Isra’ Mi’raj, Peristiwa Pelipur Lara Rasulullah saw
Beliau bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib, lahir pada tahun 570 M, ayahnya bernama Abdullah dari suku Quraisy, sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Saat beliau dilahirkan di muka bumi, beliau dalam keadaan yatim dan disusui serta diasuh oleh Halimatus Sa’diyah selama empat tahun lamanya. Setelah itu beliau diasuh oleh ibu kandungnya selama dua tahun, hingga usianya menginjak enam tahun, beliau menjadi yatim piatu. Setelahnya beliau diasuh oleh Abdul Muthalib selama dua tahun dan tidak lama kemudian, Abdul Muthalib wafat, setelah itu beliau diasuh oleh pamannya yang bernama Abu Thalib. Masa remaja beliau menjadi seorang penggembala kambing. Namun saat usianya 12 tahun, beliau ikut pamannya berdagang ke negeri Syam, hingga akhirnya beliau genap berusia 25 tahun. Pada usia tersebut beliau membawa dagangan saudagar kaya yang juga seorang janda berusia 40 tahun bernama Khadijah. Selang beberapa waktu, karena keuletan Nabi Muhammad saw., Khadijah merasa kagum hingga ia melamar Nabi Muhammad untuk menjadi suaminya.
Tak lama setelahnya, paman Nabi Muhammad wafat dalam usia 87 tahun, tiga hari setelahnya, sang istri tercinta pun wafat. Peristiwa tersebut terjadi di tahun 10 kenabian. Inilah tahun dimana Nabi Muhammad merasakan begitu banyak kepedihan, hingga Allah swt. menghibur Rasulullah saw dengan cara memperjalankan beliau yaitu dikenal dengan peristiwa Isra Miraj, sebagai salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri Nabi saw.
Kata Isra‘ berarti perjalanan pada malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha, sedangkan Mi’raj berarti dinaikkannya Nabi Muhammad ke langit. Dari peristiwa tersebut Allah swt memperlihatkan kebesaran dan kekuasaan-Nya, selain itu peristiwa tersebut juga sebagai pelajaran bagi orang-orang yang berakal, sebagai petunjuk, rahmat, dan penguat bagi orang yang beriman kepada Allah dan yang membenarkannya. Namun adapula seseorang yang mendengarkan peristiwa tersebut mereka keluar dari Islam, karena menurut mereka itu adalah hal yang mustahil. Sebelum melakukan perjalanan isra’ terlebih dahulu Malaikat Jibril menjemput beliau, saat itu Nabi Muhammad saw sedang berada di Hatim, tiba-tiba Jibril membelah dada Nabi Muhammad saw dan membersihkan hatinya dengan air zam-zam. Setelah pembelahan dada tersebut usai, perjalanan malam hari pun dimulai hingga tiba di Masjidil Aqsha, dan disana Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Ibrahim as., Nabi Isa as., Nabi Musa as dan para nabi lainya. Tak hanya pertemuan saja, disana para nabi melakukan shalat berjamaah, dan imamnya adalah Nabi Muhammad saw., usai shalat Nabi Muhammad saw. disuguhkan tiga bejana yang berisikan minuman, bejana pertama berisi arak, bejana kedua berisikan susu, dan bejana yang ketiga berisikan air. Dari ketiga bejana tersebut Nabi Muhammad saw memilih bejana yang berisikan susu lalu meminumnya. Ternyata tiga bejana yang berisikan minuman tersebut masing-masing menyimpan makna tersendiri, yaitu apabila Nabi Muhammad memilih bejana yang berisikan arak, maka beliau akan mabuk, begitu pula dengan ummatnya, ketika beliau memilih bejana yang berisikan air, maka beliau akan tenggelam, begitu pula dengan umatnya, sedangkan apabila beliau memilih bejana yang berisikan susu, maka beliau akan mendapatkan petunjuk, begitu pula dengan ummatnya.
Pada malam itu juga dari Masjidil Aqsha, beliau melakukan Miraj ke langit dunia hingga Nabi Muhammad saw sampai ke pintu gerbang langit yang bernama Al-Hafadzah yang artinya para penjaga. Di pintu tersebut terdapat satu penjaga bernama Ismail, malaikat tersebut membawahi dua belas ribu malaikat, setiap satu dari malaikat tersebut membawahi dua belas ribu malaikat. Di langit dunia tersebut Nabi Muhammad saw. bertemu dengan sosok yang sedang duduk bersama dengan banyak arwah-arwah, ternyata sosok tersebut adalah leluhur para manusia yaitu Nabi Adam dan di sekelilingnya adalah arwah-arwah semua keturunannya. Bukan hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga diperlihatkan oleh Allah swt. betapa pedihnya siksaan bagi orang-orang yang melanggar larangan-Nya dan meninggalkan perintah-Nya. Setelah itu Malaikat Jibril as. membawa Nabi naik langit ke dua, disana beliau bertemu dengan Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya as. bin Zakariya as. Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali menuju langit ke tiga, di sana beliau bertemu dengan Nabi Yusuf as. bin Ya’qub as. Setelah itu Jibril as. melanjutkan perjalanannya kembali serta mengajak Nabi menuju ke langit yang selanjutnya, di langit ke empat tersebut Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris as. Kemudian beliau ke naik langit ke lima, dan bertemu dengan Nabi Harun as bin Imran. Di langit ke enam, beliau bertemu dengan Nabi Musa as bin Imran. Setelah itu Jibril membawa Nabi menuju langit yang paling tinggi yaitu langit ke tujuh, disana beliau bertemu dengan Nabi Ibrahim duduk di kursi pintu Baitul Ma’mur, tiap harinya tempat itu dipenuhi 70.000 malaikat hingga hari kiamat.
