Review Buku Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

Review Buku Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

MAHADALYJAKARTA.COM—

Judul : Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam

Penulis : Prof. Dr. Abdul Karim, M.A., M.A.

Penerbit : Pustaka book

Asli dari : Yogyakarta

Cetakan: Edisi kedua 2015

Tebal: 360 halaman

Rancang bangun sejarah, Peradaban dan Pemikiran.

Para peneliti dalam membaca fakta sejarah dihadapkan pada banyak perspektif, utamanya dalam sejarah peradaban umat Islam, banyaknya khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda, keragaman cara baca terhadap fakta sejarah. Supaya tidak menjadi cikal bakal terjadinya konflik-konflik yang tidak penting. Ilmu Sejarah termasuk golongan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang manusia dan kemanusiaan. Ilmu sejarah tidak termasuk di dalam golongan ilmu pengetahuan alam. Definisi sejarah menurut para sejarawan dan ilmuwan itu banyak, namun mereka  sepakat bahwa sejarah adalah peristiwa masa lalu yang tidak hanya sekedar memberi informasi  tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberikan interpretasi dan penafsiran atas peristiwa tersebut dengan melihat pada hukum kausalitas. Perspektif historis ini agar manusia tidak hanya mengamati peristiwa hanya dalam museum, melainkan merupakan intensi, kesadaran kolektif yang dituangkan ke dalam kesadaran individual. Tujuannya adalah mengembangkan dan memperdalam kesadaran historis sebagai sarana untuk memperdalam kesadaran dari pengalaman masa lalu untuk melihat masa kini dan beberapa faktor pendukung historisnya

  • Peradaban

Peradaban adalah suatu aktivitas lahir yang biasanya dipakai untuk menyebut bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju dan indah seperti kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun dan sebagainya. Dalam khazanah pemikiran Islam, yang dianggap sebagai sumber-sumber pemikiran dan peradaban adalah Kitab Suci Al-Qur’an dan Hadits.

  1.   Pemikiran

Perkembangan pemikiran dalam Islam dimulai pada zaman munculnya Islam. Karena semasa Nabi Muhammad SAW semua permasalahan yang timbul diselesaikan dengan turunnya wahyu atau dengan kebijakan nabi kecuali pada beberapa hal. Para pemikir dan cendekiawan membagi pemikiran ke dalam dua golongan besar,  yang pertama berupa pemikiran rasional yang bertumpu pada filsafat Yunani di dunia Barat. Adapun yang kedua, berupa pemikiran kontemplatif yang berkembang di dunia Timur (Persia, India, dan China) dan berfokus pada etika, estetika dan moral.

Pemikiran Islam hadir di dua pola pemikiran berbeda, Yunani dan Persia karena Islam lahir di Hijaz. Maka Nabi Muhammad SAW, dalam praktiknya di satu pihak cenderung menggunakan metode pemikiran rasional Yahudi dan menggunakan metode pemikiran kontemplatif Kristen. Inilah salah satu alasan Allah menyebut Umat Muhammad SAW sebagai Umat Pertengahan/berimbang (Ummatan Wasathan).

Dalam sejarah, pemikiran Islam berkembang melalui periode-periode yaitu: 

1) Pemikiran Arab Murni

2) Pemikiran Islam setelah bersentuhan dengan Pemikiran Yunani, Persia dan India

3) Pemikiran Islam setelah bersentuhan dengan Renaissance

4) Pemikiran Islam setelah bersentuhan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan modern.

Kajian mengenai Peradaban dan Pemikiran Islam diberikan dengan beberapa maksud, di antaranya adalah: Pertama, mengetahui periode-periode perkembangan sejarah Islam. Kedua, mengetahui latar belakang sosiologis dalam kurun waktu dan tempat tertentu. Ketiga, mengetahui fenomena agama. Keempat, mengkaji agama dengan pendekatan yang sesuai dengan masalahnya dan kelima, menemukan segala macam kategori tipe keagamaan.

Periode Rasulullah SAW (610-632 M)

 Sebelum membahas Arab pada periode Muhammad SAW, perlu diketahui sedikit tentang Arab Pra-Islam atau Arab Jahiliah, yang oleh sejarawan dibagi ke dalam 3 kategori: Al-Baidah (Arab Kuno), Al-Arabiah (Arab Pribumi) dan Al-Musta’ribah (Arab Pendatang). Pada masa jahiliah mereka tidak mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga hanya bergantung pada sektor pertanian dan perdagangan sebagai mata pencaharian mereka, tetapi sastra arab sangat maju dan memiliki arti penting dalam kehidupan bangsa arab. Mereka menganut berbagai macam agama, yaitu paganisme, Kristen, Yahudi, Majusi dan pula agama Tauhid ajaran Nabi Ibrahim As.

