Indonesia Pra Kemerdekaan

Indonesia Pra Kemerdekaan

Dalam mencapai kemerdekaan suatu negara tidaklah berjalan dengan mulus dan mudah, harus melalui fase perjuangan yang sangat besar. Mulai dari perjuangan yang mengakibatkan gugur dalam pertempuran, kehilangan harta benda, serta banyaknya tekanan yang menguras tenaga dan pikiran.

Kita semua mengetahui sebelum kemerdekaan bahkan sampai setelah kemerdekaan, Negara Indonesia dijajah oleh Inggris, Belanda, Jepang, dan masih banyak lagi negara adidaya yang menginjakkan kakinya di Indonesia untuk menjajah sekaligus mengeruk keuntungan dari hasil bumi yang melimpah milik Indonesia.

Ketika masa pendudukan Jepang dan Belanda di Indonesia masyarakat pribumi sangatlah menderita. Mereka dipaksa bekerja siang malam, hasil pekerjaan mereka dari mengolah hasil bumi diambil paksa oleh mereka, pun bila diberi upah tidak sesuai dengan kerja keras para pribumi. Bahkan sebagian besar mereka juga disiksa oleh para pembesar Belanda dan serdadunya. Masyarakat Indonesia sulit untuk bersaing dengan para pedagang dari luar. Dari segala problem yang muncul, membuat para tokoh yang berilmu dalam bidang ekonomi membuat sebuah keputusan untuk cepat tanggap menanggulangi masalah ini.

Dari semua hal terjadi muncullah seseorang yang bernama Haji Samanhudi (1285-1376 H/ 1868-1956 M) sebagai seorang pedagang batik di Surakarta, yang segera memberikan rapid response (jawaban yang cepat tepat) dengan membangun Organisasi Sarekat Dagang Islam pada 16 Sya’ban 1323 H atau Senin Legi 16 Oktober 1905 M di Surakarta.

Tanggapan untuk kekacauan perekonomian masyarakat, organisasi ini mengumpulkan semua para pedagang yang ada di Surakarta dan sekitarnya untuk bersaing dengan para pedagang dari luar Nusantara dan menjualnya demi meraih keuntungan yang lebih besar. Pasca berdirinya organisasi ini, keadaan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dahulu para buruh bekerja kepada pemerintah Belanda tanpa diupah, kini mereka dapat upah yang lebih baik dan berani menentang pemerintah Belanda yang menindas mereka.

Organisasi Sarekat Dagang Islam digerakkan untuk menyaingi para pedagang Cina yang saat itu berkuasa penuh terhadap perdagangan di Indonesia. Juga sebagai perlawanan terhadap para bangsawan yang semena-mena terhadap rakyat Solo, dan sebagai penolakan atas penindasan yang dilakukan oleh para pegawai Bumi Putera dan Eropa terhadap rakyat sehingga membuat mereka semakin menderita.

Setelah munculnya organisasi Sarekat Dagang Islam, muncul organisasi lain yang bernama Boedi Oetomo. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Sutomo dan para mahasiswa STOVIA, Gunawan Mangunkusumo dan Suraji pada 20 Mei 1908 M. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk memulai perubahan dan perjuangan kemerdekaan Indonesia dimulai dari bidang politik, sosial, dan ekonomi.

Seiring waktu dengan berjalannya organisasi ini, muncullah sosok yang begitu disegani sebagai cikal bakal pembawa perubahan bagi negara Indonesia, ialah H.O.S Tjokroaminoto. Ia bersama rekan-rekannya melakukan perlawanan terhadap pemerintah Belanda yang berlaku semena-mena terhadap masyarakat pribumi. Tjokroaminoto memiliki semangat juang yang tinggi melihat penindasan yang terjadi kepada masyarakat.

Dari hari ke hari melihat keadaan masyarakat, membuat Tjokroaminoto berpikir keras bagaimana membuat perubahan. Ia mulai berpindah dari satu tempat ke tempat lain mengadakan perkumpulan dengan beberapa tokoh penting yang berpengaruh besar di kalangan masyarakat, diantaranya Moh. Natsir, Agus Salim, Soekarno, Haji Samanhudi, dan beberapa tokoh yang lain.