Setelah bertemu dengan beberapa nabi di setiap tingkatan langit, akhirnya Nabi Muhammad saw. bertemu dengan Allah swt. dan Dia memerintahkan shalat sebanyak 50 kali selama satu hari. Setelah mendapatkan perintah tersebut Nabi Muhammad saw keluar dan bertemu dengan Nabi Musa as. Nabi Muhammad bercerita bahwasanya, Allah swt. memerintahkan shalat kepadanya sebanyak 50 kali sehari, namun menurut Nabi Musa itu terlalu berat jika diperintahkan kepada ummat Nabi Muhammad yang lemah. Seketika itu Nabi Muhammad saw bertemu kembali dengan Allah swt. untuk meminta dispensasi jumlah shalat, Allah swt. pun mengabulkan permintaan Nabi Muhammad saw., yang awalnya diperintahkan melakukan shalat 50 kali sehari, akhirnya menjadi lima kali dalam sehari yang pahalanya sama saja dengan melakukan shalat sebanyak 50 kali.
Dari peristiwa luar biasa pada diri Nabi Muhammad saw. dapat diambil hikmah mengapa Nabi Muhammad saw. bertemu dengan nabi-nabi pilihan pada setiap tingkatan langit, di antara hikmahnya ialah sebagai berikut:

Di langit yang pertama Nabi Muhammad saw. bertemu dengan Nabi Adam as., karena Nabi Adam as. adalah manusia pertama dan leluhur para nabi, selain itu kejadian yang sama juga menimpa Nabi Muhammad saw. yaitu, dahulu Nabi Adam pernah terusir dari surga dan tinggal di dunia, Nabi Muhammad saw. juga pernah diusir dari Makkah dan akhirnya tinggal di Madinah.
Di langit yang kedua Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Isa dan Nabi Yahya, terjadinya pertemuan tersebut karena adanya kejadian yang hampir sama, yaitu Nabi Isa pernah diincar kaum Yahudi yang merencanakan akan membunuhnya, sedangkan Nabi Yahya disiksa oleh kaum Yahudi sampai akhir hayatnya. Nabi Muhammad juga pernah mengalami kejadian tersebut, dimana kaum Yahudi ingin menyakiti Nabi Muhammad namun Allah swt. menyelamatkan beliau.
Di langit yang ketiga Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Yusuf, dalam pertemuan tersebut terdapat hikmah bahwasanya mereka dipertemukan karena mereka pernah dikabarkan wafat. Yusuf dikabarkan wafat oleh saudara-saudaranya, sedangkan Nabi Muhammad dikabarkan wafat ketika terjadi perang Uhud pada tahun 3 H.
Di langit keempat, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Idris, mereka dipertemukan karena memiliki persamaan dalam hal membuat surat untuk menyebarluaskan Islam dan surat tersebut dikirimkan kepada raja-raja.
Di langit kelima, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Harun, di mana mereka memiliki persamaan fasih dalam berbahasa, Nabi Muhammad fasih dalam berbahasa Arab, sedangkan Nabi Harun, fasih dalam bahasa Ibrani.
Dalam pertemuan Nabi Musa di langit yang keenam, Nabi Musa memiliki persamaan dengan Nabi Muhammad, karena Nabi Musa pernah berkomunikasi langsung dengan Allah swt., begitu pula dengan Nabi Muhammad.
Di langit yang ketujuh, Nabi Muhammad saw bertemu dengan Nabi Ibrahim as., karena Nabi Ibrahim as. adalah termasuk ayah beberapa nabi.
Referensi
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ibnu Hisayam. 2017. Sirah Nabawiyah. Terj. Samson Rahman. Jakarta: Akbar Media.
Indah Permatasari. 2014. Nabi Muhammad Hikayat Hidup Sang Pembawa Cahaya dari Lahir Hingga Menutup Mata. Tangerang: Latahzan.
As-Suyuthi Imam dan Al-Asqolani ibnu Hajar. 2008. Isra’ Mi’raj. Terj. Arya Noor Amarsyah. Jakarta: Qisthi
Ahmad Fakhri Azizi. 2018. Hikmah Pertemuan Rasulullah dengan Nabi
Terdahulu Saat Isra’ Mi’raj. https://Islami.co/Hikmah-Pertemuan-Rosulullah-dengan-Nabi-Terdahulu-Saat-Isra’-Mi’raj-bag-1/ (diakses Pada pukul, 22.30. Hari Sabtu 09 Februari 2019).
Terdahulu Saat Isra’ Mi’raj. https://Islami.co/Hikmah-Pertemuan-Rosulullah-dengan-Nabi-Terdahulu-Saat-Isra’-Mi’raj-bag-2-habis/ (diakses Pada pukul, 23.05. Hari Sabtu 09 Februari 2019).
Oleh : S. Wahidatun Naimah, Semester VI