Webinar HIMAMI Kupas Perbedaan dan Persamaan antara Sab’aturrijal dan Walisongo

Webinar HIMAMI Kupas Perbedaan dan Persamaan antara Sab’aturrijal dan Walisongo

Ma’had Aly – Dalam rangka menyambut Muktamar HIMAMI (Himpunan Alumni Maroko di Indonesia) yang ke-1 pada Ahad (21/08), HIMAMI mengadakan webinar ilmiah dengan mengusung tema “Antara Sab’aturrijall dan Walisongo: Komparasi Dakwah Masa Awal Islam”.

Acara yang berlangsung secara virtual melalui zoom meeting dari pukul 14.00-16.00 WIB itu dihadiri oleh Bpk. KH Muhammad Ilyas Marwal, selaku Ketua Umum HIMAMI; Bpk. KH Nasrullah Jassam, salah satu guru besar dan pendiri Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta, sekaligus pemateri; Gus Abdullah Aniq Nawawi; KH Abdul Shomad; KH Najib Affandi; 1 akun zoom seluruh mahasantri aktif Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta dan 91 partisipan umum lainnya.

Acara dimulai dengan sambutan yang disampaikan oleh ketua umum HIMAMI yang menyampaikan bahwa webinar ini merupakan salah satu rangkaian acara menuju Muktamar pertama HIMAMI yang akan dilaksanankan pada tanggal 28 Agustus 2022 nanti, dengan harapan webinar ini mampu menambah wawasan pengetahuan kita terhadap para ulama penyebar agama Islam terutama terkait Sab’aturrijal dan Walisongo itu sendiri.

Selanjutnya, KH Nasrullah Jassam dalam kesempatannya sebagai pemateri pertama menjelaskan bahwa Sab’aturrijal itu terdiri dari dua kata, yakni sab’ah yang berarti tujuh dan ar-rijal yang bermakna orang atau tokoh. Di mana tujuh tokoh tersebut di antaranya; Abu Ya’qun Yusuf bin Ali As-Shonhaji, Qadhi ‘Iyadh, Abu Al-Abbas As-Sabti, Muhammad bin Salman Al-Jazuli, Abu Firas Abdul Aziz Al-Marakasyi, Abdullah Al-Ghazwani, dan Abdurrahman Al-Jazuli yang hidup sekitar abad 6-10 M.

Selain itu, salah satu pendiri Ma’had Aly Sa’iidusiddiqiyah Jakarta itu juga memaparkan bahwa jika dilihat dari sisi kesamaan antara Sab’aturrijal dan Walisongo, keduanya dalam berdakwah sama-sama menggunakan pendekatan sosial dan kultural dalam masyarakat dengan memberikan apa yang dibutuhkan oleh objek dakwah pada masa itu.

“Jika melihat dari kesamaan antara Sab’aturrijal dan Walisongo adalah sama-sama berkiprah dalam masyarakat, mengedepankan kultur tradisi, memperhatikan nasib orang pinggiran, dan mengedepankan lisaanul haal daripada lisaanul maqol,” tutur K.H. Nasrullah Jasam.

Berbeda dengan pemateri pertama, KH Abdul Shomad melontarkan bahwa titik persamaan antara sab’aturrijal dan walisongo adalah sama-sama menganut trilogi yang sama. Dalam tasawuf menganut Sunni, dalam fiqih menganut madzhab Imam Syafi’i, dan dalam tauhid menganut Abu Hasan Al-asy’ari. Dan yang menarik, di masyarakat Maroko dan Indonesia sama-sama mengambil tabaruk dari nama mereka dengan menamai perguruan tinggi menggunakan nama-nama mereka. Seperti contoh di maroko ada Universitas Qozwan, dan di Indonesia terdapat Universitas Syarif Hidayatullah dan lain sebagainya.

Sementara jika dilihat dari segi perbedaannya, KH Abdullah Aniq Nawawi mengungapkan bahwa perbedaan yang signifikan antara Sab’aturrijal dan Walisongo yakni pada setting sejarahnya. Di mana sab’aturrijal datang sebagai pendakwah di Maroko ketika Islam sudah tersebar luas, sedangkan walisongo datang sebelum Islam tersebar secara masif di Nusantara.

“Kita tahu bahwa tujuh wali ini berada dalam di mana Islam sudah menjadi agama yang mainstream, karena itu yang dihadapi oleh tujuh wali bukan lagi bagaimana cara mengislamkan orang tetapi lebih ke pertarungan antar madzhab. Sedangkan Sembilan wali datang saat Islam belum menjadi agama mayoritas,” papar ulama muda yang biasa disapa Gus Aniq itu.

Pengasuh pondok pesantren Salafiyah Syafi’iyah itu juga menyebutkan bahwa di Maroko sab’aturrijal benar-benar diyakini adanya. Berbeda dengan di Indonesia, di mana tidak semua penduduknya memercayai adanya Walisongo. Bahkan ada yang meyakini bahwa walisongo hanyalah tokoh fiktif dan tokoh harakah (penggerak) dakwah yang dihadirkan sebagai kebutuhan dakwah. Dan dalam hal ini pula disebutkan oleh K.H. Nasrullah Jasam dalam pemaparan materinya.

“Kalau kita bicara Sab’aturrijal, semua orang Maroko sepakat bahwa Sab’aturrijal itu ada, padahal 3/4 abad lebih dulu daripada Walisongo. Hal ini dipercaya karena karya-karya mereka. Nah, untuk Walisongo ini memang pada abad 15/16 itu belum ada tradisi tulis-menulis, namun lebih ke peninggalan fisik, seperti kendi, gamelan, dan lain-lain. sehingga dalam melacak kebenaran adanya Walisongo rada sulit,” pungkas KH Nasrullah Jasam di akhir pemaparannya.

Pewarta : Leni Ajeng Musafiroh (I)

Redatur: Winda Khoerun Nisa (V)

Leave a Reply