Eksistensi Dinasti Seljuk dalam Peradaban Islam

Eksistensi Dinasti Seljuk dalam Peradaban Islam

MAHADALYJAKARTA.COM

Asal usul Dinasti Seljuk

Bangsa Seljuk berasal dari suku Qanak di Turkistan yang terdiri dari kabilah-kailah Turkoman yang dikenal dengan Al-Ghuz. Mereka tinggal di kawasan Transoksiana yang sekarang kita sebut dengan dengan Turkistan. Batasnya mulai dari dataran tinggi Mongolia dan Utara Cina Dari Timur ke arah laut Qazwan di sebelah Barat. Kemudian dari dataran rendah Siberia di sebelah Utara menuju ke daratan India dan Persia di sebelah Selatan. Pada pertengahan abad keenam hijriyah kabilah-kabilah tersebut pindah dari tempat asli mereka menuju Asia Kecil. Para sejarawan menyebutkan alasan perpindahan mereka karena alasan ekonomi dan  kondisi kekeringan yang luar biasa, sehingga mereka berhijrah demi kelangsungan hidup serta kehidupan yang makmur. Namun ada juga yang menyebutkan karena faktor politik dimana banyak tekanan besar dari kabilah-kabilah lain, sehingga mereka terpaksa meninggalkan negeri untuk mencari keamanan dan ketenangan. 

Seljuk bin Duqaq menjadi pelayan Bequ (raja Turki) sebagaimana yang dilakukan ayahnya sebelumnya. Ia menjabat sebagai panglima pasukan. Pada saat itu, Seljuk mulai menampakkan kemajuan dan kepemimpinan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan istri raja, karena banyak orang yang terkesan dan menyukai Seljuk. Istri raja kemudian berusaha membunuhnya dengan cara yang licik. Setelah mengetahui hal itu,  Seljuk mengajak para pengikutnya untuk keluar menuju negeri Islam dan menetap di sekitar Jund, dekat Sungai Sihun. Di sana, Seljuk memelukIslam dan memerangi orang Turki yang kafir. Seljuk berhasil menjaga keamanan para penduduk muslim sehingga kekuatannya semakin kuat dan wilayahnya semakin luas. Mereka juga mendapat penghormatan dari para pemimpin muslim. Setelah wafatnya Seljuk, perjuangan diteruskan oleh anaknya, Mikail bin Seljuk yang kemudian mati syahid dalam peperangan melawan bangsa Turki yang kafir. 

Proses Pemerintahan Dinasti Saljuk

Kemudian pemerintahan digantikan oleh anaknya yaitu Tughrul Bek yang bisa membawa kegemilangan bagi Bani Seljuk. Pada tahun 429 H/1038 M, Tughrul Bek dengan nama Rukmuddunya Waddin dapat mengambil alih provinsi yang ada di Khurasan dari tangan Ghaznawiyah. Ia memproklamirkan dirinya sebagai Sultan di Nisyapur. Dari itu dapat diketahui bahwa Saljuk dalam mewujudkan cita-citanya membentuk pemerintahan sendiri tidak begitu mudah bahkan penuh dengan tantangan. 

Setelah mengokohkan pondasi-pondasi negaranya, tidak ada sesuatu yang diperlukan kecuali mendapat pengakuan dari khalifah Bani Abbasiyah agar kekuasaanya menjadi legal di mata kaum muslim. Pada saat itu Bani Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah Al-Qaim Biamrillah. Pada tahun 432 H, Tughrul Bek mengirim utusan kepada Bani Abbasiyah tentang ikrar loyalitas Bani Seljuk bahwa mereka berpegang teguh dengan agama Islam, menegakkan jihad di jalan Allah, mencintai keadilan, dan bahwa mereka membutuhkan pengakuan khilafah akan berdiri nya negara mereka. Surat tersebut disambut gembira oleh khalifah dengan mengirim utusan kepada Tughrul Bek untuk mengajaknya datang ke istana kekhalifahan Baghdad. Tughrul Bek membalasnya dengan mengirim 200.000 dinar ke khalifah. 

