Detik-Detik Wafatnya Khalifah Utsman bin Affan RA

Detik-Detik Wafatnya Khalifah Utsman bin Affan RA

Utsman bin Affan adalah Dzu Nurain (pemilik dua cahaya), orang yang pernah berhijrah dua kali dan suami dari dua putri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau merupakan khalifah ke-3 setelah Abu Bakar dan Umar. Beliau juga termasuk barisan terdepan dari jajaran sahabat Rasulullah Saw yang masuk Islam setelah Abu Bakar, Ali, dan Zaid bin Haritsah. Tidak sedikit dari sahabat-sahabat nabi yang meninggal dengan dibunuh seperti Umar Bin Khattab, Ali bin Abi Thalib dan banyak dari kalangan sahabat yang meninggal dengan dibunuh begitu juga dengan Sayyidina Utsman bin Affan. Dikisahkan dalam Siyar A’lam Nubala Diriwayatkan dari Abu Ja’far Al Qari, ia berkata, “Orang-orang Mesir yang mengepung Sayyidina Utsman berjumlah 600 orang yang dipimpin oleh Kinanah bin Bisyr, Ibnu Udais Al Balwi, dan Amru bin Al Hamq. Sedangkan orang-orang yang datang dari Kufah berjumlah 200 orang, yang dipimpin oleh Al Asytar An-Nakha’i, dan orang-orang yang datang dari Bashrah mereka berjumlah 100 orang, yang dipimpin oleh Hukaim bin Jabalah. 

Mereka semua sepakat untuk melakukan rencana besar yaitu membunuh Sayyidina Utsman. Orang-orang jahat bergabung bersama mereka, sedangkan sahabat-sahabat Rasulullah pun sebenarnya juga ada yang tidak senang kepada Utsman, mereka tidak menyukai fitnah tersebut dan mereka mengira masalahnya tidak sampai pada taraf pembunuhan. Orang-orang zalim ini mereka mengepung selama 40 malam dan menghalangi penduduk rumah Utsman untuk mendapatkan air bersih. Mereka lupa bahwa Utsman lah orang yang pernah membeli sumur rumah dengan hartanya agar para penduduk dan orang yang melancong ke Madinah Al Munawarah tidak kehausan. Padahal sebelumnya, penduduk Madinah tidak memiliki sumber air jernih yang dapat mereka minum. Parahnya lagi mereka juga menghalangi Utsman untuk melakukan shalat berjamaah di Masjid Rasulullah Saw. Lalu di saat kesulitan ini memuncak, sekitar 700 orang dari kalangan sahabat dan anak-anak mencoba melindungi beliau. Di antara mereka adalah: Abdullah bin Umar bin Khattab, Abdullah bin Zubair Al Awwam, Al Hasan dan Al Husain kedua putra Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, para budak dan banyak lagi.

Sayyidina Utsman berkata kepada Abu Hurairah yang telah datang dengan pedang terhunus dan bersiap-siap untuk membelanya, “Ketahuilah, jika engkau membunuh satu orang saja maka seolah-olah engkau membunuh seluruh manusia.” Beliau melarang adanya pertumpahan darah sampai-sampai beliau berkata kepada para budaknya barang siapa di antara kalian yang menyarungkan pedangnya, maka ia merdeka. Setelah pertikaian ini agak reda Muhammad bin Abu Bakar memanjat pagar rumah Utsman dari salah satu rumah orang-orang Anshar, hingga akhirnya mereka bisa masuk ke kamar Utsman. Orang-orang yang menjaga tidak tahu, sebab para penghuni rumah berada di bagian atas rumah. 

Sementara yang ada bersama Utsman hanyalah istrinya. Muhammad bin Abu Bakar masuk, lalu dia memegang jenggot. Lalu Utsman berkata, “Demi Allah, seandainya ayahmu melihat apa yang kamu lakukan kepadaku, niscaya dia akan sangat tidak senang dengan sikap yang kamu lakukan itu kepadaku.” Mendengar ucapan ini Muhammad bin Abu Bakar menarik tangannya. Setelah itu masuklah dua orang dan memukul Utsman hingga beliau pun meninggal dunia. Sebelumnya ketika beliau memejamkan matanya dan sebelum terjadi pembunuhan, ia melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama kedua sahabatnya Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab. Beliau mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Segeralah menyusul kami, ya Utsman!” Maka Utsman merasa yakin bahwa ia akan segera berjumpa dengan Tuhan dan Nabi-Nya. Tepat pada tanggal 18 Dzulhijjah beliau menghembuskan nafas terakhirnya dalam keadaan berpuasa dan kitabullah terbentang di antara kedua tangannya. Dalam peristiwa ini yang membuat kaum muslimin semakin sedih ialah di antara yang ikut andil dalam pembunuhan ini ada dari kalangan tokoh para sahabat dan anak-anaknya.