 Nabi Muhammad SAW menerima Wahyu yang pertama pada umurnya yang ke 40 tahun berupa Surat Al-Alaq ayat 1-5. Beliau mengajak keluarga terdekatnya untuk memeluk Islam secara diam-diam. Setelah 3 tahun berdakwah diam-diam, Beliau memulai berdakwah secara terang-terangan pada kaum Quraisy. Kemudian setelah 13 tahun lamanya Muhammad SAW berdakwah di Mekkah, beliau hijrah ke Madinah (dahulu Yatsrib). Hijrah ini bukan semata-mata dikarenakan siksaan Kaum Quraisy yang tiada henti, namun lebih kepada memenuhi undangan Masyarakat Yatsrib untuk datang ke sana sebagai Pendamai. Di Kota inilah peradaban Islam yang sesungguhnya bermula. Beliau mengubah Yatsrib menjadi Madinah Al-Munawwarah, mendirikan Masjid sebagai tempat beribadah kepada Allah, juga sebagai tempat untuk mengadili perkara, jual beli dan sebagainya, mempersaudarakan kaum Muhajirin dari Mekkah dengan Kaum Anshar dari Madinah, membuat perjanjian antara Muslim dan Non-muslim, serta memperluas penyebaran Islam ke luar Madinah setelah kokohnya masyarakat Islam Madinah. Puncaknya adalah Fathu Makkah, di mana kota Mekkah berhasil direbut dan puluhan ribu kaum Quraisy berbondong-bondong memeluk Islam.

Pemerintahan Muhammad SAW di Madinah bercorak Teokrasi yang dikepalai oleh seorang Rasul sebagai Pemimpin Agama, namun kedaulatan sepenuhnya ada di tangan Allah SWT. Negara tersebut bercorak monarki (turun temurun) tapi republik dan memberi kebebasan individu, kebebasan beragama, hak sebagai warga sosial dan negara dan juga kedaulatan di tangan Allah SWT.

Periode Al-Khulafa Al-Rasyidin (632-661)

Al-Khulafa Al-Rasyidin merupakan para pemimpin Islam dari kalangan sahabat, setelah nabi Muhammad SAW wafat pada 632 M. Islam tumbuh sebagai ajaran dan juga sebagai institusi negara yang mulai berkembang pada masa itu. Seperti pada zaman Nabi, kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT, sehingga para pengganti Nabi tidak memiliki fasilitas ekstra dalam ajaran Islam untuk menentukan sebuah hukum baru, namun mereka merupakan pelaksana hukum. Walaupun mereka merupakan kepala pemerintahan dan memiliki hak penuh dalam urusan dunia, namun mereka harus tunduk pada Majelis Syura, tanpa persetujuan mereka, para khalifah tidak dapat mengeluarkan kebijakan apa pun. Cara pemilihan khalifah ada dua, yaitu secara musyawarah oleh beberapa sahabat Nabi, atau berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya.

  •     Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu bakar ash-shiddiq terpilih menjadi khalifah pertama dari hasil musyawarah dan ijtihad para sahabat dan faktor senioritas dan berasal dari kalangan Quraisy dikarenakan ketika Nabi Muhammad SAW wafat, beliau tidak menentukan siapa Khalifah sepeninggal beliau. Dalam waktu kepemimpinan yang relatif singkat, beliau mampu mengamankan negara baru Islam dari perpecahan dan kehancuran, seperti melakukan ekspedisi ke luar negeri, menghadapi para pembangkang pajak dan zakat,  dan penumpasan nabi-nabi palsu.

  •     Umar bin Khattab

Setelah memangku jabatan Khalifah, Umar melebarkan sayap Islam ke Persia, Syam, Irak bahkan Mesir. Di antara kebijakannya adalah membentuk departemen dan membagi daerah kekuasaan Islam menjadi delapan provinsi. Setiap provinsi dikepalai oleh Wali. Dan juga ia mengeluarkan hukum, bahwa para tentara Islam yang ikut berperang dilarang melakukan transaksi jual beli tanah di daerah taklukan Islam di luar Arab, dan sebagai gantinya Khalifah memberikan gaji tetap dan dana pensiun bagi seluruh sahabat dan tentara perang Islam. Beliau menjabat sebagai Khalifah selama kurang lebih 10 tahun.

