MAHADALYJAKARTA.COM – Pada akhir September lalu, dunia maya dikejutkan dengan video perundungan salah siswa SMP di Cilacap, Jawa Tengah yang dilakukan oleh beberapa siswa dari sekolah yang sama, tepatnya siswa SMP Negeri 2 Cimanggu, Cilacap. Dalam video tersebut, terlihat seorang siswa dianiaya oleh siswa lain yang mengenakan topi di hadapan sejumlah siswa lainnya. Beberapa anak sempat mencoba melerai, namun beberapa anak justu mendapat ancaman dari pelaku perundungan. Setelah diselidiki ternyata pelaku merupakan kakak kelas dari korban.
Miris sekali, kasus perundungan atau bullying bukan sekali dua kali saja terjadi di Indonesia. Namun, sudah sangat sering terjadi, bahkan sudah dalam tahap sudah biasa terjadi. Tidak hanya di Indonesia namun di luar negeri pun kasus ini sudah menjadi perhatian publik. Kasus ini dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja, namun memang paling sering terjadi pada anak-anak. Menurut data KPAI pada tahun 2018, kasus bullying dan kekerasan fisik masih menjadi kasus yang mendominasi pada bidang pendidikan.
Apa sih bullying itu?
Bullying berasal dari kata bully, yang dalam kamus Oxford diartikan sebagai ‘seseorang yang terbiasa berusaha untuk menyakiti atau mengintimidasi mereka yang mereka anggap rentan’. Bullying dapat kita artikan sebagai perilaku intimidasi yang dapat dilakukan berulang untuk melukai individu baik emosional maupun fisik dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan di mana pelaku mendominasi dan korban menjadi pihak yang lemah.
Di era sekarang, bullying makin menggila. Di sekolah-sekolah banyak terjadi bullying yang berujung penganiayaan. Berapa banyak anak-anak sekolah yang trauma karena perilaku ini. Juga sudah tidak terhitung yang sakit, cacat, dan meninggal. Mirisnya, kasus bullying lebih marak terjadi di sekolah-sekolah, tempat para siswa mencari ilmu untuk bekal di masa depan.
Penyebab Terjadinya Bullying
Penyebab bully dapat datang dari faktor korban maupun pelaku. Jika melihat dari sisi korban, berikut adalah beberapa faktor yang mungkin menyebabkan anak menjadi korban:
1. Penampilan Fisik
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan fisik. Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain pada umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut. Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan, menggunakan kaca mata, menggunakan behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak keren seperti anak-anak lainnya.
2. Ras
Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully. Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan dan dianggap sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi.
3. Terlihat Lemah
Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan terlihat tidak suka melawan. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih kuat dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah.
4. Terlihat Tidak Mudah Bergaul
Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga menjadi salah satu penyebab menjadi korban bullying. Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat lebih lemah dan membuat bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga berpotensi melakukan bully pada kelompok yang dianggap lebih lemah dari kelompok mereka.
Adapun penyebab terjadinya bullying jika dilihat dari sisi pelaku, antara lain:
1. Memiliki Masalah Pribadi
Salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena memiliki masalah pribadi yang membuatnya tidak berdaya di hidupnya sendiri. Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu hal ini. Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan pasangan juga bisa menjadi salah satu pemicu munculnya perasaan tidak berdaya. Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan individu tersebut memiliki kekuatan. Sehingga rasa tidak berdaya tersebut dapat ditutupi.
2. Pernah Menjadi Korban Bullying
Beberapa kasus menunjukkan bahwa pelaku sebenarnya juga merupakan korban. Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh saudaranya di rumah, kemudian anak tersebut membalas dengan cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap lebih lemah dari dirinya. Contoh lainnya adalah orang yang tertekan akibat bullying di kehidupan nyata dan menggunakan internet serta dunia maya untuk menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki kekuatan dengan cara menyerang orang lain.