Karakteristik  Masyarakat pada Era Kekhalifana Utsaman bin Affan 

Masyarakat yang menganut agama Islam dengan segenap keimanan kepda Allah dan hari akhir, menerapkan ajaran-ajaran agama Islam dengan penuh kesungguhan. Bagi mereka agama tidak hanya sebuah perjalanan peribadatan melainkan benar-benar menjadi bagian dari akhlak, gambaran kehidupan, jual-beli, usaha dalam menarik rezeki, amar ma’ruf nahyi munkar. Namun hal tersebut tidak berarti semua individu masyarakat memiliki karakteristik tersebut. Terdapat orang-orang munafik yang mengaku Islam tapi pada dasarnya mereka adalah musuh Islam. Mereka yang imannya lemah, hatinya yang kotor dan keras tidak mau berjuang dan pengkhianat. Namun kelompok tersebut tidaklah berarti karena yang lebih menonjol pada era ini adalah karakteristik masyarakat yang beriman dengan jujur dan mau berjuang di jalan Allah dengan penuh totalitas dan mengorbankan harta dan jiwanya untuk agama. Mereka adalah “umat” bukan berarti sekelompok manusia dengan satu ras satu bahasa satu tanah air, melainkan ikatan antar manusia, umat yang diikat oleh akidah bukan tentang kesamaan ras, bahasa, atau kepentingan duniawi. Mereka adalah umat yang berakhlak memegang prinsip yang bersumber dari perintah dan petunjuk agama. Prinsip akhlak yang ada jauh lebih luas daripada sekedar hubungan manusia. Mencakup politik, ekonomi, sosial, pemikiran, dan aspirasi. Masyarakat yang rajin beribadah. Melakukan seluruh pekerjaannya dengan niat ibadah kepada Allah.

Hal-hal yang pertama kali dilakukan khalifah Usman bin Affan:

  • Yang pertama kali memerintahkan muadzin untuk mengumandangkan adzan sebanyak dua kali pada hari Jum’at. 
  • Memberi bayaran kepada para muadzin.
  • Orang yang pertama kali mendahulukan khutbah di hari raya daripada shalat.
  • Orang yang menyerahkan sepenuhnya kepada manusia tentang pengeluaran zakat mereka.
  • Orang yang pertama kali menjabat khalifah saat ibunya masih hidup.
  • Orang pertama yang membuat batas penghadang imam di dalam masjid karena khawatir hal yang menimpa imam juga akan menimpa dirinya.
  • Orang yang pertama kali memberi tanah kepada siapa yang berhak menerimanya.
  • Orang yang menjadikan binatang mendapat perlindungan di ladang-ladang.
  • Orang yang pertama kali merendahkan suaranya di saat takbir.
  • Orang yang pertama kali menebarkan bau harum di dalam masjid.

Demikian lah yang disebutkan oleh Al-Askari dalam kitabnya al-Awail.

Referensi:

Al-Askari, Abu Hilal. 1997. al-Awail. Beirut: Daru al-Kutub Al-Ilmiyyah

As-Suyuthi, Imam. 2001. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Hasan bin Aqil bin Musa as-Syarif, Muhammad. 2008. Ringkasan Siyar A’lam Nubala. Jakarta: Pustaka Azzam 

Mahmud al-Misrii, Syekh. 2001. Sahabat-sahabat Rosulullah. Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir 

Ra’fat al-Basya, Abdurrahman. 2008. Kisah Heroik; Sirah 65 Sahabat Rasulullah. Jakarta: Zikrul Hakim Basya, Abdurrahman. 2016. Sirah 65 Sahabat Rasulullah. Jakarta: Zikrul Hakim

Kontributor: Iren Dwi Pebriani, Semester III

Leave a Reply