Jenghis Khan, Sang Penakluk Asia
Menurut Muhammad Abdul Azhim Abu an-Nashr dalam karangan bukunya Islam di Asia Tengah, Jenghis Khan merupakan sosok yang bisa menyatukan suku-suku di kalangan bangsa Mongol yang bertebaran, yang kemudian merintis sebuah imperium yang paling besar di dunia, semula di kenal sejarah dengan nama Temujin. Ia lahir di Mongolia pada tahun 549 H/1155 M di wilayah Dolon Polaq, yang terletak di sisi kanan sungai Onon. Konon, nama aslinya diambil dari nama seorang amir yang berhasil dikalahkan oleh ayahnya, Yesugei Bahadur, pada detik detik Temujin di lahirkan.
Kehidupan Jenghis Khan cukup keras, dan ini berpengaruh terhadap pembentukan karakternya. Ketika umur 13 tahun, terjadi perselisihan dan perpecahan dalam suku Kiyat. Maka, keluarganya pun menjadi tawanan perang. Inilah yang menjadikannya berkarakter keras dan kuat.
Pada tahun 600 H/1204 M, Jenghis Khan berperang melawan kabilah Naiman Mongolia. Ia pun berhasil mengalahkan mereka di perbatasan gunung Altai. Dalam peperangan itu, kepala suku Naiman, Tayanak Khan, terluka. Tidak lama berselang, ia kemudian meninggal dunia. Setelah berhasil menguasai kerajaan-kerajaan Naiman, Jenghis Khan mengalahkan suku-suku Mongol lainnya yang tinggal di perbatasan Tibet dan di perbatasan timur Turkistan. Selain itu, pada tahun 603 H, ia berhasil mengalahkan Raghiz, salah satu kabilah Turki yang terbilang kuat, yang bertetangga dengan Mongol dan Tatar. Adapun raja Oregor cepat cepat menyatakan tunduk kepada Jenghis Khan. Di kemudian hari, ia menjadi sekutu yang paling kuat dengannya.
Setelah itu, Jenghis Khan mulai membenahi persoalan internal bagi pemerintahannya yang baru berkembang. Ia pun membentuk parlement pertama, Qaryalatai pada tahun 603 H/ 1206 M, setelah berhasil menyatukan seluruh Mongolia di bawah kepemimpinannya, pada pertemuan itulah ia pertama kali menentukan lambang pemerintahannya. Selain itu, ia juga menata imperiumnya dengan meletakkan perundang undangan kemasyarakatannya yang kuat. Selain itu, ia juga menyusun undang undang peperangan yang tidak kalah kuat dan tegas. Tatanan itu di kenal dengan undang-undang Ilyasa/Ilyasiq yang diimplementasikan oleh Mongol beserta semua yang menyatakan tunduk kepadanya. Mereka menjunjung tinggi perundang undangan itu sebagaimana para penganut agama mengultuskan kitab sucinya.
Dinasti Jengis Khan Sebagai Penyebar Agama Islam
Kembali ke masalah runtuhnya Khilafah Fatimiyah, 567 H/1171 M, dampaknya meningkatkan kemakmuran Khilafah Abbasyiah. Delapan puluh tahun kemudian datanglah bencana invasi bangsa Mongol di bawah pimpinan anak Jenghis Khan, yakni Hulagu ke Baghdad pada 656 H/1258 M. Serangan ini terjadi pada masa khalifah al-Musta’shim, 640-656 H atau 1242-1258 M. Pengaruh serangan ini, selanjtnya menjadikan Dinasti Jenghis Khan memeluk agam Islam.
Kemudian Dinasti Jenghis Khan membangun kekuasaan politiknya atau kesultanan di India yang di kenal dengan nama kesultanan Moghul dengan ibu kotanya Delhi, 1526 M. Moghul nama Mongol menurut India. Adapun sultan sultan adalah sultan Babar dari Kabul, Afganistan adalah keturunan Timur-i Lang.
