Al-Kindi: Sang Filsuf Islam Pertama dan Penerjemah Pertama Filsafat Yunani

Al-Kindi: Sang Filsuf Islam Pertama dan Penerjemah Pertama Filsafat Yunani

Pustaka Setia Dinamika pemikiran dalam dunia Islam tetap berkembang sampai masa modern ini. Kenyataan ini dimungkinkan terjadi karena adanya doktrin-doktrin yang menghargai akal setinggi mungkin sebagai salah satu sumber pengetahuan dan kebenaran. Bahkan, al-Qur’an dan hadist tak jarang menyuarakan urgensi penalaran, penelitian, dan pemikiran. Banyak istilah-istilah yang dipakai untuk menunjukkan pengertian ini, seperti nazhar, tadabbur, dan tafakkur. Berdasarkan doktrin-doktrin inilah banyak ilmu-ilmu baru dari Barat masuk dalam Islam, seperti filsafat yang akan mewarnai nuansa ilmu keislaman. Sebab itulah banyak juga ilmuwan-ilmuwan muslim yang lahir dengan pemikiran-pemikiran genius mereka. Ilmuwan-ilmuwan tersebut mampu mencampur kaitkan antara ilmu barat tersebut dengan Islam melalui pemikiran-pemikiran rasional mereka. Salah satu ilmuwan tersebut yang terkenal adalah al-Kindi. Beliau merupakan filosof pertama Islam yang banyak menerjemahkan dalam bahasa arab karya-karya para filsuf Yunani, antara lain karya Aristoteles dan Plotinos.  

Al-Kindi (alkindos) memiliki nama lengkap Abu Yusuf Ya’kub bin Ishaq bin Shabbah bin Imran bin Ismail al-Ash ‘ats bin Qais al-Kindi. Beliau lahir di Kufah yang sekarang bernama Iraq, pada tahun 801 M, saat masa Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dari dinasti Bani Abbasiyah (750-1258 M). Pengambilan nama al-Kindi berasal dari nama kakek buyutnya, yang telah masuk Islam pada masa Rasulullah Saw masih hidup. Termasuk sahabat Rasul. Namun, kemudian mereka pindah ke Kufah. Selama di Kufah, ayah beliau menjabat sebagai Gubernur, pada masa kekhalifahan al-Mahdi (775-785 M), Khalifah al-Hadi (785-876 M), dan pada masa kekhalifahan Harun ar-Rasyid (876-909 M). Masa kekuasaan Bani Abbasiyah (750-1258 M).  Diceritakan ayah al-Kindi meninggal saat beliau masih kecil. 

Masa kecil al-Kindi terlalui di Kufah. Beliau sudah menghafal al-Quran sejak kecil, belajar tata bahasa arab, kesusastraan arab, dan ilmu hitung. Keseluruhan ilmu yang beliau pelajari pada masa itu merupakan kurikulum pelajaran wajib bagi semua anak-anak Zamannya di wilayah Kufah. Setelah itu, beliau mendalami ilmu Fiqih dan kajian keilmuan baru yang disebut Kalam. Tetapi kecenderungan beliau lebih kepada ilmu pengetahuan dan filsafat, khususnya ketika beliau sudah berdomisili di Baghdad setelah meninggalkan Kufah. Di ibu kota pemerintahan Bani Abbas ini, beliau lebih mencurahkan perhatiannya terhadap penerjemahan dan pengkajian ilmu filsafat, serta pemikiran-pemikiran rasional lainnya yang marak pada masa itu. 

Atas kelebihan dan reputasinya dalam filsafat dan keilmuan, al-Kindi kemudian bertemu dan berteman baik dengan Khalifah al-Makmun, seorang khalifah dari Bani Abbas yang sangat menyukai pemikiran-pemikiran rasional dan filsafat. Beliau selanjutnya diangkat sebagai penasehat dan guru istana pada masa Khalifah al-Mu’tashim dan al-Watsiq. Al-Qifti sang penulis biografi beliau mengatakan, “Al-Kindi banyak menerjemahkan buku-buku filsafat, menjelaskan hal-hal rumit di dalamnya, serta intisari teori-teori canggih filsafat. 

Al-Kindi adalah satu-satunya filosof muslim keturunan Arab asli yang bermoyang kepada Ya’qub bin Qathan yang bermukim di Arab Selatan. Beliau juga seorang filosof muslim yang sangat produktif. Tak heran, banyak para sejarawan menjuluki beliau “Filosof Arab”.  Ibnu Nadhim mengatakan bahwa al-Kindi telah menerbitkan 260 judul karya seperti, Filsafat, Logika, dan Kosmologi. Sedangkan Sha’id al-Andalusi menyebutnya 50 buah karya al-Kindi. Terlebih lagi sebagian dari karyanya tersebut telah hilang, sehingga sukar sekali untuk memberikan penilaian yang tepat terhadap buah pikirannya. Adapun salah satu karya beliau yang hilang berjudul Rasail al-Kindi al-Falsafiyah, karya sempat di edit serta diterbitkan di Kairo dalam dua jilid (jilid pertama pada tahun 1950 dan jilid kedua pada tahun 1953). 

