Abdurrahman III, Khalifah dan Negarawan Umayyah Andalusia

Abdurrahman III, Khalifah dan Negarawan Umayyah Andalusia

Ma’had Aly – Masa keemasan peradaban Islam di Andalusia dapat dilihat dari mulai berkembang pesatnya intelektual, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban. Tradisi keilmuan semakin kuat dengan adanya gerakan penerjemahan dan percetakan buku dari bahasa Yunani, prancis dan India ke dalam bahasa Arab. Tidak hanya itu, bangunan-bangunan megah nan indah juga berdiri kokoh yang digunakan sebagai sarana belajar juga dakwah. Semua itu tidak luput dari jasa dan peranan ulama-ulama muslim dan pastinya di bawah dinasti muslim seperti Dinasti Umayyah. Cordova misalnya, salah satu kota yang menjadi pusat pekembangan ilmu pengetahuan di Barat di  bawah kekuasaan Daulah Umayyah II. Walaupun sebenarnya Cordova sudah dikuasai oleh Daulah Umayyah pada masa pemerintahan khalifah Walid. Namun ilmu pengetahuan di Cordova berkembang pesat saat pemerintahan Daulah Umyyah II. Di antara khalifah Daulah Umayyah II yang membawa Andalusia ke masa Keemasan adalah Abdurrahman III.

Abdurrahman III atau Khalifah al-Nashir li Dinillah adalah seorang khalifah sekaligus negarawan. Sebelum menobatkan dirinya sebagai khalifah dia adalah amir ke delapan Daulah Umayyah. Nama aslinya Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah al-Marwani.Ia naik untuk menggantikan amir sebelumnya, yaitu Abdullah, kakek Abdurrahman III. Sebagaimana yang dialami oleh kakek buyutnya, yaitu Abdurrahman Ad-Dakhil, Abdurrahman III lahir dan tumbuh besar dalam keadaan yatim.

Abdurrhaman III memulai dunia kepemimpianannya pada usia dua puluh tiga tahun. Kepemimpinannya berlangsung selama lima puluh tahun. Kurun waktu yang sangat lama dan dinyatakan sebagai masa yang paling gemilang dalam seajarah Islam di Spanyol. Ia meninggalkan sejuta prestasi dan karya yang begitu berharga bagi penduduk Sepanyol.

Selama masa dua puluh lima tahun kepemerintahannya yang pertama, ia gunakan untuk mengadakan perluasan wilayah. Setelah itu, dua puluh lima tahun masa kekuasaanya yang kedua menjadi masa yang paling gemilang, di mana saat itu Andalusia mencapai masa keemasannya. Pada masa yang kedua itu pula atau tepatnya pada tahun 316 H/929 M, Abdurrahman III membuat sebuah kejutan yang sangat strategis bagi kemajuan Daulah Umayah di Andalusia dalam dunia politik. Visi politiknya yang sangatlah brilian membuat ia terobsesi untuk mengganti sistem pemerintahannya dari emirat menjadi khilafat. Adapun yang melatar belakangi perubahan bentuk pemerintahan adalah adanya faktor perkembangan geopolitik saat itu. Sehingga menyebabkan Abdurrahman III mengambil kebijakan yang berani dan rasional ini.

Adapun tiga faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk pemerintahan yaitu, pertama, sudah tidak berpengaruhnya lagi kekuasaan Daulah Abbasiyah di Baghdad bagi Daulah Umayyah di Andalusia setelah meninggalnya khalifah Al-Mutawakkil (1147 – 1171 M). kedua, bebasnya Daulah Fatimiyah dari tangan Abbasiyah setelah mengalahkan kekuasaan Daulah Aghlabiyah. Mereka orang Fatimiyah juga menyebut para kepala negaranya sebagai Khalifah. Ketiga, tahun 316 H/929 M Abdurrahman III sudah bisa mengambil alih kekuasaan Daulah Fatimiyah yang saat itu sedang menguasai wilayah Afrika Utara, Afrika Barat, Pulau Sicily, Calabria dan Sudan Sahara.