Setelah perkumpulan ini terjadi dibuatlah organisasi baru yang bernama Sarekat Islam sebagai ganti dari Sarekat Dagang Islam. Organisasi ini tidak hanya bergelut dalam bidang perdagangan saja, namun lebih luas mencakup bidang perekonomian bangsa, politik, sosial, agama dan budaya sebagai awal dari perubahan dan melakukan pergerakan menuju kemerdekaan. Organisasi ini berkembang dengan pesat dan mendirikan cabang di berbagai daerah untuk merangkul dan meningkatkan kesejahteraan buruh juga masyarakat Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

Dari pihak Belanda menyadari hal ini dilakukan oleh para tokoh Indonesia untuk melakukan perlawanan dan pemberontakan terhadap pihak Belanda yang mengambil alih kekuasaan di Indonesia. Untuk mengatasi semua ini, pihak Belanda melakukan penangkapan terhadap para tokoh yang dianggap sebagai provokator pemberontakan terhadap pemerintah. Beberapa tokoh pejuang kemerdekaan berhasil ditemukan, lalu di penjarakan oleh pihak Belanda, dan diinterogasi mengenai maksud dan tujuan melakukan perlawanan tersebut.

Menjelang masa pendudukan Jepang berakhir di Indonesia, Jepang melakukan perjanjian dengan Indonesia untuk memberikan kemerdekaan pada Indonesia. Namun tiada lain maksud Jepang hanyalah untuk memikat hati masyarakat agar berpihak kepada Jepang untuk melawan sekutu yang saat itu kembali menduduki Indonesia.

Setelah Jepang menjajikan kemerdekaan terhadap Indonesia dibuatlah sebuah badan yang diberi nama BPUPKI sebagai badan penggagas kemerdekaan. Badan ini bertugas melakukan persiapan menjelang kemerdekaan. Pada sidang pertama BPUPKI ini dibahaslah gagasan dasar negara. Moh Yamin dan Soekarno mengumumkan gagasannya mengenai dasar Negara Indonesia. Setelah pemaparan hasil pemikiran kedua tokoh ini dibuatlah Piagam Jakarta yang memiliki 5 poin di dalamnya. Setelah Piagam Jakarta diumumkan, terjadi penolakan yang dilakukan oleh masyarakat yang berasal dari Indonesia Timur terhadap poin pertama yang dinilai tidak menghargai non muslim.

Karena terjadi penolakan, dibuatlah panitia lebih kecil yang disebut panitia Sembilan. Di mana dari Sembilan tokoh ini, salah satunya ialah tokoh non-muslim. Dari hasil rapat panitia Sembilan ini sepakat untuk menghilangkan 7 kata dalam poin pertama piagam Jakarta demi menjaga kerukunan. Dari sinilah muncul dasar negara yang disebut dengan Pancasila sebagai ganti dari Piagam Jakarta.

Menjelang kemerdekaan, Soekarno diculik dan dibawa oleh para pemuda agar segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 bertepatan dengan bulan Ramadhan. Walaupun Indonesia sudah menyatakan kemerdekaannya, namun Sekutu kembali melakukan penjajahan terhadap bangsa Indonesia selama beberapa waktu. Hal ini membuat para pemuda dan tokoh masyarakat melakukan perlawanan terhadap para penjajah hingga akhirnya Indonesia merdeka dengan sempurna dan bebas dari penjajahan. Semua ini tidak lepas dari pengorbanan dan perjuangan para tokoh Nasional dan masyarakat dalam membela bangsa Indonesia dari tangan para musuh.

 

Referensi

Sartono Katodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru Jilid 2, Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1999.

Lili Romli, Islam Yes Pertai Islam Yes: Sejarah Perkembangan Pertai-partai Islam di Indonesia Yogyakarta : Pustaka Pelajar

 

Oleh : Abdul Hanan, Semester VI

Leave a Reply