Ma’had Aly – Pemerintahan Dinasti Abbasiyah selalu dinisbatkan kepada paman Nabi Muhammad, yakni al-Abbas bin Abdul Muthalib. Sedangkan kekhalifahan pertama dari pemerintahan Abbasiyah dimulai oleh Abdullah bin al-Saffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib. Dinasti Abbasiyah berkuasa selama lima abad, yakni dari tahun 132-656 H (750-1258) M). Bagi kalangan bani Hasyim, setelah Rasulullah wafat yang paling berhak berkuasa adalah keturunan beliau.
Sebelum berdirinya Dinasti Abbasiyah terdapat tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan peranannya untuk menegakkan kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah. Dari nama al-Abbas paman Rasulullah inilah nama ini disandarkan pada tiga poros pusat kegiatan, yakni Humaimah, Kufah, Khurasan. Humaimah merupakan tempat yang tentram, di tempat inilah keluarga Bani Hasyim bermukim dan bertempat tinggal para petingginya berjumlah seratus orang di bawah para pimpinannya yang berjumlah dua belas orang dengan puncak kepemimpinannya ada pada al-Imam Muhammad bin Ali.
Propaganda Bani Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh Khalifah Umayyah terakhir Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya ditangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah dan dipenjara di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia mewariskan kedudukannya kepada adiknya Abul Abbas ketika ia tahu bahwa dirinya akan terbunuh, dan memerintahkan untuk berpindah ke Kufah. Sedangkan pemimpin propaganda diberatkan kepada Abu salamah.
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Khufa yang telah ditaklukan pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas diperintahkan untuk mengejar Khalifah Umayyah Terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri, di mana akhirnya dapat di taklukkan di dataran rendah sungai Zab. Pengejaran pun dilanjutkan ke Mausul, Haran dan menyeberangi sungai Eufrat hingga sampai ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri hingga ke Mesir dan terbunuh di Busir, wilayah al-Fayyum, dibawah pimpinan Salih bin Ali, seorang paman al-Abbas yang lain. Dengan demikian, maka tumbanglah kekuasaan Dinasti Umayyah, lalu berdirilah kekuasaan Dinasti Abbasiyah.
Pada periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan. Secara politis para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik sekaligus agama. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi, periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetauan dalam Islam
Perdaban dan perkembangan kebudayaan islam tumbuh dan berkembang bahkan mencapai kejayaan pada masa Abbasiyah. Hal tersebut dkarenakan Dinasi Abbasiyah pada periode tersebut lebih menekankan pembinaan kebudayaan dan peradaban Islam daripada peluasan wilayah. Dan disinilah letak perbedaan pokok antara Dinasti Abbasiyah dan Dinasti Umayyah.
Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M). Dan anaknya al-Ma’mun (813-833 M). ketika ar-Rasyid memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan terjaminwalaupun ada juga pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari Afrika Utara hngga ke India.
Salah satu yang berkebang dalam masa kejayaan Islam Dinasti Abbasiyah ialah kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan filsafat. Itu semua terbukti dari beberapa penyusunan buku yang dilakukan pada masa tersebut dan juga ilmu penerjemahan.
Setelah sekian lama mengalami kejayaan Dinasti Abbasiyah akhirnya mengalami kemunduran pada tahun 1258 M. Semua bangunan kota serta istana emas milik Dinasti Abbasiyah runtuh sebab serangan Mongol. Meruntuhkan perpustakaan yang merupakan gudang Ilmu, dan membakar semua buku-buku yang ada di dalamnya. Dan pada tahun 1400 M. kota tersebut diserang pula oleh pasukan Timur Lenk dan pada tahun 1508 M. oleh tentara kerajaan Safawi.
Setelah terjadinya serangan Mongol, khalifah pun kembali ke Baghdad bersama dengan Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin al-Thusi. Di bawah rasa takut dan tekanan yang hebat khalifah pun mengeluarkan emas, perak, dan barang-barang berharga lainnya untuk diberikan kepada pasukan Mongol. Akan tetapi, sebelumnya Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin al-Thusi membisiki pasukan Mongol untuk tidak menerima tawaran perdamaian dari Khalifah.
Tatkala Khalifah kembali dengan membawa barang-barang yang banyak. Namun justru pasukan Mongol mengintruksikan untuk mengeksekusi khalifah. Dengan demikian, pada hari Rabu tanggal 14 Safar, terbunuhlah Khalifah al-Mu’tashim Billah. Dalang dibalik terbunuhnya khalifah adalah Ibnu al-Alqami dan Nashiruddin al-Thusi.
Bersamaan dengan gugurnya khalifah, pasukan Mongol pun menyerbu masuk ke Baghdad tanpa perlawanan yang berarti sehingga jatuhlah kota tersebut. Dilaporkan bahwa jumlah orang yang tewas kala itu adalah dua juta jiwa. Tidak ada yang selamat kecuali kaum Yahudi, kaum Nasrhani, orang-orang yang meminta perlindungan kepada pasukan Mongol, orang-orang yang berlindung di rumah Ibnu al-Alqami, serta pasukan konglomerat yang membagi-bagikan harta mereka kepada pasukan Mongol.
Demikianlah akhir dari perjalanan dinasti yang pernah membawa Islam Berjaya pada masanya. Kejayaannya bahkan mampu mengalahkan kejayaan Eropa.
Referensi
Imam as-Suyuthi, Tarikh Khulafa, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000.
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: AMZAH, 2009.
Suyuti Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2018.
Oleh : M. Khoirur Rozikin, Semester VII