Bagaimana Islam Mempengaruhi Kebangkitan Eropa?
MAHADALYJAKARTA.COM—Islam tidak hanya berkembang di Asia, tetapi juga di berbagai belahan dunia lainnya, termasuk benua Eropa. Dalam konteks interaksi politik, sosial, ekonomi, dan lintas negara, Spanyol (Andalusia) merupakan wilayah Eropa pertama yang menyerap peradaban Islam. Kekayaan khazanah keilmuan Islam yang tumbuh sepanjang era klasik berperan besar terhadap kemajuan Eropa, baik pada masa lalu maupun hingga saat ini. Perkembangan teknologi Eropa dan otoritas Islam di Spanyol terjalin erat dalam catatan sejarah peradaban Islam.
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Latin, yakni re dan naitre. Kata re berarti “kembali”, sedangkan naitre berarti “lahir”. Dengan demikian, Renaissance dalam sejarah peradaban Eropa dimaknai sebagai “kelahiran kembali”.
Sejarah Eropa sejatinya telah terbentuk sejak era Yunani Kuno sekitar abad ke-20 SM. Peradaban Yunani kemudian digantikan oleh peradaban Romawi. Pada masa ekspansi Romawi, kekuasaan mereka mencapai puncak kejayaan dan berhasil menaklukkan sekitar tiga perempat wilayah benua Eropa. Namun, kekaisaran Romawi Barat akhirnya runtuh pada abad ke-4 Masehi.
Memasuki abad ke-14 Masehi, kehidupan Eropa diwarnai oleh berbagai krisis dan bencana, seperti kemerosotan ekonomi, kemiskinan ekstrem, wabah penyakit Black Death, serta kekacauan politik. Kondisi ini mendorong lahirnya kesadaran baru di kalangan pemikir Eropa untuk melakukan perubahan besar. Kesadaran inilah yang kemudian dikenal sebagai Renaissance, dan pertama kali muncul di Italia.
Leon Battista Alberti, seorang arsitek dan pemikir asal Firenze pada abad ke-15 M, mengemukakan pandangan mengenai lahirnya dunia pemikiran baru. Ia menyatakan bahwa “setiap orang dapat melakukan berbagai hal apabila mereka menginginkannya”. Agar manusia mampu mewujudkan potensi tersebut, hak-hak individu tidak boleh dibatasi dan harus dihargai. Pada era Renaissance, para pemikir Italia mengemukakan gagasan sekularisme—yakni pemisahan agama dari urusan dunia—serta individualisme.
Gagasan para pemikir ini tercermin dalam karya sastra, seni, dan karya intelektual. Mereka melakukan pengkajian mendalam terhadap karya-karya klasik peninggalan peradaban Yunani dan Romawi. Gerakan pengkajian ini dikenal sebagai humanisme Renaissance.
Zaman Renaissance ditandai oleh kelahiran kembali peradaban dan kebudayaan Yunani serta Romawi di Eropa setelah hampir seribu tahun mengalami apa yang sering disebut sebagai “Abad Kegelapan”. Kesadaran ini pertama kali berkembang di Italia, kemudian menyebar ke seluruh Eropa.
Para sejarawan meyakini bahwa Renaissance merupakan titik balik penting dalam sejarah kebudayaan Eropa. Negara-negara Eropa perlahan bangkit dari keterpurukan setelah masa Islam klasik, yaitu ketika dunia Islam mulai mengalami kemunduran. Abad pertengahan bukan hanya menjadi masa kejayaan umat Islam; kemajuan peradaban Islam juga berperan penting dalam memfasilitasi lahirnya Renaissance di Eropa. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, sementara ekspansi wilayah Islam meluas hingga sebagian Eropa, termasuk Andalusia. Masa kejayaan Islam berlangsung cukup lama sebelum mengalami kemunduran pada abad ke-13 M, yang kemudian beriringan dengan bangkitnya Renaissance di Eropa.
Perkembangan Eropa tidak dapat dipisahkan dari pengaruh kekuasaan Islam di Spanyol. Eropa memperoleh banyak pengetahuan dari umat Islam di Andalusia. Sejak awal kemunculannya, Islam mendorong umatnya untuk belajar dan mencari ilmu. Antusiasme umat Islam terhadap kemampuan membaca dan menulis sangat tinggi. Setelah Perang Badar pada tahun 624 M, beberapa tawanan Quraisy dibebaskan dengan syarat mengajarkan sepuluh pemuda Muslim membaca dan menulis. Pada akhir abad ke-11, umat Islam mencapai puncak keunggulan ilmiah berkat kegigihan mereka dalam belajar dan upaya sungguh-sungguh dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Perkembangan dan transmisi ilmu pengetahuan Islam tidak berhenti di dunia Islam, tetapi juga mencapai Barat. Kebangkitan peradaban Kristen Eropa mulai tampak ketika gelombang intelektual di bawah dominasi Islam mulai mereda. Sejak abad ke-12, kehidupan intelektual di dunia Latin-Barat ditandai oleh kebangkitan politik, ekonomi, agama, dan budaya setelah periode stagnasi yang panjang. Barat mengalami masa Renaissance sebagai dampak dari penyebaran ilmu pengetahuan dari dunia Islam.
Pusat-Pusat Transmisi Warisan Ilmiah Muslim ke Eropa
Renaissance mencerminkan kebangkitan minat yang luas dan mendalam terhadap warisan Yunani dan Romawi klasik. Para tokoh Renaissance sangat tertarik mempelajari karya-karya filsuf besar Yunani, seperti Plato, Plotinus, dan Aristoteles.
