Ada banyak nama-nama sahabat yang memiliki kapabilitas keilmuan yang tinggi di masanya. Semisal Abdullah bin Mas’ud yang tekun terhadap ilmu Al-Qur’an dan tafsirnya, ada sahabat ahli faraid seperti Zaid bin Tsabit, dan tak sedikit pula para sahabat yang juga menekuni dalam bidang hadis.
Dalam bidang ilmu hadist ini, nama sahabat Abu Hurairah cukup masyhur bagi kalangan pengkaji ilmu Hadits. Beliau adalah satu diantara periwayat hadist Nabi terbanyak yang pernah ada. Bahkan, sahabat Thalhah bin Ubadah meyebut, Abu Hurairah adalah satu-satunya sahabat yang paling banyak meriwayatkan sabda Nabi.
“Tak dapat dipungkiri bahwa Abu Hurairah mendengar sesuatu dari Nabi Saw. yang tak pernah kami dengar,” kata Thalhah —salah satu sahabat Nabi yang dijamin masuk surga— memberi kesaksian terhadap Abu Hurairah.
Abu Hurairah r.a, merupakan sahabat yang terhormat. Sebelum memeluk Islam, dia dikenal sebagai ‘Abd Syams’ (budak matahari). Setelah masuk Islam, Nabi Muhammad Saw memberinya nama ‘Abdur-Rahman (Budak Maha Penyayang) dan memberinya julukan Abu Hurairah (ayah dari anak kucing).
Dibalik julukan tersebut, ia terkenal karena kecintaannya terhadap hewan dan dia juga memiliki anak kucing yang dia rawat dan sayangi. Kucingnya biasanya menemaninya ke mana-mana. Oleh karena itu, ia disebut Abu Hurairah. Rasulullah Saw biasa memanggilnya dengan nama panggilan ini.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu lahir dari suku Daws, merupakan salah satu klan Arab. Ia masuk Islam pada tahun 7 Hijriyah saat perang Khaibar. Setelah memeluk Islam, ia biasa menemani Nabi Saw dan duduk bersamanya dengan waktu yang lama untuk belajar darinya.
Abu Hurairah masuk Islam melalui Thufail bin Amir ad-Dausy, salah satu pemimpin suku Daus. Setelah beliau masuk Islam, beliau pergi menemui Nabi dan berniat untuk mengabdikan diri kepada Rasulullah Saw dengan sepenuh hati. Dia tinggal bersama ahli shuffah berada di Masjid Nabawi. Tiap waktu dia bisa shalat di belakang Nabi dan mendengar pelajaran yang berharga dari-Nya. Abu Hurairah mempunyai seorang ibu yang sudah tua dan sangat sayang kepadanya. Sejak beliau masuk Islam, tidak ada persoalan hidup yang menekan perasaan dan memberatkannya, selain satu masalah yang hampir tidak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah mengenai ibunya, karena waktu itu ia menolak masuk Islam, bukan hanya menolak tetapi menyakiti dan menjelek-jelekan Rasulullah Saw dihadapannya.
Suatu hari, ibunya kembali mengatakan kata-kata yang menyakiti Abu Hurairah tentang Rasulullah Saw. Abu Hurairah sangat sedih. Beliau menemui Rasulullah Saw sambil menangis. Dan berkata “ya Rasulullah, aku telah mengajak ibu masuk Islam namun ia menolak ajakanku. Hari ini pun aku baru saja mendekatinya agar masuk Islam, namun justru ia mengeluarkan kata-kata yang tidak aku sukai tentang dirimu. Karena itu do’akanlah kepada Allah Swt agar memberikan petunjuk kepada ibuku untuk masuk Islam”. Rasul Berdo’a ”Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada Ibu Abu hurairah”. Setelah Rasulullah mendo’akan ibunya Abu Hurairah, beliau langsung menemuinya sebelum membuka pintu dia mendengar suara gemericik air, kemudian terdengar suara ibunya. “Tunggu di tempatmu, Nak! Setelah dipersilakan masuk, Abu Hurairah kaget, ibunya memakai pakaian gamis dan kerudung sambil mengucapkan dua kalimat syahadat. Abu Hurairah sangat bahagia melihat ibunya masuk Islam karena keinginannya tercapai. Beliau langsung menemui Rasulullah Saw, dan beliau pun berkata “Mengapa engkau menangis wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah Menjawab “Dulu aku menangis karena sedih, sekarang karena gembira.” Berkat Do’a Nabi ibunya masuk Islam dan beliau sangat menyayangi terlebih setelah ibunya masuk Islam serta beliau sangat hormat kepadanya.
