada mereka. Beliau kemudian berkata kepada mereka, ‘Kebaikan (harta) di sisiku tidaklah tersisa kecuali telah aku berikan kepada kalian. Barangsiapa yang menjaga diri (dari yang haram), maka Allah akan menjaganya. Dan siapa saja yang bersabar, maka Allah menjadikannya orang yang sabar. Begitu pula, barangsiapa yang merasa cukup (dari manusia), maka Allah akan memberikan kecukupan kepadanya. Pemberian (dari Allah) tidak ada yang lebih baik dan lebih lapang dari manusia selain kesabaran.”
Kemudian, beliau tumbuh menjadi seorang sahabat yang memiliki tingkat kekhusyukan yang tinggi, khususnya dalam ibadah salat. Hingga suatu ketika, saat beliau tenang menikmati kekhusyukan salatnya, ada anak panah yang menancap pada dirinya. Namun, beliau tidak menghiraukannya.
Dikisahkan Shalih al-Samman melihat Abu Sa’id al-Khudri sedang mengerjakan salat. Tiba-tiba seorang pemuda dari Bani Muith lewat di hadapan Abu Sa’id al-Khudri. Abu Sa’id menahan dan menghalanginya. Pemuda itu kemudian menatap Abu Sa’id dan kembali mencoba melewatinya. Tapi Abu Sa’id kembali menghalanginya dengan lebih keras lagi. Pemuda itu kemudian menghadap Marwan dan bertanya kepada Abu Sa’id, “mengapa kamu melakukan hal itu, Abu Sa’id?” Abu Sa’id menjawab dengan mengutip sabda Nabi saw, “Jika di antara kalian mengerjakan salat menghadapi sesuatu yang menghalangi dari orang banyak, lalu ada orang yang lewat di depan kalian, maka cegah dia. Jika ia menolak dan memaksa lewat, maka perangi dia. Dia setan.”
Ibnu Hajar menjelaskan bahwa maksud “Dia Setan” bukanlah setan dalam arti yang sebenarnya, melainkan bahwa perbuatan lewat di depan orang yang mengerjakan salat adalah perbuatan setan. Oleh karena itu, harus dicegah.
Meskipun Abu Sa’id al-Khudri berasal dari kalangan Anshar, ia sering bergaul dengan Ahli Suffah dan juga dikenal sebagai salah satu dari mereka. Bahkan, beberapa sahabat yang hidup cukup, lebih memilih hidup zuhud dan sabar seperti Ahli Suffah. Beberapa ulama terkenal dari kalangan sahabat selain Abu Sa’id tinggal di samping Masjid Nabawi sebagai Ahli Suffah, contohnya seperti Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas’ud.
Kisah penolakan mengikuti perang Uhud
Sebelum perang Uhud terjadi, Abu Sa’id al-Khudri ditolak untuk mengikuti peperangan tersebut. Pada saat itu, Rasulullah saw menyeleksi sahabat yang akan berangkat berjihad, di antaranya berdasarkan usia. Sekelompok sahabat yang masih remaja ditolak oleh beliau dan tidak diizinkan menyandang senjata pada hari itu. Salah satu sahabat muda tersebut adalah Abu Sa’id al-Khudri yang saat itu berusia 13 tahun.
Kisah penolakan dan pemulangan Abu Sa’id al-Khudri ini diceritakan sendiri oleh dirinya, di mana ia berkata, “Aku mengusulkan diri untuk ikut perang Uhud pada Rasulullah saw, sementara usiaku masih 13 tahun. Ayahku pun menggenggam tanganku seraya berkata, “ya Rasulullah, anak ini memiliki tulang yang sangat besar.” Nabi saw pun mengamatiku dari atas ke bawah kemudian membenarkan ayahku. Namun, beliau kemudian memerintahkan ayahku sambil bersabda, “Kembalikan anak itu.” Maka ayahku pun memulangkanku.”
Zaid bin Haritsah al-Anshari berkata bahwa Rasulullah saw menganggap kecil dan menolak sejumlah orang pada peristiwa perang Uhud, di antaranya Zaid bin Haritsah, al-Bara’ bin Azib, Sa’ad bin Khaitsamah, Abu Sa’id al-Khudri, dan Jabir bin Abdillah.