Tughrul Bek menyempurnakan misinya dengan menguasai negeri Persia yang berlanjut hingga ke Irak. Dinasti Seljuk membela mazhab Sunni dengan meruntuhkan Dinasti Buwaih yang beraliran Syiah di Iran dan Iran serta kekuatan Al-Ubaidi Al-Fatimi di Mesir dan Syam. Sejak saat itu Dinasti Seljuk berkuasa di Baghdad menggantikan Dinasti Buwaih. Setelah wafatnya Tughrul Bek, kepemimpinan dilanjutkan oleh keponakannya yaitu Alp Arselan Muhammad Sultan Jufri Bek Dawud Mikail Bin Saljuk At-Turkmani Al-Ghuzzi, seorang sultan besar, raja yang adil dan pahlawan Islam. 

Pemerintahan Alp Arselan tidak terlalu lama namun penuh dengan perbuatan yang agung. Ia berhasil menaklukkan Khatlant, Heart dan Sighanyan. Peperangan melawan Romawi yang dimenangkan oleh muslim.  Berhasil memenangkan perang Manzikart sehingga kekuasaan Byzantium berada di bawah kendali Dinasti Seljuk. Pada tahun 463 H, ia memimpin 1500 pasukan pilihan untuk menghancurkan 2.000 pasukan Byzantium (terdiri dari Yunani, Rusia, Turki, suku Georgian, suku Caucasia yang lain, dan Armenia). Akhirnya runtuhlah batas-batas yang telah memisahkan antara Islam dan Kristen. Alp Arselan juga memadamkan pemberontakan di Fars, Kirman, Aleppo, kota suci Makkah dan Madinah dari tangan Fatimiyyah. Setelah itu, ia melanjutkan peperangan di kawasan Transoksiana tempat dirinya meninggal pada tahun 465 H.

Pemimpin pemerintahan dilanjutkan oleh Jalaluddaulah Abu Al-Fath Malik Syah bin Sultan Alp Arselan Muhammad bin Jufri Bek As-Saljuki At-Turki. Negaranya diatur oleh perdana menteri Nizam Al-Mulk dengan wasiat dari Alp Arselan. Saat naik tahta tidak ada kesulitan yang dihadapi oleh Malik Syah walaupun masih berumur 17 tahun. Perhatian Malik Syah lebih fokus kepada peperangan militer yang sudah dijalankan oleh mendiang ayahnya, sangat membantu dalam pengembangan kebudayaan Islam, sangat menaruh perhatian terhadap ulama Ahlusunnah, membangun jembatan-jembatan dan membentengi kota-kota.

Selain itu, ia juga mengembangkan bidang Astrologi, melindungi studi religius, dan ilmu pengetahuan modern melalui bantuan Nizam Al-Mulk dengan mendirikan madrasah-madrasah Nizhamiyah di seluruh negeri Dinasti Seljuk. Mendirikan juga dua buah perguruan tinggi terkenal di Baghdad dan Nishapur yang dikenal dengan Universitas Nizhamiyah. Di Baghdad, ia mendirikan Hanafite School yang namanya diambil dari nama seorang teologi muslim terkemuka, Imam Abu Hanifah. Kekuasaan wilayah Malik Syah dari ujung negeri Turki sampai ujung negeri Yaman. Namanya disebutkan dalam khutbah-khutbah dari batas negeri Cina hingga negeri Syam. 

Masa Kemerosotan Dinasti Seljuk

Peranan besar Dinasti Seljuk dalam mengembangkan Islam terkenal dengan tiga tokoh yaitu Tughrul Bek sebagai masa pembentukan, Alp Arselan dan Malik Syah sebagai masa keemasan. Hal ini dibuktikan dengan setelah wafatnya Malik Syah banyak konflik yang disebabkan karena perebutan kekuasaan. Namun tidak ada tokoh yang cukup kuat demi mempersatukan kubu yang terpecah-pecah itu. Sudah menjadi tradisi Turki bahwa para pangeran, anggota keluarga penguasa, dan tokoh-tokoh yang berperan dalam pemerintahan menerima daerah kekuasaan. Akan tetapi dengan bertambah besarnya kekuasaan dan kekayaan, kesetian antar keluarga berkurang. 

