Semangat Rayakan HUT RI 76: Khadimul Ma’had Ajak Santri Berjuang Untuk Kesehatan Bangsa

Semangat Rayakan HUT RI 76: Khadimul Ma’had Ajak Santri Berjuang Untuk Kesehatan Bangsa

Dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-76 tahun, Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta laksanakan upacara bendera.

Merah darah para pejuang tertumpah di tanah Ibu Pertiwi
Putih tulang para pahlawan tertanam dalam Tanah Air Indonesia tercinta
Disini kita terlahir, disini pula kita tiada
Dirgahayu Republik Indonesia!
Santri Tangguh, Indonesia Tumbuh!
Merdeka!

Kobaran semangat tersebut menyeruak di seluruh pelosok negeri, tak terkecuali di Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta. Upacara yang diselenggarakan di lapangan pondok berjalan khidmat dan semangat oleh seluruh warga Pondok Pesantren Asshiddiqiyah Jakarta pada Selasa pagi (17/08).

“Tujuh puluh enam tahun kita menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Bukanlah suatu hal mudah dalam menjaga. Menjaga itu lebih berat daripada mendirikan”. Kata Khadimul Ma’had, KH. Ahmad Mahrus Iskandar, B.Sc. Yang dimaksud dengan kata ‘menjaga’ disini sering dikaitkan dengan pepatah:

الدَّوْلَة حسب الامة، الامة فى الطاعة، الامة فى الحياة الهنيئة فى السلامة فى عدام الفساد الحياة. فالدولة جيدة موحدة، والامة فى المعصية والفساد الحياة فهلاك الدولة بالسرعة.

Suatu negara tergantung rakyatnya. Ummat dalam ketaatan, ummat tidak merusak, selalu menjaga keselamatan, ketentraman. Maka, negara tersebut akan menjadi negara yang baik. Dan seandainya ummat melakukan maksiat dan merusak kehidupan, maka kerusakan suatu negara akan cepat.

Khadimul Ma’had juga berpesan kepada seluruh santri untuk menjaga 3 hal penting guna menjaga persatuan NKRI:

Pertama, Menjaga kesehatan dan keselamatan diri kita dan sesama. Ini adalah sebuah harga mutlak dalam menjaga kesatuan Republik Indonesia dalam merayakan kemerdekaan saat ini.

Kedua, bagaimana kita peduli dengan sesama, peduli dengan seluruh penduduk Indonesia. Khususnya dengan orang-orang sekitar lingkup kita, dengan teman kita, dengan tetangga kita. Dan yang lebih penting saat ini adalah kita benar-benar menghargai perejuangan tenaga kesehatan, sukarelawan dan semua yang berjuang melawan pandemic saat ini.

Ketiga, kita sebagai santri tetap berjihad melawan penjajah, yakni penjajah paling besar yang ada di dalam diri kita sendiri yakni kebodohan, kemalasan dan malu dalam bertindak.

Di akhir amanat, Khadimul Ma’had menyempatkan untuk melakukan penutupan MASTASA (Masa Ta’aruf Santri) dan MASTAMA (Masa Ta’aruf Mahasantri) tahun 2021/2022 dengan penyematan jas almamater kepada beberapa santri yang telah ditunjuk. (Nailul F./Wardah N.)

Leave a Reply