Sekalipun demikian, hal ini tidak mengurangi penghargaan terhadap beliau sebagai seorang filosof pertama islam yang memberikan ulasan dan kritiknya terhadap buku-buku filsafat dari masa-masa sebelumnya. Salah satu karangannya yang terkenal ditemukan oleh seorang ahli ketimuran Jerman bernama Hilmuth Ritter, di perpustakaan Aya Sofia, Istanbul, Turki. Adapun tersebut terdiri atas 29 risalah. Beberapa karya ilmiyahnya telah diterjemahkan oleh Gerard of Cremona ke dalam bahasa Latin. 

Beberapa karya al-Kindi, baik yang ditulis beliau sendiri atau yang telah ditulis ulang oleh penulis lainnya, diantaranya sebagai berikut: 

1. Kitab Kimiya’ al-‘Itr (Book of the Chemistry of Perfume). 

2.Kitab fi Isti’mal al-‘Adad al-Hindi (On the Use of the Indian Numerals). 

3.Risala fi-Illa al-Failali I-Madd wa I-Fazr (Treatise on the Efficient Cause of the Flow and Ebb). 

4.Kitab al-Kindi Ila al-Mu’tashim Billahi fi Falsafah al-Ula, karya yang merangkum  

pemikiran al-Kindi tentang filsafat pertama kali. 

5.Kitab al-Falsafah adh-Dhakhilah wa al-Masa’il al-Manthikiyyah wa al-Muktasha Wama Fauqa ath-Thob’iyyah, karya yang berhubungan dengan pengenalan filsafat persoalan logika dan metafisika. 

Karya-karya al-Kindi tersebut tidak banyak membicarakan persoalan-persoalan filsafat yang rumit dan yang telah dibahas sebelumnya. Namun, isi karya tersebut lebih mengutamakan definisi-definisi dan penjelasan kata-kata, serta mengutamakan ketelitian kata-kata dari pada menyelami permasalahan filsafat. Pada umumnya, karya-karya al-Kindi ini lebih ringkas dan tidak mendalam. 

Sumber pemikiran al-Kindi diperoleh dari sumber-sumber Yunani klasik, terutama Neoplatonis. Adapun risalahnya, adalah Risalah fi al-Hudud al-Asyya’, secara keseluruhan dapat dipandang sebagai basis atas pandangan-pandangannya sendiri. Ia juga meringkas definisi-definisi dari literatur Yunani dengan niat hendak memberikan ringkasan filsafat Yunani dalam bentuk definisi. Sedangkan kebanyakan definisi-definisi itu adalah definisi secara harfiah yang berasal dari Aristoteles.  

Dalam al-Falsafah al-Ula, al-Kindi pernah secara jelas menulis, “Kita hendaknya tidak merasa malu untuk mengakui sebuah kebenaran dan mengambilnya dari manapun dia berasal, meski dari bangsa-bangsa terdahulu ataupun dari bangsa asing. Bagi para pencari kebenaran, tidak ada yang lebih berharga kecuali kebenaran itu sendiri. Mengambil kebenaran dari orang lain tersebut tidak akan menurunkan atau merendahkan derajat sang pencari kebenaran, melainkan justru menjadikannya terhormat dan mulia”. Pernyataan al-Kindi tersebut, sebelumnya juga pernah disampaikan oleh Khalifah Ali bin Abi Tholib, seorang khulafaur rasyidin (656-661 M.). 

Al-Kindi juga berpendapat bahwa pengertian filsafat secara istilah adalah ilmu untuk mengetahui batas hakikat suatu sejarah dan batas kemampuan manusia, yang meliputi filsafat ilmu ketuhanan. Filsafat ini adalah yang paling luhur dan mulia, serta merupakan sabab (‘iilah) bagi setiap kebenaran/realiat. Filsafat ilmu keesaan (wahdaniyah), dan filsafat ilmu keutamaan (fadhilah). Adapun tujuan ilmu filsafat adalah untuk mengetahui kebenaran. Sedangkan dalam praktik adalah mengamalkan kebenaran atau kebajikan. 

Pemikiran-pemikiran al-Kindi tentang sifat-sifat Tuhan tidak berbeda konsep dengan Muktazilah, yakni menolak adanya sifat positif apapun pada Tuhan, dan menolak pembedaan antara sifat dan esensi Tuhan, karena hal tersebut dianggap bisa menghilangkan sifat keesaan Tuhan. 

Demikian itulah segores kisah dan biografi dari seorang filosof muslim pertama yang mampu menerjemahkan filsafat Yunani pertama kali, karya Aristoteles dan Plotinos. Beliau dengan ketekunan dan kedisiplinannya dalam mencapai tujuannya. Semoga bisa menjadi teladan bagi kita para pelajar muda negeri. 

Referensi: 

Achmad Khudlori Soleh. 2016. al-Falsafah al-Ula, Filsafat Islam, Pemikiran al-Kindi Yogyakarta: Armuzz Media  

 Asep Sulaiman. 2016. Mengenal Filsafat Islam. Bandung: Yrama Widya, cet. 1  

Amroeni Drajat. Filsafat Islam, Jakarta: Erlangga, tt. 

Ahmad Hanafi. 1982. Pengantar Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang  

A. Musthofa. 1999. Filsafat Islam. Bandung.\

Kontributor: Shifatul Aula Firinda Nur Azizah, Semester IV

Leave a Reply