Kebersamaan Abu Hurairah dengan Nabi Saw. tidak hanya digunakan untuk sekedar bertemu saja. Abu Hurairah menggunakan kesempatan itu untuk belajar ilmu agama, al-Quran, dan hadist. Ia memang begitu cinta kepada ilmu pengetahuan. Saking cintanya pada ilmu, ia tak sempat bekerja untuk sekedar mencari makan.
Suatu hari, saking laparnya Abu Hurairah mengikatkan batu di perutnya. Kemudian, ia duduk di jalan yang biasa dilalui para sahabat. Selang beberapa saat, Rasulullah Saw lewat, dan beliau tahu kalau Abu Hurairah kelaparan. Kemudian, beliau memberi segelas susu kepada Abu Hurairah untuk diminum bersama Ahlus Shuffah yang lain.
Meskipun kehidupannya dalam keadaan yang sulit, Abu Hurairah terlihat sangat sabar dalam menghadapi apapun. Keadaan yang demikian beliau menumbuhkan sikap santun dan pemurah dalam dirinya.
Abu Hurairah senantiasa selalu bersama Rasulullah Saw selama empat tahun lamanya, yaitu sejak kedatangan perang khaibar hingga Rasulullah Saw wafat. Jangka waktu empat tahun merupakan waktu yang panjang lebar, penuh dengan perkataan, perbuatan, dan pendengaran yang baik. Waktu empat tahun ini dibagi menjadi dua opsi. Pertama, beliau tiga tahun selau bersama Rasulullah Saw untuk menimba ilmu pengetahuan darinya. Kedua, satu tahun lagi beliau diutus oleh Rasulullah Saw. untuk pergi berdakwah ke Bahrain bersama ‘Ala al-Hadrami.
Sebelum Rasululllah Saw wafat, beliau mendapat pesan yang diantaranya adalah:
1. Menjauhi hal yang terlarang (haram) niscaya beliau akan menjadi orang yang paling ‘Abid (hamba) berbakti diantar manusia.
2. Bersikap ridha apa yang telah dibagikan Allah Swt kepadanya, niscaya beliau menjadi orang paling dicintai diantara manusia.
3. Berbuat baiklah kepada tetangga, niscaya beliau menjadi orang mukmin yang sejati.
4. Cintai manusia sebagaimana engkau mencintai diri sendiri, niscaya beliau menjadi orang yang sejati.
5. Jangan terlalu banyak tertawa karena banyak tertawa itu mematikan hati.
Abu Hurairah merupakan salah satu sahabat yang spektakuler, yaitu sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Saw (al-muktsiru min riwayah al-khabar). Ia meriwayatkan sekitar 5374. Pada masa Umar bin Khattab, Abu Hurairah pernah diminta menjadi Gubernur Bahrain, lalu diberhentikan, dan kembali ke Madinah. Ketika sakit menjelang kematiannya, Abu Hurairah menangis. Sahabat yang ada di dekatnya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Abu Hurairah?” Abu Hurairah menjawab, “Sungguh, aku menangis bukan karena dunia kalian hari ini. aku menangis karena perjalanan akhiratku jauh, sementara bekalku amat sedikit.” Abu Hurairah wafat pada tahun 57 Hijriah, bersamaan dengan wafatnya Siti Aisyah.
Referensi:
Khalid Muhammad Khalid. Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW, Terj. Kaserun A.S. Rahman, Sunt. Ikhlas Hikmatiar. Jakarta: Qisthi Press. 2015.
Sohari Sahrani. Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010.
Syarifuddin Abu Ataqi. Misteri di Ujung Wafatnya Rasululah. Surakarta: Ar-Ribath. 2014.
Ahmad Husain Fahasbu. Dan Arsy pun Berguncang!: Sirah Unik Sahabat-sahabat Kanjeng Nabi Saw. Yogjakarta: DIVA Press. 2022.
Ani Nursalikah. Mengenal Abu Hurairah, Sang Jenius Penghafal Hadits. https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/rao76v366
Kontributor: Achmad Dhani, Semester V