Ikon Wisata Halal dan Religius Pulau Lombok

Ikon Wisata Halal dan Religius Pulau Lombok

MAHADALYJAKARTA.COM— Pulau Lombok memang sudah begitu terkenal dengan keindahan alamnya di berbagai sisinya. Pulau ini pun memiliki julukannya tersendiri sebagai Pulau Seribu Masjid dan Wisata Halal bagi para wisatawan. Salah satu masjid megah yang berada di tengah-tengah Lombok yaitu Islamic Center Mataram.

Masjid Islamic Center Mataram ini memiliki nama yaitu Masjid Hubbul Wathan. Pemberian nama ini ditujukan agar masjid ini bisa memberikan kenyamanan seperti sedang berada di Tanah Suci.  Nusa Tenggara Barat merupakan suatu bangunan megah masjid dengan motif Sasambo menunjukkan karakteristik tiga suku yang ada di Nusa Tenggara Barat yaitu: Sasak, Sumbawa dan Mbojo  yang berlokasi di Pusat Kota Mataram jalan Langko Kota Mataram dan berada di Pulau Lombok menjadi masjid terbesar dengan sebutan menara 99 karna sesuai dengan asmaul husna 99 nama Allah menjadi menara tertinggi di pulau Lombok.

Pulau dengan julukan, seribu Masjid yang diberikan kepada Lombok yang terdiri dari 4.500 masjid yang terbesar di 598 desa dan kelurahan di Pulau Lombok. Pembangunan ini diresmikan pada 15 Desember 2013 yang dananya bersumber dari (APBD) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Sebelum muncul gagasan tentang Bandara Internasional Lombok (BIL) masyarakat NTB terlebih dahulu bercita-cita memiliki Islamic Center. Gagasan tentang pembangunan Islamic Center sudah terencana sejak zaman Gubernur Warsito (1993-1998). Pada era Gubernur Harun Al-Rasyid (1998-2003), dan mulai dibentuk kepanitiaan pembangunan pada masa Gubernur Serinata (2003-2008). Tiga lokasi sudah dipilih namun panitia belum bisa bekerja maksimal karena berbagai kendala.

Begitu dilantik sebagai gubernur, Tuan Guru Bajang TGB mendapatkan momentum yang tepat untuk mempercepat pembangunan Islamic Center di NTB. Segera ia memutuskan lokasi yang akan dibangun dan membuat sayembara master plan dari bangunan Islamic Center tersebut.

TGB tidak mau tergesa-gesa untuk membuat Islamic Center ini segera selesai mengingat besarnya biaya anggaran yang mencapai 600 miliar dan prioritas pembangunan saat itu yang terfokus pada pembangunan infrastruktur. Namun bukan berarti santai dan tanpa target, TGB tetap berupaya maksimal agar pembangunan Islamic Center segera direalisasikan. Tanggal 19 Maret 2010 menjadi awal dimulainya pembangunan Islamic Center dan baru selesai pengerjaannya pada tahun 2016, yakni pada masa kepemimpinan TGB periode kedua.

Cukup lama pembangunannya, namun semua dilakukan secara terukur dan terencana. Hasilnya pun seperti yang diharapkan semua pihak. Meskipun belum tuntas pembangunannya, Islamic Center telah dipakai untuk sejumlah hajatan tingkat nasional dan internasional. Sebut saja perhelatan MTQ nasional 2016 yang dihadiri 3-4 ribu jamaah dari seluruh Indonesia. Disusul dengan Konferensi Internasional bertema “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi” yang diselenggarakan oleh Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Mesir cabang Indonesia.

Konferensi Internasional ini dihadiri diri oleh sekitar 400 peserta dari 25 negara, dan tentu ini ikut menyumbang pergerakan ekonomi setempat. Yang tak kalah pentingnya, nama NTB lebih dikenal secara internasional, dan ini merupakan kesempatan untuk lebih memperkenalkan sektor pariwisata yang memang menjadi andalan NTB. Usai perhelatan Konferensi Internasional tersebut, beberapa kegiatan nasional silih berganti menjadikan Islamic Center sebagai lokasinya.

Keberadaan Islamic Center dengan beberapa kegiatan besar yang diselenggarakan di sana ikut mengangkat nama NTB ke luar daerah. Ini menjadi bekal yang sangat berharga untuk mendukung cita-cita TGB yang sudah lama terpendam, yakni menciptakan program wisata halal di NTB. Sebuah masjid yang megah menjadi sentra kunjungan bagi para wisatawan, khususnya wisatawan muslim, yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Masjid Raya yang bisa menampung 15.000 jemaah ini oleh TGB diberinya nama Masjid Hubbul Wathan yang artinya cinta tanah air.

Bukan sekedar untuk kepentingan ibadah saja, keberadaan Islamic Center juga ikut mengangkat sektor ekonomi bagi masyarakat sekitar. Hal ini tak lepas dari keberadaan masjid raya sebagai objek wisata islami yang menawarkan keindahan, kenyamanan, dan nuansa religius bagi para wisatawan.

Selain keberadaan masjid raya sebagai bangunan utama, kawasan ini terintegrasi dengan bangunan lain yang meliputi gedung pertemuan, perkantoran, kawasan bisnis, area pendidikan, perpustakaan, perhotelan, dan fasilitas pengembangan kebudayaan.

Bukan hanya orang muslim yang boleh memasuki kawasan masjid ini, wisatawan yang berkunjung dan merupakan non muslim pun boleh datang dan melihat suasana masjid ini. non muslim diwajibkan mengenakan pakaian menutup aurat semacam jubah. Nantinya wisatawan bisa menuju ke lantai tiga yang merupakan tourism zone (ruang area wisata), yang dilengkapi berbagai informasi.

Dalam sebulan, tak kurang ada 3.000-5.000 wisatawan yang singgah ke masjid raya ini. Tak hanya, para pedagang lokal pun menjamur demi mengais rezeki di sekitar Masjid Raya. Lapangan kerja tercipta dengan berdirinya kawasan terpadu Masjid Raya Hubbul Wathan Lombok.

Referensi

Fathon, Nuhkal. 2021. Jeritan Mimpi. Jakarta: Guepedia.
Jahurudin dkk. 2022. Wisata Ramah Muslim: Wisata Halalan Thayyiban. Jakarta: Prenada.
Muliadi. 2018. Buku Ajar Kebudayaan dan Pariwisata. Yogyakarta: Garudahawaca.
Rahim, Abdul. 2020. Runtuhnya Kezuhudan Beragama. Jakarta: Sanbil.
Redaksi Qultummedia. 2018. Ulama Pemimpin: Kiprah Tuan Guru Bajang dalam Membangun Umat. Jakarta: Qultum Media.

Kontributor: Rizwan Hadi, Semester IV

Leave a Reply