Dalami Islam Nusantara, Ma’had Aly Jakarta Pelajari Naskah Jawa Kuno hingga Belanda

Dalami Islam Nusantara, Ma’had Aly Jakarta Pelajari Naskah Jawa Kuno hingga Belanda

Ma’had Aly – “Hendaknya mahasantri serius mengikuti pembelajaran Islam Nusantara, karena sangat sedikit orang yang paham mengenai Islam Nusantara,” ujar H. Jamali, selaku Assesor Kementerian Agama Republik Indonesia saat melakukan Visitasi Akreditasi Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta, Senin (18/11). 

Dalam pertemuannya bersama para dosen dan mahasantri ia menyampaikan, sejarah penyebaran Islam di Nusantara sendiri memang tidak terlepas dari para wali yang menyebarkan Islam dengan sabar, santun, yang menjadi ciri khas para wali. Itulah Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Ada di Indonesia, salah satunya dilanjutkan oleh Nahdlatul Ulama (NU). Dari tangan NU lah terlahir banyak ulama dan kiai yang tersebar luas di bumi Nusantara meneruskan perjuangan Walisongo dalam menyebarkan agama Islam. 

Dalam melanjutkan da’wah Walisongo ini, H. Jamali berpesan agar para mahasantri Ma’had Aly sebagai perguruan tinggi pesantren, harus mampu mengembalikan citra awal penyebaran Islam para wali yang sudah banyak diputar balikan oleh penjajah. Hal ini dapat dilakukan melalui tulisan di media sosial, dan membangun jaringan yang luas dalam bermasyarakat. Untuk membangun hal tersebut, santri harus terbiasa menulis dan menghasilkan karya agar ilmunya bermanfaat kelak.

“Saya kira perlu diekspresikan, perlu diantisipasi, dibiasakan supaya santri-santri kita terbiasa menulis.” Dalam hal ini, H. Jamali mengutamakan jurnal ilmiah, daripada buku secara umum.

“Mahasantri ini kendati pun sedikit, tetapi bermutu,” ujar Guru Besar Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon ini. Lanjutnya, “Yang sedikit ini nulis benar-benar digenjrot, artinya betul-betul digodok supaya nanti menjadi alumni yang memiliki standar yang dibutuhkan oleh masyarakat.”

Ia pun memberikan salah satu tips dalam melihat kemajuan kemampuan diri dalam menulis, yakni dengan melihat tulisan yang telah lampau, apakah terlihat baik atau buruk. 

“Jika kita masih bangga dengan tulisan kita terdahulu, berarti kita selama ini tidak berkembang,” tandasnya 

Senada dengan H. Jamali, dalam meningkatkan kualitas literasi takhassus sejarah, Mudir Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah, Ust. Abdul Kholiq berpesan kepada dosen mata kuliah Kajian Naskah Ulama Nusantara, Kiai Ahmad Baso, supaya mahasantri tidak hanya mempelajari naskah-naskah berbahasa Jawa Kuno, namun juga yang berbahasa Belanda. Sebagai mana diketahui, tidak sedikit bukti sejarah Nusantara yang ditulis dalam bahasa Belanda.  

“Para wali itu nulisnya pakai aksara Jawa, sudah belajar, mungkin nanti bisa ditambah belajar bahasa Belanda,” ujarnya disambut tepuk tangan para mahasantri. (Lail/Mila)

Leave a Reply