Ma’had Aly – Sumpah pemuda merupakan salah satu ikrar atau keputusan kongres pemuda yang diadakan secara berturut-turut yakni ditetapkan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, sebelum bangsa ini bebas dari penjajahan kolonial Belanda yang bertempat di ibukota Jakarta (Batavia). Alasan mengapa sumpah pemuda merupakan bagian dari pilar utama bangsa ini ialah, sebab para pemuda sangat berperan penting dalam memproklamirkan kemerdekaan bangsa. Sebelum bangsa ini merdeka, para pemuda berperan penting membangkitkan semangat para pemuda. Ketahuilah bahwa sumpah pemuda yang kita saksikan sekarang ini, yang diperingati setiap tahunnya tidaklah muncul secara tiba-tiba, akan tetapi melalui perdebatan yang halus, sopan dan saling bertoleransi atas pendapat mereka masing-masing, tidak seperti pemuda masa kini yang kebanyakan diantara mereka menuruti egonya masing-masing.
Jika ditelusuri lebih jauh, pada 28 Oktober 1928 terdapat banyak sejarah di antaranya kongres perempuan. Kongres ini juga merupakan salah satu pilar utama sejarah bagi pergerakan perempuan Indonesia. Hari ulang tahun kongres tersebut dijadikan sebagai hari ibu dan hingga sekarang ini dijadikan sebagai lahirnya pergerakan perempuan Indonesia. Namun sangat disayangkan banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang kejadian sejarah tersebut.
Apakah sumpah pemuda masih relevan pada tahun 2020 ini ?
Tentu saja, apa yang dapat mengobarkan semangat para pemuda yang sedang redup dan menyatukan satu kesatuan para pemuda? para pemuda di zaman milenial ini seharusnya menggali nilai yang ada pada sumpah pemuda tersebut, sebab dengan nilai-nilai yang ada dalam sumpah pemuda sebagai pendorong dan mengembalikan semangat mereka untuk membawa bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik, sebagaimana para pemuda di dalam memperjuangkan bangsa ini ketika melawan penjajahan kolonial Belanda hingga mereka dapat meraih kemerdekaan sebab mereka selalu menjaga persatuan dan kesatuan. Oleh karena itu, satu kesatuan sangatlah penting meski bangsa ini memiliki banyak suku, dari sini kita bisa mengingat kembali semboyan bangsa kita yakni “bhineka tunggal ika”. Semoga dengan diperingatinya sumpah pemuda setiap tahunnya bisa menumbuhkan kesadaran pada kita semua di dalam mewujudkan cita-cita untuk membangun bangsa menjadi bangsa yang selalu bersatu dan makmur.
“BERSATULAH WAHAI PEMUDA KARENA KEMAJUAN BANGSA INDONESIA INI ADA DALAM GENGGAMANMU.”
(BUNG KARNO)
Ada beberapa tujuan dari sumpah pemuda ini adalah mempersatukan pemuda. Sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober memang diperlukan untuk mendukung retorika pembangun yang dapat diandalkan dalam kesatuan dan persatuan, namun menurut Prof. Sartono Kartodirjo, ia menganggap manifesto politik 1925 lebih penting daripada sumpah pemuda, manifesto itu dikemukakan oleh penghimpun Indonesia di negeri Belanda. Prof. Sartono pernah bertanya-tanya mengapa yang selalu diperingati itu adalah sumpah pemuda bukan manifesto politik. Hal demikian ini memang terbukti bahwa yang selalu diperingati secara nasional sampai zaman sekarang ini adalah sumpah pemuda, dengan cara mengadakan upacara dan mengikrarkan teks sumpah pemuda walaupun sumpah pemuda telah melalui waktu yang cukup panjang.
Sebelum adanya sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda pelajar dari berbagai macam suku dan daerah terlebih dahulu mengadakan sebuah organisasi pemuda, dari masing-masing pemuda pelajar itu sendiri punya nama organisasi pemuda masing-masing, salah satunya pemuda Betawi.

Para pemuda asli Jakarta menamakan diri mereka dengan nama pemuda Betawi, maksud dan tujuan mereka yakni membina dan memperkuat tali persaudaraan di kalangan para pemuda dan menyatukan bangsa ini. Salah satu pemuda kaum Betawi yakni Muhammad Husni Thamrin.
Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda merupakan peristiwa yang tersirat di dalamnya sebuah motivasi, memberi semangat kepada para pemuda khususnya juga menjadi salah satu kekuatan untuk menyatukan bangsa, menjadikan mereka semua berbudi pekerti yang santun dan sopan, makna sumpah pemuda tersebut harus digali lebih dalam oleh para pemuda di era milenial ini.
Nilai yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran yakni di antaranya:
- Persatuan, Kebersamaan, Kekompakan & Persaudaraan
Timbulnya nilai ini disebabkan penindasan yang dilakukan oleh para kolonial Belanda sehingga mereka semua sadar karena dengan mementingkan diri sendiri dan ego mereka masing-masing akan menyebabkan mereka semakin ditindas oleh para penjajah maka dari itu tali persaudaraan mereka semakin erat dan kuat.
- Toleransi
Sikap yang tertanam di dalam diri para pemuda, dengan bersikap terbuka terhadap para pendatang walaupun banyak terdapat ragam suku yang berbeda-beda, mereka memberi tempat yang layak kepada para pendatang. Sikap yang tertanam pada para pemuda tersebut sehingga berhasil mengikrarkan sumpah pemuda.
- Kedisiplinan dan Tanggung Jawab
Ini terbukti ketika penetapan dan perjanjian sumpah pemuda pada tanggal 27-28 Oktober. Para pemuda benar-benar menepati perjanjian tersebut, terbukti dengan cara berpikir mereka yang awalnya terbelenggu berubah menjadi perjuangan.
- Nasionalisme
Adanya kebersamaan yang senasib baik secara fisik maupun non fisik akan tetapi mempunyai cita-cita dan tujuan yang sama yakni kemerdekaan, mendorong sikap nasionalisme para pemuda.
- Wawasan
Sumpah pemuda membuka wawasan para pemuda tentang banyaknya berbagai macam pulau suku dan bahasa. Pada malam penutupan tanggal 28 Oktober 1928, kongres pemuda Indonesia II mengambil keputusan sebagai berikut:
- Mengucapkan ikrar sumpah pemuda.
- Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai lagu kebangsaan Indonesia.
- Sang merah putih ditetapkan sebagai bendera Indonesia.
- Semua organisasi pemuda Indonesia dilebur menjadi satu.

Teks sumpah pemuda ini dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 bertempat di jalan Kramat Raya No. 106 Jakarta Pusat yang kini menjadi museum sumpah pemuda.
Referensi
Muttaqin Fajriudin dkk. 2015. Sejarah Pergerakan Nasional. Bandung:Humaniora.
Surdaniyatin Sri S. Pd. 2012. Makna Sumpah Pemuda. Jakarta Timur: PT Balai Pustaka.
Tugiyono K. S. 2004. Sejarah. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Tugiyono K. Z. Dkk. 2005. Pengantar Sejarah Kedua. Grasindo: Gramedia.
Blackbur Susan. 2007. Kongres Perempuan Pertama. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kontributor: Firman Hidayat, Semester V