Di samping kepiawaiannya dalam dunia politik, ia juga merupakan seorang administrator pemerintahan dan juga seorang negarawan yang visioner, cakap juga cerdas. Ia berhasil memadupadankan tata kelola pemerintahan, sehingga semua hal yang berkaitan dengan pemerintahan bisa berjalan dengan rapi, fungsional dan efektif. Selain itu, harus diketahui juga bahwasanyya Abdurrhaman III adalah orang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, kebudayaan dan peradaban. Ia sangat berkonsentrasi dalam membangun Andalusia di bidang ilmu pengetahuan.

Dalam melaksankan perubahan, Abdurrahman III tidak tanggung-tanggung. Ia membangun masjid dengan empat ratus ruangan sebagai pusat dakwah. Sehingga dapat dihitung, selama masa pemerintahannya ia membangun tuhuh ratus masjid terbesar di Andalusia. Selain kepeduliannya dalm memajukan ilmu pengetahuan khususnya bagi umat muslim, ia juga mengizinkan orang non muslim untuk membangun gereja. Sehingga pada masa pemerintahannya  orang Muslim, Yahudi dan Kristiani di Andalusia merasa sangat nyaman, tentram dan menikmati adanya toleransi yang diberikan oleh khalifah.

Dari semua yang telah ia lakukan, Abdurrahman III menjadi terkenal di daerah lain seperti Prancis, Jerman dan Italia. Mereka mengirim para pelajarnya untuk belajar di Universitas Cordova dan mngirim duta besarnya ke Andalusia. Keberhasilannya dan kebesarannya disejajarkan dengan Raja Akbar di India, Khalifah Umar bin Khattab dan Khalifah Harun ar-Rasyid. Tidak hanya menjadi penguasa terbaik, tetapi Abdurrahman III juga dinyatakan sebagai salah satu pemimpin terbaik pada masanya.

Kepiawaiannya dalam memimpin memang tidak ada yang bisa menandingi, sehingga ia menempati posisi teratas dan paling pertama. Kemakmuran dan kesejahteraan begitu sangat dirasakan oleh rakyatnya. Tidak hanya itu, kecakapannya juga menjadikan ia sangat disegani baik oleh kawan atau lawannya. Berbagai prestasi berhasil ia dapatkan, di antaranya berkembangnya sektor ertanian, industri dan yang terutama adalah keuangan yang berkembang dengan sangat pesat, sehingga pendapatan negara berada di neraca surplus. Adapun sepertiga dari pendapatan negara dibelanjakn untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan. Keberhasilannya dalam memerintah meninggalkan jejak sejarah yang begitu besar, tidak hanya di Semenanjung Iberia tetapi juga di seluruh Eropa. Sehingga pada saat itu mulai muncul tokoh-tokoh penting seperti Ahmad bin Nasar seorang astronom, Ibnu Masarrah seorang filsuf dan Said juga Yahya bin Isyak yang termasuk seorang doktor.

Tidak cukup dengan adanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, saat Abdurrahman III berkuasa, ilmu kedokteran di Andalusia mengalami kemajuan yang sangat berarti, di mana  saat itu ilmu kedokteran Islam di Andalusia lebih canggih dibanding kedokteran di Eropa Kristen.

Setelah meninggalnya Abdurrahman III, tampuk pemerintahan berpindah ke tangan anaknya, Al-Hakam II bin Abdurrahman III (350-366 H/961-976 M). Nantinya Al-Hakam II ini juga mengikuti langkah ayahnya dengan segudang prestasi dan keberhaslannya, yang dimulai dengan mengalahkan Sancho, pemimpin agama kristen dan juga menundukkan kekuatan Syiah Fatimiyyah di Afrika dengan bantuan dari panglimanya.

 

Referensi

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004.

Ismail Faisal, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Klasik (Abad VII-XIII), Yogyakarta: IRCiSoD, 2017.

Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2018.

Ulfa Azzahra, “Peranan Abdurrahman al-Nashir .Dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan Di Cordova (912-961 M)”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatulah, 2018.

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/05/26/IIs99k-sejaraj-para-khalifah-abdurrahman-iii-sang-peyelamat-imperium , pada hari selasa, 23 April 2019 pukul 09.37

Oleh : Izzatul Laili, Semester V

Leave a Reply