Selanjutnya, sejarah mencatat nama nama Sultan Moghul: Humayun, 1530-1556 M. Akbar, 1550-1605 M. Salim, 1605-1628 M. Sultan Syah Dzjihan atau Syahjahan, 1628-1658 M, masa pemerintahan mencapai puncak kemakmuran yang luar biasa. Permaisurinya, Mumtaz Mahal yang sangat dicintainya. Di bangunkan makam yang tiada banding indahnya, Taj Mahal di Agra. Di bawah Sultan Aurangzeb, 1659 – 1707 M, hampir seluruh India di bawah pengaruh kesultanan Mongol atau Moghul.
Dengan berdirinya kesultanan Mongol, berhasil menggagalkan usaha imperialis kerajaan Katolik Portugis menguasai India yang mulai mendarat di kalikut (Calcutta) 1497 M. Baru setelah 350 tahun kemudian, artinya mulai abad ke-19 M, kerajaan Protestan Anglikan Inggris berhasil menjajah India.
Sekitar 10 tahun kemudian (1219/616 H), Jenghis Khan dengan 70.000 tentaranya memasuki Bukhara, Samarkand, Balkh Khurasan, Hamadzan, Quzwain, dan sampai perbatasan Irak. Di Bukhara, ibukota Khawarizm, mereka kembali mendapatkan perlawanan dari Sultan Ala ad-Din, tetapi kali ini tentara Mongol dengan mudah dapat mengalahkan pasukan Khawarizm. Di kota Bukhara ini terjadilah pembunuhan yang sangat mengerikan, perampokan merajalela, masjid, gedung sekolah, dan al-Qur’an dihancurkan dan di bakar. Kota Bukhara menjadi puing puing seolah olah kota ini tidak pernah ada sebelumnya. Pada 617 H/1220, Jenghis Khan menyerbu Samarkand. Di kota inipun perampokan dan pembakaran gedung gedung dan masjid terjadi lagi. Sebanyak 30.000 dijadikan tawanan dan diangkut sebagai budak dan dipekerjakan untuk keperliuan militer, pengangkut barang, dan sebagainya.
Babak Terakhir Jenghis Khan
Jenghis Khan berniat kembali ke Mongolia di musim semi tahun 620 H/1223 M, setelah menghancurkan Daulah Khawarizmiyah dan melumpuhkan setiap upaya pembelaan. Ia menjadikan wilayah Islam tak ubahnya padang pasir yang tandus dan gersang, tidak ada air dan tetumbuhan. Penduduknya dimusnahkan. Kotanya diluluhlantakkan, bahkan beberapa dihilangkan.
Sebelum memulai perjalanan pulang, Jenghis Khan memutuskan untuk membunuh seluruh tawanan yang jumlahnya begitu banyak dan semuanya tinggal di camp pasukan Mongol. Sampai sampai, setiap tenda menampung sekitar duapuluh atau tigapuluh tawanan dari kalangan profesional, seniman, tokoh terkemuka, pemimpin Daulah Khawarizmiyah, dan sebagainya. Mereka pun dibunuh dalam satu malam. Pembantaian semacam ini tidak pernah terjadi sepanjang sejarah.
Jenghis Khan yang sudah berumur tua dipaksa untuk memimpin pasukan untuk menghancurkan kerajaan Abbasyiah untuk kesekian kalinya, namun ketidakcakapan para pasukan dan seringnya melakukan mabuk-mabukan memperlemah pasukan militernya. Ia meninggal dalam perjalanan karena terjatuh dari kuda dan dirahasiakan oleh panglima-panglima setianya sampai musuh berhasil ditaklukkan. Keburukan dirahasiakan agar tidak dirusak oleh orang lain. Kekuasaan Mongol diwariskan pada putra ketiganya, Ogodai Khan. Alasan Jenghis Khan merujuk putra ketiganya untuk meneruskan tahta warisnya, disebabkan oleh keahlian yang di miliki Ogodai Khan dalam bernegoisasi, memimpin negara dan sifatnya yang tidak sombong (tidak seperti kakaknya yang sering bertempur satu sama lain).
Oleh : Robiatul Adawiyah, Semester IV
cakep…?
amzing ?
amazing ?
subhanallah
mantap ?
????????