3. Rasa Iri Pada Korban
Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku pada korban. Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal yang sebenarnya sama istimewanya dengan sang pelaku. Pelaku mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih menonjol dari dirinya sendiri. Selain tidak ingin orang lain menonjol, seseorang juga mungkin melakukan bully untuk menutupi jati dirinya sendiri. Contohnya seperti anak pintar yang tidak ingin disebut ‘kutu buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut temannya yang pintar sebagai kutu buku.
4. Kurangnya Pemahaman
Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan perilaku bullying. Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi seksual, karena kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut adalah hal yang salah. Mereka juga beranggapan bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran adalah hal yang benar.
5. Mencari Perhatian
Terkadang pelaku tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan, karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian. Jenis yang satu ini paling mudah untuk diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya perhatian yang positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang negatif.
6. Kesulitan Mengendalikan Emosi
Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi menjadi pelaku. Ketika seseorang merasa marah dan frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang lain bisa saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah kecil saja dapat membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan emosinya secara berlebihan.
7. Berasal Dari Keluarga Yang Disfungsional
Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi pelaku bullying, namun hal ini kerap terjadi. Sebagian besar pelaku adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan keterbukaan dalam keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering melihat orang tuanya bersikap agresif terhadap orang-orang di sekitarnya.
8. Merasa Bahwa Bullying Menguntungkan
Pelaku bully akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan aksinya karena merasa perbuatannya menguntungkan. Hal ini bisa terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara meminta secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika pelaku merasa popularitas dan perhatian dari setiap orang padanya naik berkat tindakannya tersebut.
9. Kurangnya Empati
Penyebab selanjutnya adalah karena kurangnya rasa empati. Ketika melihat korban, pelakunya tidak merasa empati pada apa yang dirasakan korban, sebagian mungkin justru merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin pelaku bully senang melakukan aksinya.
Nah, untuk lebih mengenal tindakan seperti apa saja yang termasuk dalam kategori bullying. Maka, di sini akan dijelaskan macam-macam bullying, di antaranya:
1. Bullying Fisik (Physical Bullying)
Physical bullying adalah tindakan penindasan yang berkaitan dengan fisik. Tindakan ini dapat memberikan efek jangka pendek dan panjang. Perbuatan yang termasuk tindakan bully fisik seperti:
- Memukul
- Menendang
- Mendorong
- Mencubit
- Menyandung
- Merusak property
- Bullying Verbal
Verbal bullying adalah perilaku bully yang dilakukan melalui verbal. Umumnya jenis ini tidak berbahaya pada awalnya, tapi jika terus berlanjut dapat memengaruhi korban. Beberapa contohnya seperti:
- Memanggil nama
- Menghina
- Mengejek
- Ucapan homophobia atau rasis
- Pelecehan verbal.
- Bullying Sosial
Social bullying adalah jenis yang sering kali terselubung. Tindakan ini bisa dilakukan pelaku tanpa harus terlihat oleh korban. Contoh tindakannya seperti:
- Menyebarkan gosip atau rumor yang tidak benar
- Melempar lelucon jahat yang melakukan
- Mengajak orang lain untuk mengucilkan seseorang
- Memberikan ekspresi atau gestur tubuh yang mengancam atau menghina
- Meniru dengan tujuan untuk menghina atau meremehkan.
- Cyberbullying
Cyberbullying adalah segala jenis penindasan yang terjadi di dunia maya dan jenis bully seperti inilah yang saat ini marak terjadi, perilakunya seperti:
- Mengiring email atau pesan tertulis, gambar, dan video yang menyakitkan
- Mengucilkan seseorang secara online
- Menyebarkan gossip dan rumor buruk di dunia maya
- Meniru orang lain atau menggunakan akun orang lain tanpa izin.
Larangan Bullying dalam Islam
Islam sangat melarang keras tindakan-tindakan yang berpotensi menyakiti orang lain. Bullying, penindasan terhadap kaum lemah, bertindak semena-mena, kedzaliman, ketidakadilan jender, dan lain-lain adalah musuh Islam paling nyata sejak zaman jahiliyah. Islam datang membawa keteraturan, ketertiban, menghormati harkat dan martabat manusia dengan saling menghargai antara satu dengan yang lain, menjunjung tinggi kehormatan, dan perilaku mulia lainnya.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri. (QS. Al-Hujuraat/49: 11).
