#Seri1 Ayat Puasa: Tambatan Menghapus Dosa

#Seri1 Ayat Puasa: Tambatan Menghapus Dosa

Ibadah yang tidak bisa dibuat riya’ dan sombong, itu hanya puasa. Orang Shalat, bisa memperlihatkan bacaan yang meliuk-liuk sekaligus kekhusu’anya. Orang Zakat, bisa memperlihatkan kedermawananya. Orang Haji, bisa memamerkan kekayaan dan sebutan hajinya. Tapi, hal itu semua tidak bisa dilakukan bagi orang yang berpuasa. Amal puasa tidak bisa dilihat dan didengar orang lain, ia hanya terbentuk dari kesadaran pribadi masing-masing. Maka dari itu, Allah membalas dengan balasan yang tidak terkira, salah satunya adalah Allah menyiapkan ampunan dan pahala yang agung. Seperti dalam firman Allah Swt. surat al-Ahzab  (35) : 

 

إنَّ المُسْلِمِينَ والمُسْلِماتِ والمُؤْمِنِينَ والمُؤْمِناتِ والقانِتِينَ والقانِتاتِ والصّادِقِينَ والصّادِقاتِ والصّابِرِينَ والصّابِراتِ والخاشِعِينَ والخاشِعاتِ والمُتَصَدِّقِينَ والمُتَصَدِّقاتِ والصّائِمِينَ والصّائِماتِ والحافِظِينَ فُرُوجَهم والحافِظاتِ والذّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا والذّاكِراتِ أعَدَّ اللَّهُ لَهم مَغْفِرَةً وأجْرًا عَظِيمًا

 

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”

 

Kenapa Allah menyebutkan kembali ‘amaliyah’ puasa dalam ayat ini? padahal, ia merupakan salah satu rukun daripada Islam itu sendiri, dan diwajibkan bagi kaum muslim. Ibn Ashur dalam al-Tahrir wa Tanwir memberikan penafsiran bahwa “penyebutan kata al-Shaimin wa al-Shaimat secara jelas dalam ayat tersebut untuk mengingatkan keagungan daripada puasa itu sendiri.” Maka dari itu, Rasulullah secara spesial mensabdakan sebuah hadis Qudsi terkait pahala orang puasa :  

 

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ ، قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

“Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikannya sepuluh kali, sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Swt. Berfirman : Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku (secara privasi) yang akan memberikan pahalanya.” (HR. Bukhari)

Kalimat  ‘wa ana ajzi bihi’  itu merupakan ibarat besarnya pahala dan banyaknya pemberian, bagaimana tidak? Allah Swt. sendiri yang akan memberikan balasan, tidak melalui hitung-hitungan nalar malaikat pencatat amal baik. Bagaimana tidak mendapatkan banyak pahala? Dalam sebuah hadis – status validitasnya masih terjadi perdebatan- dikatakan bahwa :  

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ   

 

“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, berdiamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipat gandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni.” (HR. al-Dailami)

 

Jika dibaca sekilas, hadis tersebut kontradiktif dengan anjuran memperbanyak amal baik pada waktu puasa, karna tidur bisa dianalogikan dengan sifat malas-malasan. Akan tetapi, bukan tidur abas (percuma) yang dimaksud, namun lebih kearah tidur yang bernilai positif dan produktif, contoh : tidur Qailullah yang memiliki manfaat memberi kesegaran untuk ibadah malam, atau tidur dengan niat menghindar dari maksiat nonton film, youtube, atau medsos yang lebih ke arah negatif.

 

Banyak hadis yang senada, terkait legasi pahala tanpa batas yang diberikan Allah Swt. ketika puasa bulan Ramadhan. Ibarat kata, tidur saja diberi pahala, apalagi pekerjaan atau amal baik yang sudah bernilai ibadah? Maka dari itu, dengan banyaknya pintu pahala yang dibuka, Allah Swt. juga memberikan remisi terhadap kesalahan-kesalahan yang sudah manusia lakukan, berdasar sebuah hadis :  

   

اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

 

”Bertakwalah kepada Allah Swt. di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan).” (HR. al-Tirmidzi)

 

Hadis diatas menyatakan bahwa setiap perbuatan baik, itu bisa menghapus perilaku buruk dan dosa yang sudah dilakukan. Jika dalam setiap gerakan orang berpuasa itu bisa dijadikan ladang pahala, niscaya juga menjadi tambatan pelebur dosa. Bahkan, puasa tidak hanya sekedar penghapus dosa, tapi juga jaminan agar tidak masuk ke dalam neraka. Seperti dalam hadis :

 

 الصيام جنة وحصن حصين من النار

 

“Puasa adalah perisai dan benteng dari api neraka.” (HR. Ahmad).

 

 

Nur Salikin,

Tangerang, 13 April 2021.

 

Share on facebook
Facebook
Share on google
Google+
Share on twitter
Twitter
Share on whatsapp
WhatsApp

Leave a Reply