Syekh Junaid Al-Batawi: Guru Para Ulama Betawi

Syekh Junaid Al-Batawi: Guru Para Ulama Betawi

MAHADALYJAKARTA.COM – Thoriq Aziz Jayana (2021: 39), menurut budayawan Betawi, H. Ridwan Saidi mengatakan bahwa Syekh Junaid al-Batawi ialah satu-satunya ulama Betawi yang memiliki pengaruh besar di dunia Islam pada awal abad ke-19. Bahkan, ia merupakan poros silsilah ulama Betawi pada masa kini.

Namun riwayat hidup Syekh Junaid al-Batawi ini belum terlalu diketahui banyak orang, informasi tentangnya belum ditemukan secara pasti. Walaupun demikian, tidak adanya keraguan bahwa ia merupakan ulama berpengaruh yang pernah menjadi imam di Masjidil Haram dari kalangan ulama Betawi. Hal tersebut dalam diketahui melalui pelacakan yang dilakukan terhadap tarajim (bentuk jamak dari tarajamah) yaitu dalam historiografi barat disebut ‘kamus biografi’ (biografhical dictionary) ulama Mekkah pada masanya dan tarajim ulama Mekah dan Madinah (al-Haramain al-Syarifain) itu sudah tersedia sejak abad ke-19, dilansir dari  ADKHS Amsir – Jurnal Lektur Keagamaan, 2018: 284.

Dikatakan juga oleh Thoriq Aziz Jayana (2021: 40) menurut Snouck Hurgronje bahwa Syekh Junaid Al Batawi bermukim di Mekkah selama enam puluh tahun, sejak tahun 1834 M dengan istri dan keempat anaknya. Saat itu usia Syekh Junaid sekitar empat puluhan. Perjalanannya ditulis dan dibukukan dengan judul Mecca in the Latter Part of 19th Century.

Di Betawi, Syekh Junaid merupakan syaikhul masyayikh yaitu guru dari pada guru. Peranan beliau sangat penting di kehidupan sosial masyarakat. Saat martabat masyarakat Betawi mengalami keterpurukan akibat penjajahan baik ekonomi dan kejiwaan semakin parah abad ke-19. Adanya kerja rodi dan kesewenang-wenangan tanpa adanya hukum yang adil dan perlakuan yang menghinakan, memperbudak harga diri, menjadikan masyarakat Betawi dilanda kemiskinan dan psikis yang terganggu.

Dalam jangka waktu yang lama, berbagai keresahan ini tentunya masyarakat membutuhkan penolong sebagai tempat berkeluh kesah, mengadu dan menghempaskan beban yang dirasa berat. Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwasannya ulamalah yang berperan penting di berbagai aspek kehidupan. Dengan begitu, masyarakat Betawi sangat menghormati para ulama sebagai pemimpin mereka.

Dikatakan oleh Saidun Derani (2013: 126) bahwa Dr. Adian Husaini menyebutkan kelahiran kelompok terpelajar (creative minority) ini dapat mengangkat harkat dan martabat orang-orang Betawi sebagai komunitas yang memiliki kesadaran untuk merumuskan jati dirinya yang berdiri sama tegak dengan etnis-etnis lain di Nusantara.

Alwi Shahab mengatakan, Syekh Nawawi Al Bantani merupakan salah seorang murid Syekh Junaid yang menjadi ulama terkemuka juga imam Masjidil Haram dan sangat dekat dengan gurunya (Syekh Junaid). Oleh karena itu, setiap haul Syekh Nawawi selalu dibacakan Al Fatihah untuk Syekh Junaid.

Uniknya, dalam MUI DKI Jakarta (2019), Buya Hamka menceritakan di ‘Diskusi Perkembangan Islam di Jakarta’ pada 27-30 Mei 1987, sekitar tahun 1925, ketika ditaklukkannya Syarif Ali (putra Syarif Husain bin Ali, raja Hijaz tahun 1916-1924 M) oleh Ibnu Saud, di antara penyerahannya adalah agar keluarga Syekh Junaid tetap dihormati setingkat dengan keluarga Ibnu Saud. Hal itu disebabkan karena keberadaan beliau sangat dihormati juga di Hijaz. Oleh karena itu, penulis menyebutnya sebagai sang elite ulama Betawi.

Kontributor: Siti Yayu Magtufah, Semester VI

Leave a Reply