  •     Utsman bin Affan

Periode pemerintahan Utsman dibagi dalam dua periode, yaitu Pada Periode I, Islam mengalami kemajuan yang luar biasa hingga dapat mengibarkan panjinya sampai wilayah Pakistan (timur) dan Suriah (utara) dan berhasil membentuk armada laut yang tangguh dan kokoh dalam menghalau serangan-serangan dari Bizantium. Adapun Periode II identik dengan huru-hara dan kekacauan yang oleh sebagian sejarawan diakibatkan oleh nepotisme yang dilakukan khalifah karena mengangkat keluarganya dalam jabatan-jabatan yang strategis hingga melahirkan berbagai kecemburuan  yang memuncak membentuk huru-hara yang berujung wafatnya sang Khalifah pada 656 M. Itulah salah satu catatan hitam yang mewarnai masa kepemimpinan Khalifah yang terkenal sangat dermawan dan penyabar ini. Tetapi kepemimpinan pada masa Utsman ini monarki ( turun-temurun). Sehingga salah satu faktor penyebab huru-hara ini di samping Khalifah sudah berusia lanjut (82 tahun) juga karena persoalan ekonomi orang Arab mulai membangkang dari hukum yang dikeluarkan pada zaman Umar. Demikianlah huru-hara yang berujung pembunuhan Utsman mengakhiri masa jabatan Sang Khalifah selama 12 tahun.

  •     Ali bin Abi Thalib

Pengangkatan Ali menjadi khalifah ini menimbulkan tidak senang bagi beberapa sahabat, seperti Thalhah dan Zubair. Sehingga terjadilah perang Siffin. Akhirnya, Ali memindahkan ibukota dari Madinah ke Kuffah. Dalam perang Shiffin, Ali menghadapi Gubernurnya, Muawiyah bin Abi Sufyan dan ia menghentikan peperangan yang sudah hampir dimenangkan oleh kelompok Ali karena Muawiyah menawarkan dialog perdamaian antara kedua kubu yang bertikai karena mereka tidak puas. Pada akhirnya, perdamaian pun gagal karena kelicikan dan pengkhianatan Amr bin Ash, sehingga makin banyak pendukung Ali yang membelot ke golongan Muawiyah dan Khawarij. Puncaknya, seorang Khawarij, Abdurrahman bin Muljam berhasil membunuh Sang Khalifah pada saat sedang memasuki masjid untuk Sholat Subuh pada 24 Januari 661 M. Sepeninggalnya, Hasan bin Ali menggantikannya untuk beberapa saat hingga Muawiyah menyerangnya dan mendesak untuk segera menyerahkan Jabatan Khalifah kepada Muawiyah. Hasan pun setuju demi menghindari perang saudara antar umat Islam. Maka dengan ini, berakhirlah masa Al-Khulafa Al-Rasyidin dan dimulailah Dinasti Bani Umayyah.

Dinasti Bani Umayah (661-750)

 Berdirinya Dinasti Umayah

Nama dinasti ini diambil dari nama keturunan dari Umayah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf, salah seorang pemuka Quraisy yang merupakan rival terberat Bani Hasyim. Dinasti ini berdiri selama kurang lebih 90 tahun lamanya, dan dipimpin oleh 14 orang khalifah yang keseluruhan berasal dari keturunan Muawiyah bin Abi Sufyan dan Marwan bin Al-Hakam. Bentuk pemerintahan pun berubah dari corak republik menjadi monarki, dengan adanya pengangkatan putra mahkota sebagai khalifah berikutnya. Dan Muawiyah yang pertama membuat jurang pembeda antara Arab dan Mawali dan memindahkan ibukota pemerintahan yang sebelumnya berada di Madinah pada zaman Al-Khulafa Al-Rasyidin, dan di Kuffah pada zaman Ali ke Damaskus.

Perkembangan Dinasti Umayah

Muawiyah pada awal pemerintahannya membagi atas dua kelompok  yaitu membuka ruang untuk demokrasi dan pemerintahan monarki dengan mengangkat Yazid sebagai putra mahkota untuk menjadi khalifah sepeninggalnya. Kepemimpinan Yazid terkenal dengan peristiwa Karbala yang menyebabkan terbunuhnya Husein bin Ali dan pula peristiwa penyerangan kota Madinah dan pembakaran Ka’bah. Setelah wafat, Yazid digantikan oleh Muawiyah II, anaknya, yang hanya memangku jabatan beberapa bulan. Maka naiklah Marwan, sekaligus mengakhiri kekuasaan dari keluarga Abu Sufyan.