Pemberontakan yang paling berbahaya ialah raja Ghur di timur dekat, yang bisa memberikan pukulan yang mematikan. Kirman juga menjadi musuh setelah tahun 525 H/1127 M. Demikianlah orang-orang Seljuk Kirman menguasai negara-negara sebelah barat daya Persia sementara Ismailiah menyebarkan teori di Persia, dan melakukan tindakan tak mengenal belas kasihan bahkan juga di Syiria. Pada tahun 548 H/1153 M, Sanjar dikalahkan oleh orang-orang Turki Ghazanwid, yang menguasai Tus dan Nisapur dan membantai banyak penduduk. Sanjar berusaha untuk menghindar pada musim semi tahun 551 H/1157 M dengan bantuan para pendukungnya, yang membawa ke Khurasan. Di sana Sanjar mengumpulkan angkatan perang, tetapi secepat itu duka cita terjadi pada dirinya atas kematiannya 14 Rabiul Awal 552 H/1156-1157 M. 

Selama pemerintahan Seljuk, pasukan yang dipimpin oleh orang-orang mamluk (budak belian) Turki, yang sudah dibeli dari negara-negara di sebelah utara laut Hitam dan yang tumbuh dewasa dengan ajaran-ajaran Islam yang asli di dalam istana khalifah atau sultan. Para budak ini berperan sebagai penjaga dan tutor para putra bangsawan. Ketika mereka memperlihatkan hadiah-hadiah spesial atau membuktikan loyalitas mereka, mereka menduduki derajat tertinggi di dalam istana dan dalam pasukan perang. Pada kesempatan yang sama, mereka ditunjuk sebagai penguasa di negara-negara Seljuk yang jauh. Setelah meninggalnya Sultan Mas’udi pada tahun 547 H/ 1152 M, kekuatan seljuk mulai merosot, dan kerajaan besar mereka terpecah menjadi banyak negara yang dikenal dengan “Atabeks”. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penyebab kemerosotan dan kemunduran dinasti Saljuk disebabkan beberapa hal: 

  1. Perseteruan antara saudara, paman, anak, dan cucu
  2. Kaum perempuan mengintervensi urusan-urusan pemerintahan 
  3. Provokasi yang menyulut api fitnah di antara para penguasa
  4. Tipu muslihat kelompok Bathiniyah yang keji dalam Dinasti Seljuk
  5. Serangan tentara Salib yang datang bersama kelompok pasukan besar Al-Ghuzzi beringas yang datang dari Eropa
  6. Dinasti Seljuk tidak dapat menyatukan daerah-daerah Syam, Mesir, dan Irak di bawah bendera khilafah Abbasiyah

Referensi:

Ash-Shallabi, Muhammad Ali. 2007. Daulah As-Salajiqah wa Buruz Masyru’ Islam li Muqowamah At-Toghaghul Al-Batini wa Al-Ghazwi As-Salibi. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Masturi Irham dan Malik Supar dengan judul, Bangkit dan Runtuhnya Dulah Bani Saljuk. Dar Ibnu Jauzi: Mesir.

  1. Montgomery Watt. 1990. The Majesty That Was Islam. Diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Hartono Hadikusumo dengan judul, Kejayaan Islam Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Pt. Tiara Wacana: Yogyakarta.

Hassan, Ibrahim. 1989. Hassan Islamic History and Culture. Di terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Djahdan Humam dengan judul, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Kota Kembang: Yogyakarta.

Departemen Agama RI. 1992/1993. Ensiklopedi Islam di Indonesia, Jilid III.  Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Proyek Peningkatan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi. Jakarta.

Kontibutor: Fajar Asfiya, Semester V

Editor: Kurniawati Musoffa

Leave a Reply