Bahasa Satu, Kebhinekaan Indonesia Menyatu

Bahasa Satu, Kebhinekaan Indonesia Menyatu

Islam merupakan agama yang damai, agama yang tunduk, agama yang mulia, dan agama yang berakhlak. Rasulullah saw. diturunkan ke bumi sebagai rahmatan lil’alamin. Sedangkan pengertian dari radikalisme sendiri adalah suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Menurut Tb. Ardi Januar, konsep radikal karena adanya ‘orang tua radikal’ itu sendiri, yakni ketidakadilan dan kemiskinan sehingga melahirkan anak yang bernama radikalisme. Potensi radikalisme tidak memandang agama, ras dan budaya. Setiap individu berpotensiotensi untuk menjadi radikal. Alasan radikal dapat berasal dari perbedaan kepercayaan cara pandang atau memahami terhadap radikalisme, tujuan yang berbeda dari yang sudah ada, dan kelemahan (krisis sosial, krisis ekonomi dan lain-lain).

Seseorang dapat bersikap radikal karena ia merasa diperlakukan tidak adil. Kemiskinan juga merupakan hal yang bisa mengacu pada radikalisme. Indikator radikalisme di antaranya intoleransi, konsep jinayah yang salah dan adanya kelompok pendukung radikalisme.

Cara menghindari radikalisme di antaranya bekerja sama dengan kelompok-kelompok yang mengatasi radikal, berpikir kritis dan masih banyak yang lainnya. Dalam survei yang diadakan kemarin di sekolah-sekolah negeri, 7,7% siswa setuju dengan radikalisme. Islam sendiri tidak setuju dengan adanya radikalisme. Islam saat ini masih mayoritas dalam segi angka dan minoritas dalam segi radikalisme. Tetapi dalam media masa selalu Islam yang menjadi sorotan dari radikalisme.

Contoh radikalisme yang menjadikan negaranya terpecah belah hanya karena ingin satu bahasa adalah Rusia. Sebelum menjadi Rusia, nama negara ini adalah Uni Soviet. Di Indonesia sendiri terdapat 70.

0 bahasa lokal dan 76 agama. Indonesia tidak memaksa penduduknya untuk menggunakan satu bahasa, agar tidak seperti negara Rusia yang terpecah belah. Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sendiri sebagai bahasa pemersatu, agar di antara warga negara dari daerah satu dengan daerah lain saling mengerti. Ini merupakan sebuah kebijakan yang patut diteladani oleh negara-negara lain.

Inilah ulasan singkat tentang seminar yang diadakan oleh Ikatan Keluarga Alumni Asshiddiqiyah, bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila. Seminar ini mengusung tema Islami, Radikalisme dan Pancasila di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah. Ahad (01/10). (Erna)

 

Leave a Reply