Periode keemasan dinasti ini dimulai ketika anak Marwan, Abd Al-Malik menjabat khalifah sepeninggalnya. Ia yang pertama menggunakan secara resmi bahasa Arab sebagai bahasa negara. Ia pun mencetak mata uang Arab yaitu Dinar, Dirham dan Fals. Khalifah ini pun memberlakukan hukum di Zaman Umar untuk melarang orang Arab melakukan transaksi atas tanah-tanah mawali. Berbagai bangunan dan masjid pun banyak dibangun di zamannya. Ia mewasiatkan kepada 4 orang putranya menjadi putra mahkota secara berturut: Al-Walid, Sulaiman, Yazid dan Hisyam. Tidak dapat dipungkiri ada banyak faktor penyebab runtuhnya Dinasti ini. Di antaranya adalah banyaknya kebijakan Khalifah yang bertolak belakang dengan kebijakan Rasulullah SAW dan Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang menyengsarakan rakyat.

Kekhalifahan Abbasiyah (750-1258)

 Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Nama dinasti ini diambil dari nama salah satu paman Nabi, Al-Abbas bin Abdul Al-Muthalib. Abbasiyah merupakan rival Bani Umayah dari zaman jahiliah. Dinasti ini berkuasa cukup lama, sekitar 500 tahun. Dimulai dengan Saffah, lalu dilanjutkan oleh Al-Mansur yang memindahkan ibukota ke Baghdad. Selain Saffah, semua khalifah Abbasiyah menganggap kekuasaannya berasal dari Allah dan menjadi penuntun sebenarnya bagi kaum muslim. Sehingga dalam diri seorang Khalifah terdapat dua jabatan, yaitu Khalifah sebagai jabatan sakral dalam agama dan sebagai seorang Raja, kepala pemerintahan.

Masa keemasan dinasti ini hadir pada masa kepemimpinan Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Ma’mun yang sangat concern pada perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu dan kemajuannya. Khalifah penggantinya, Al-Mu’tashim setelah melihat perbuatan sewenang-wenang dari tentara Persia dan pengaruh buruk yang diberikan kepada yang lainnya, ia pun mengundang tentara bayaran Turki untuk menumpas mereka. Sekilas metode ini berhasil, namun di kemudian hari inilah penyebab lain kejatuhan Dinasti Abbasiyah.

Faktor penyebab keruntuhan Abbasiyah adalah faktor internal adalah eksploitasi dan kebijakan yang memberatkan rakyat, kebijakan yang berubah-ubah, faktor ekonomi dan agama. Dan di antara faktor eksternal adalah besarnya pengaruh Persia dan Turki dalam pemerintahan. Namun di sisi lain, para sejarawan tidak menafikan betapa besar kontribusi yang diberikan Abbasiyah dalam bidang administrasi, sosial, kegiatan ilmiah, peran pemerintah. Dengan ini semua semakin membuktikan, bahwa corak pemerintahan Abbasiyah adalah corak pemerintahan non-arab.

Perkembangan Islam di Indonesia

           Teori yang paling terkenal adalah agama Islam masuk ke Indonesia dengan jalur perdagangan yang dibawa oleh pedagang Timur Tengah dan Pedagang dari anak benua India. Namun, yang menarik untuk dikaji adalah Islam sangat cepat beradaptasi dengan budaya lokal sehingga tidak menimbulkan benturan dengan tradisi yang sudah ada. Teori tersebut berpendapat bahwa penyebaran Islam melalui tingkah laku para pedagang  yang merangkap menjadi pedagang yang mengajarkan kebaikan, saling tolong-menolong, hidup bermasyarakat dan lain sebagainya. Inilah yang membuat penduduk lokal yang beragama Hindu dan Budha tertarik terhadap ajaran Islam. Di samping itu, penyebaran Islam juga dibantu oleh para Wali yang dikenal dengan wali sanga. Dan pada puncaknya berdirinya kerajaan-kerajaan Islam menggantikan kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.

Gerakan-gerakan Modern Islam di Indonesia

            Setelah penyebaran Islam di Indonesia, ternyata banyak ajaran Islam yang terkontaminasi dengan ajaran animisme, dinamisme, Hindu ataupun Budha yang lebih dahulu dianut masyarakat sekitar. Sehingga perlu diadakan Gerakan Salaf yang bertujuan mengembalikan ajaran Islam kepada dua sumbernya yang murni, Al-Qur’an dan sunnah. Tokoh-tokoh gerakan ini antara lain K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU), H.O.S Cokroaminoto (ketua Sarekat Islam) dan lainnya. Dan pula berdirinya organisasi-organisasi modernis Islam seperti Muhammadiyah, NU, Sarekat Islam, al-Islah wa al-Irsyad, Persatuan umat Islam (POI) dan Majelis Islam ‘A’la Indonesia (MIAI) yang merupakan gagasan KH. Hasyim Asy’ari (NU) dan KH. Mas Mansur (Muhammadiyah) pada 1937.

Kontributor: Dwi Rahayu Ningsih

Editor: Kurniawati Musoffa

 

Leave a Reply