Seperti halnya di daerah-daerah lain, sebelum Islam masuk ke suatu daerah pastilah di daerah tersebut sudah mempunyai kepercayaan tersendiri. Daerah Kalimantan contohnya, sebelum Islam datang masyarakat Kalimantan umumnya menganut kepercayaan animisme dan dinamisme yang sering disebut kaharingan. Namun ada juga sebagian dari mereka yang menganut agama Hindu Budha.
Islamisasi Kalimantan dibuktikan dengan adanya Kerajaan Banjar dan Kerajaan Kutai. Kerajaan Banjar dulunya Kerajaan Daha yang bercorak Hindu, baru saat pemerintahan Raja Samudra atau Sultan Suriansyah kerajaan ini ganti menjadi kerajaan Banjar yang bercorak Islam. Begitu juga dengan kerajaan Kutai yang mana dulunya adalah kerajaan Hindu, baru saat pemerintahan raja yang ke-6 kerajaan ini berubah menjadi kerajaan yang bercorak Islam.
Agama Islam datang untuk pertama kalinya di daerah Kalimantan adalah daerah Banjarmasin yang nantinya akan muncul kerajaan Banjar. Proses islamisasi Kalimantan dibawa oleh seorang penghulu dari Demak yang tidak diketahui secara pasti identitasnya. Penghulu tersebut mengislamkan Sultan Suriansyah yang memerintah tahun 1520-1540 M.
Jauh sebelum raden Samudra masuk Islam dan kerajaan Islam Banjar berdiri, Islam sudah ada di Kalimantan Selatan. Tentunya sebelum penghulu dari Demak datang. Bukti yang menjelaskan bahwa Islam sudah ada sebelum berdirinya kerajaan Banjar adalah:
Pertama, adanya pedagang Islam yang datang dari Gujarat dan Tiongkok pada abad ke-15 M. Kemungkinan besar mereka ikut serta dalam menyebarkan agama Islam tidak hanya berdagang.
Kedua, berkunjungnya Sunan Giri pada umur 23 tahun dengan membawa barang dagangan yang kemudian dibeli oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Sedangkan kepada penduduk fakir miskin barang itu diberikan secara cuma-cuma.
Ketiga, dalam rangka menghadapi pangeran Tumengung, Patih Masih menasihati Raden Samudra untuk meminta bantuan kepada kerajaan Islam Demak. Tindakan Patih tersebut menunjukkan adanya simpati terhadap orang-orang Islam, yang sebagai penguasa bandar telah mengetahui perihal kehidupan pedagang-pedagang Islam Demak yang pernah datang ke bandar masih sebelumnya.
Bila di Kalimantan Selatan ada Kerajaan Banjar, maka di Kalimantan Timur ada Kesultanan Kutai yang menjadi tongak tegaknya Islam. Kesultanan Kutai ini dulunya adalah Kerajaan Kutai Kartanegara yang berdiri sejak 1300-an. Namun, setelah Islam masuk di Kalimantan Timur dan berhasil mengislamkan raja keenam Kutai yang bernama Aji Raja Mahkota, maka Kerajaan Kutai Kertanegara pun berubah menjadi Kesultanan Kutai. Kemudian kesultanan Kutai menjadi pusat penyebaran agama Islam di Kalimantan Timur.
Menurut catatan sejarah, Aji Raja Mahkota Mulia Alam masuk Islam setelah bertemu dan beradu kesaktian dengan dua ulama dari Makasar yaitu Dato Ri Bandang dan Tuan Tunggang Parangan. Awalnya Aji Raja Mahkota menolak ajakan mereka untuk memeluk Islam. Kemudian kedua ulama itu mengajaknya untuk bertanding kesaktian dengan imbalan bila sang raja kalah maka harus masuk Islam. Sang raja kalah dalam adu kesaktian tersebut, sehingga ia pun menepati janjinya untuk masuk Islam yang diikuti oleh pangeran, perdana mentri, panglima, dan hulu balang. Sejak saat itu, raja mulai berusaha keras menyebarkan agama Islam. Islamisasi di Kalimantan Timur ini berlangsung kira-kira sekitar tahun 1575 M.
Setelah berhasil mengislamkan raja, Dato Ri Bandang kembali ke Makassar. Sedangkan Tuan Tunggang Parangan menetap di Kutai untuk menyebarkan agama Islam. Dan sampai sekarang pun islamisasi di Kalimantan masih tetap berjalan dengan jalan dakwah dan lainnya.
Di antara penyebab tersebarnya agama Islam di kerajaan ini adalah melalui kesenian, dibuktikan dengan sastra masyarakat di Cupang Gading yang memperlihatkan adanya nilai-nilai keislaman. Berpadunya nilai lokal dengan Islam dapat dilihat melalui prosa rakyat yang dikenal dengan istilah bekesah. Dengan berbagai kesenian di sanalah yang kemudian dijadikan media dakwah dalam menyebarkan Islam.
Sedangkan di daerah khusus seperti di Kalimantan Selatan atau di kerajaan Banjar pada masa itu tidak ada metode khusus dalam menyebarkan Islam. Hal ini dikarenakan ketika Pangeran Samudera memeluk Islam banyak masyarakat yang juga memeluk Islam. Hal tersebut juga diperkuat dengan cerita lisan yang berkembang di masyarakat bangsa Islam mulai menyebar dimulai oleh Syekh Arsyad yang membuka pengajian di dalam pagar sekitar 2 atau 3 Dasawarsa terakhir abad ke-18 yang dengan ini akhirnya berbagai kampung pada zaman dahulu menjadi orientasi pengajian bagi kampung-kampung di sekitarnya, meskipun langsung atau tidak pengajian-pengajian ini ikut membentuk perilaku religius masyarakat Banjar.
Referensi
Rizem Aizid. 2016. Sejarah Islam Nusantara. Jakarta: Diva press
Sardiman. 2006. Sejarah 2. Jakarta: Quadra
Ni Ayu Astiti Komang. 2019. Kutai Kartanegara. Yogyakarta: Deepublish
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Budaya Masyarakat Perbatasan. Jakarta
Kontributor: Baqiyatus Solikhah