Masyarakat Eropa mencari inspirasi dan orientasi baru untuk menggantikan budaya tradisional yang sebelumnya sangat dipengaruhi ajaran Kristen. Karena budaya Yunani-Romawi merupakan satu-satunya alternatif yang dikenal, perhatian mereka pun terfokus pada kebudayaan tersebut, yang kemudian dijadikan dasar dan rujukan peradaban manusia.
Kemajuan yang dicapai umat Islam, khususnya di Eropa hingga Abad Pertengahan, sungguh mengagumkan. Penaklukan Muslim di Spanyol dan Sisilia membawa dampak besar bagi perkembangan budaya Eropa. Di wilayah paling selatan Eropa, yakni Andalusia (Spanyol), Dinasti Umayyah berkuasa sejak tahun 92 H/711 M.
Tiga tokoh Islam disebut berperan besar dalam penaklukan Spanyol, yaitu Musa bin Nushair, Thariq bin Ziyad, dan Tharif bin Malik. Tharif bin Malik merupakan perintis sekaligus penjelajah yang menyeberangi selat antara Maroko dan Eropa dengan kekuatan sekitar 500 pasukan berkuda. Ia tidak menghadapi perlawanan berarti dan kembali ke Afrika Utara dengan membawa kemenangan. Keberhasilan ini mendorong Musa bin Nushair mengirimkan pasukan sebanyak 7.000 orang ke Spanyol pada tahun 711 M di bawah komando Thariq bin Ziyad.
Thariq bin Ziyad kemudian dikenal sebagai penakluk utama Spanyol. Pasukannya, yang sebagian besar terdiri atas suku Berber dengan dukungan Arab, menyeberangi selat yang kelak dikenal sebagai Jabal Thariq (Gibraltar). Dari sana, mereka berhasil menguasai kota-kota penting seperti Cordoba, Granada, dan Toledo—yang saat itu merupakan ibu kota Kerajaan Goth.
Kota-Kota Pusat Kebudayaan Islam
Cordoba
Seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan Islam di Spanyol, Cordoba memiliki sejumlah perpustakaan besar. Pada abad ke-10 M, perpustakaan Cordoba tercatat menyimpan sekitar 600.000 buku. Perpustakaan Al-Hakam bahkan memiliki puluhan ruangan yang dipenuhi koleksi manuskrip.
Granada
Granada merupakan pusat monarki Islam terakhir di Spanyol. Sultan Muhammad ibn Ahmar mendirikan Dinasti Bani Ahmar di kota ini. Granada berkembang menjadi tempat perlindungan bagi umat Islam Eropa yang wilayahnya dikuasai kerajaan Kristen. Pada abad ke-12 M, Granada menjadi salah satu kota metropolitan terbesar di Spanyol.
Sevilla
Di bawah pemerintahan Al-Muwahhidun, Sevilla berkembang pesat. Kota ini sebelumnya merupakan daerah rawa dan pada masa Romawi dikenal dengan nama Romula Augusta. Salah satu bangunan pentingnya adalah masjid yang dibangun pada tahun 1171 M pada masa Sultan Yusuf Abu Ya‘qub, yang kemudian dialihfungsikan setelah Sevilla direbut Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.
Toledo
Toledo berfungsi sebagai jalur utama transmisi ilmu pengetahuan dari Islam ke Barat. Kota ini memiliki lembaga pendidikan, perpustakaan, dan rumah sakit. Alcazar, yang berarti benteng atau istana dan kini berfungsi sebagai museum militer, menjadi salah satu saksi kejayaan Islam di masa lalu.
Bentuk-Bentuk Transmisi Warisan Ilmuwan Muslim
Transmisi Pemikiran dan Ilmu Pengetahuan
Umat Islam melahirkan banyak filsuf besar, seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan Ibnu Rusyd. Karya-karya mereka diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menyebar luas di Eropa hingga akhir abad ke-13 M. Penyebaran ilmu dari dunia Islam, terutama melalui Spanyol Umayyah dan Baghdad, memicu lahirnya gerakan besar seperti Renaissance di Italia, Reformasi, dan rasionalisme di Eropa.
Transmisi Lembaga Pendidikan
Model pendidikan tinggi Islam telah berkembang di Spanyol, Sisilia, dan Bizantium jauh sebelum institusi serupa muncul di Barat. Masjid, madrasah, dan pusat akademik Islam menjadi rujukan penting dalam pembentukan sistem pendidikan Barat. Kesamaan metode pengajaran dan pendekatan skolastik menunjukkan kuatnya pengaruh Islam terhadap tradisi akademik Latin.
Transmisi ilmu pengetahuan Islam ke Barat berlangsung melalui beberapa tahap: kunjungan sarjana Barat ke wilayah Muslim, pendirian universitas-universitas Barat, serta penyebaran ilmu melalui Italia ke Prancis dan wilayah Eropa lainnya. Ilmu-ilmu yang ditransmisikan mencakup matematika, kedokteran, astronomi, musik, dan sastra.
Referensi:
Al-Hasan, Ahmad Y. Dan Donald R. Hill. 1993. Teknologi dalam Sejarah Islam. Bandung: Mizan.
Arifianto, Adityas. 2024. Sejarah Eropa Zaman Renaisans. Yogyakarta : Anak Hebat Indonesia
Ismail,Faisal. 1996. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titisan Ilahi Press.
Dahlan, Zaini . 2018. Sejarah Pendidikan Islam. Medan: Guru Besar Sejarah UINSU
Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan . Jakarta: Bulan Bintang.
Adawiyah, Robiatul. 2015. ”Perkembangan Pendidikan Islam Di Spanyol”. Jurnal Edukasi. Vol.3,No.2:316- 330.
Asy’ari, Hasyim. 2018. ”Renaisans Eropa dan Transmisi Keilmuan Islam ke Eropa”. Jurnal Sejarah Peradaban Islam. Vol.2, No.1.
Kontributor: Aas Noer Asiyah, Semester V