Peperangan yang pernah diikuti Abu Said Al-Khudri
Disebutkan dalam buku sejarah, bahwa beliau mengikuti 13 peperangan bersama kaum muslimin, baik yang diikuti oleh Nabi secara langsung (Ghazwah) maupun yang bentuknya ekspedisi (pengiriman satuan militer atas perintah Nabi), diantaranya :
- Perang Ghazwah
Perang Bani Musthaliq, Perang Khandaq, Perang Bani Quraidzah, Perang Hudaibiyah, Perang Mu’tah, Perang Hunain, Perang Tabuk, Perang Ukaidir di rumah Al-Jandul, Perang Fathu Makkah.
- Ekspedisi (syuriah)
Basyir bin Sa’ad ke Fadak, Al-Qamah bin Mujazzaz, Abdurrahman bin Auf ke Dumah Al-Jandal, Ali bin Abi Thalib ke Yaman.
Guru- gurunya Abu Said Al-Khudri
Berdasarkan riwayat-riwayat Abu Sa’id al-Khudri dari Rasulullah saw, meskipun sebagian besar ia meriwayatkan dari Nabi secara Marfu’, beliau juga meriwayatkan hadis dari sahabat-sahabat lain. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalani menuliskan, “Abu Sa’id al-Khudri meriwayatkan hadis dari Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Abu Qatadah al-Anshari, Abdullah bin Salam, Usaid bin Hudhair, Ibnu Abbas, Abu Musa al-Asy’ari, Mu’awiyah, dan Jabir bin Abdillah.”
Murid – Muridnya Abu Said Al-Khudri
- Murid- Murid dari golongan sahabat
Ibnu Umar, Jabir, Anas, Istrinya (Zainab binti Ka’ab), Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Mahmud bin Lubayd.
- Murid- Murid dari golongan Tabi’in
Abdurrahman (anaknya), Abu Umamah bin Sahl, Said bin Al-Musayyab, Thariq ibnu Syihab, Abu At-Thufail, Ata’bin Abi Rabbah, Ata’ bin Yasar, Ata bin Yazid, Iyad bin Abdullah bin Abi As-Sarh, Al-Agar bin Muaslim, Humaid bin Abdurrahman bin Auf, Muhammad bin Sirrin,dan masih banyak lagi.
Wafat Abu Said Al-Khudri
Abu Sa’id al-Khudri wafat di kota Madinah, tempat ia lahir, tumbuh, dan berjuang bersama Nabi dan para sahabat yang mulia. Terkait tahun wafatnya, terdapat perbedaan pendapat. Beberapa pendapat tentang tahun kematiannya adalah sebagai berikut:
- Beliau wafat pada tahun 72 Hijriah (menurut Al-Wakidi, Ibn Numair, dan Ibnu Bakir).
- Beliau wafat pada tahun 64 Hijriah (menurut Ali Al-Madini).
- Beliau wafat pada tahun 63 Hijriah (pendapat lain dari Ali Al-Madini dan Ibnu Hibban).
- Beliau wafat pada tahun 65 Hijriah (menurut Al-Askari).
Abu Sa’id al-Khudri dimakamkan di Baqi sebagaimana diwasiatkan kepada anaknya, Abdurrahman.
Referensi:
Mahsun, Diayadi, Ibrah Kehidupan, Surabaya: UM Surabaya Publishing, 2022.
Saepulloh,Darusmanwiati, Mengintip Alam Gaib, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2014.
Imron, Mustofa, Barisan Pemuda Pembela Nabi Saw, Depok: Suka Buku PT, 2021.
Rizqullah, Ahmad Mahdi, dkk, Biografi Rasulullah, Jakarta: Qisthi Press, 2017.
Al-Khathib, Muhammad Ajaj, Hadist Nabi dari Masa ke Masa, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2022.
Kontributor: Rifa Rohimatu Surur, Semester II
Editor: Siti Yayu Magtufah