Ayat tersebut jelas melarang kita mengolok-olok, menghina, apalagi menyakiti secara fisik kepada sesama, karena bisa jadi orang yang diolok-olok atau dihina lebih mulia dari yang mengolok-olok. Dalam tinjauan apapun, penghinaan adalah perbuatan tercela karena menyakiti hati orang lain. Apalagi dilakukan di hadapan publik. Demikian halnya bullying di dunia nyata dan maya yang berisi umpatan, ujaran kebencian, caci maki, sumpah serapah, atau serangan fisik kepada pihak lain adalah perilaku keji (fahsya’).
Dampak Negatif Tindakan Bullying di Lingkungan Sekolah/Kampus
Bullying tentu akan meninggalkan dampak yang sangat memprihatinkan terhadap korban khususnya, di antara dampak daripada tindakan bullying, yaitu:
1. Mengalami ketakutan dan kecemasan.
Bagi korban, dampak bullying pada jangka pendek, yaitu rasa ketakutan dan kecemasan. Saat anak menjadi korban bullying (perundungan) di sekolah, ia bisa merasa takut pergi ke sekolah. Jika perundungan ini terus terjadi, anak bisa jadi tidak ingin pergi ke sekolah dan mengikuti segala kegiatan yang berhubungan dengan sekolahnya.
2. Kehilangan kepercayaan diri.
Akibat intimidasi yang diterimanya, anak-anak sering merasa tidak sebaik orang yang menindak mereka dalam berbagai aspek. Ia juga merasa dirinya buruk dan tidak pantas untuk melakukan berbagai hal. Hal ini kerap membuat anak kehilangan kepercayaan diri terhadap kemampuannya. Sehingga, Ia merasa ragu dan tak yakin untuk mencoba hal-hal baru.
3. Mengisolasi Diri
Perundungan yang diterima korban bullying sering membuatnya merasa ditolak dan dibuang oleh lingkungan sosialnya. Akibatnya, anak lebih memilih untuk mengisolasi diri dari teman atau anggota keluarganya.
4. Sulit Membangun Hubungan
Masalah kepercayaan dan kecemasan yang anak alami bisa membuatnya sulit untuk menjalin suatu hubungan dengan orang lain, termasuk dengan teman. Ia merasa sulit percaya dengan orang lain (trust issue) dan tidak dapat berkomunikasi dengan mereka.
5. Memicu Gangguan Mental
Akibat faktor-faktor di atas, korban bullying lebih mungkin mengalami depresi, gangguan kecemasan, gangguan makan, hingga post-traumatic stress disorder atau PTSD. Pada kasus yang ekstrem, tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri pada anak remaja bisa terjadi. Ia juga lebih mungkin melakukan pembalasan dengan kekerasan.
6. Masalah Kesehatan Fisik
Trauma mental yang dialami korban bullying lambat laun juga ternyata bisa berdampak buruk pada kesehatan fisiknya. Anak yang diintimidasi lebih mungkin mengalami sakit kepala, jantung berdebar, sakit perut, sulit tidur, mengompol, atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan oleh penyebab medis.
7. Penurunan Prestasi Akademik
Menurut Stomp Out Bullying, rasa takut dan cemas akibat menjadi korban bullying bisa membuatnya sulit fokus untuk belajar di sekolah. Ia pun lebih mungkin untuk membolos atau bahkan putus sekolah yang tentu akan memengaruhi nilai dan prestasi akademiknya.
Begitu besar dampak daripada tindakan bullying terhadap korban. Bahkan tindakan yang terkadang dianggap sepele itu mampu berakibat fatal terhadap keberlangsungan hidup seseorang. Maka dari itu, marilah bersama-sama kita ciptakan lingkungan yang sehat dan menyenangkan yang bebas dari tindakan-tindakan tercela yang merugikan orang lain. Sehingga, kita akan merasa hidup dengan aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Tulisan ini disadur dari kompas.com, hellosehat.com, kemenag.go.id, dan doktersehat.com.
Editor: Winda K.N.