MAHADALYJAKARTA.COM— Selain berhaji, ada juga hari-hari yang bersejarah tepatnya pada tanggal 8 dan 9 atau yang lebih dikenal dengan sebutan hari Tarwiyyah dan hari Arafah. Puasa pada dua hari ini merupakan amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Semua umat Islam yang sedang melaksanakan ibadah haji berkumpul ditanah suci Mekkah. Namun apa alasan di balik penamaan hari Tarwiyyah dan hari Arafah lalu bagaimana sejarahnya.
Penamaan Hari Tarwiyyah
Fakhruddin Ar-Razi mengutip beberapa pendapat ulama perihal alasan di balik penamaan hari tersebut dalam kitabnya Tafsir Mafatihul Ghaib, halaman 324 yang artinya:
“Ada tiga pendapat di balik penamaan hari Tarwiyah, (1) karena Nabi Adam ‘alaihissalâm diperintah untuk membangun sebuah rumah, maka ketika ia membangun, ia berpikir dan berkata, ‘Tuhanku, sesungguhnya setiap orang yang bekerja akan mendapatkan upah, maka apa upah yang akan saya dapatkan dari pekerjaan ini?’ Allah subhânahu wata’âlâ menjawab: ‘Ketika engkau melakukan thawaf di tempat ini, maka aku akan mengampuni dosa-dosamu pada putaran pertama tahwafmu.’ Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan memberikan ampunan untuk keturunanmu apabila melakukan tahwaf di sini’. Nabi Adam ‘alaihissalâm memohon, ‘Tambahlah (upah)ku’. Allah menjawab: ‘Saya akan mengampuni (dosa) setiap orang yang memohon ampunan saat melaksanakan thawaf dari keturunanmu yang mengesakan (Allah).’ (2) Sesungguhnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm bermimpi ketika sedang tidur pada malam Tarwiyah, seakan hendak menyembelih anaknya, maka ketika waktu pagi datang, ia berpikir apakah mimpi itu dari Allah subhânahu wata’âlâ atau dari setan? Ketika malam Arafah mimpi itu datang kembali dan diperintah untuk menyembelih, kemudian Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm berkata, ‘Saya tahu wahai Tuhanku, bahwa mimpi itu dari-Mu’. (3) Sesungguhnya penduduk Makkah keluar pada hari Tarwiyah menuju Mina, kemudian mereka berpikir tentang doa-doa yang akan mereka panjatkan pada keeseokan harinya, di hari Arafah.”
Syekh Nidhamuddin Al-Hasan bin Muhammad bin Husein An-Naisaburi dalam kitab Tafsîr an-Naisabûri menyatakan bahwa hari Tarwiyah mempunyai sejarah yang sangat luar biasa, yaitu menjadi hari persiapan untuk bekal menuju ibadah haji. Orang-orang mengumpulkan air yang sangat banyak untuk dibagikan kepada calon jamaah haji. Mereka akan memberikan kepada jamaah setelah merasakan lelah dan dahaga ketika menempuh perjalanan menuju kota Makkah, atau mereka akan membagikan air-air yang telah mereka kumpulkan kepada para jamaah saat melaksanakan ibadah haji, mengingat gersangnya tanah Arab dan sedikitnya air saat itu. Ibaratnya, orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji merupakan orang-orang yang sangat haus ats rahmat Allah. Karenanya, Allah telah mempersiapkan rahmat-Nya kepada mereka semua setelah melakukan ibadah, dengan diampuninya dosa-dosa mereka.
Penamaan Hari Arafah
Sedangkan berkaitan dengan makna kata Arafah, ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan Arafah diambil dari kata i’tiraf (pengetahuan), karena pada hari Arafah umat Islam mengetahui dan membenarkan Al-Haqq (Allah) sebagai satu-satunya Dzat yang harus disembah, Allah merupakan Dzat Yang Agung. Ada juga ulama yang berpendapat bahwa Arafah diambil dari kata Arafa yang mempunyai makna bau yang harum. Artinya, dengan melaksanakan ibadah haji di Arafah, menunjukkan bahwa orang ingin bertobat kepada-Nya, melepas semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan, dan menghindar dari perbuatan dosa. Dengan demikian, secara tidak langsung orang sedang berusaha untuk mendapatkan surga di sisi Allah, dan kelak akan memiliki bau yang harum di dalam surga. Allah berfirman:
يُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَها لَهُمْ (محمد: 6)
Artinya, “Dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka.” (Muhammad: 6)
Maksud ayat di atas sebagaimana yang disampaikan Imam Fakhruddin Ar-Razi adalah, sesungguhnya orang-orang yang berdosa ketika bertobat di tanah Arafah, sungguh mereka telah terlepas dari kotoran-kotoran dosa, dan berusaha dengan (ibadah)nya di sisi Allah sehingga akan menjadi jiwa yang harum (terbebas dari dosa dan kesalahan).”
Menurut Ar-Razi, ada delapan alasan di balik penamaan tanggal sembilan Dzulhijah disebut hari Arafah.
(1) Sesungguhnya hari itu merupakan momentum dipertemukannya dua pasangan suami istri yang sudah bersama dalam surga kemudian diusir ke dunia, dan akhirnya oleh Allah pada hari itu dipertemukan di tanah Arafah, Makkah, yaitu pertemuan Nabi Adam ‘alaihissalâm dengan Sayyidah Hawa. Dengan pertemuan itu, keduanya menjadi tahu (arafa) antara satu dengan lainnya.
(2) Malaikat Jibril mengajarkan tatacara melakukan ibadah haji pada Nabi Adam ‘alaihissalâm, dan ketika sampai di tanah Arafah, Jibril berkata kepadanya, “Apakah engaku sudah tahu?” Nabi Adam ‘alaihissalâm menjawab, “Iya, tahu.” Karenanya, hari itu dikenal dengan hari Arafah (tahu).
(3) Karena pada hari itu Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm mengetahui (Arafah) kebenaran mimpi menyembelih putranya Ismail, yang ia alami dan membingungkan itu.
(4) Pada hari itu Malaikat Jibril mengajarkan tentang tatacara melaksanakan ibadah haji kepada Nabi Ibrahim ‘alaimassalam, dan membawanya menuju Arafah. Sesampainya di sana, Jibril bertanya, “Apakah engkau tahu tentang cara thawaf dan di mana thawaf dilakukan?” Nabi Adam ‘alaihissalâm menjawab, “Iya, tahu.”
(5) Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm pergi menuju Syam dan meninggalkan anaknya Nabi Ismail ‘alaihissalâm dan Istrinya Sayyidah Hajar di Makkah. Mereka tidak pernah bertemu selama beberapa tahun, kemudian oleh Allah keduanya dipertemukan tepat pada hari Arafah.
(6) Disebabkan peristiwa mimpi Nabi Ibrahim ‘alaihissalâm untuk Menyembelih putranya Nabi Ismail‘alaihissalâm, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
(7) Karena pada hari itu orang-orang yang sedang melakukan ibadah haji menamainya dengan kata Arafah ketika berhenti di tanah Arafah.
(8) Karena pada hari itu Allah memberitahukan (yata’arrafu) dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan ampunan (maghfirah) dan rahmat. (Ar-Razi, Tafsîr Mafâtîhul Ghaib, juz V, halaman 325).
Dari Sahabat Abdullah bin Abbas ra, berkata: “Tatkala Nabi Muhammad ﷺ datang ke Madinah, Nabi mendapati Kaum Yahudi sedang berpuasa di Hari Asyura, lantas Nabi bersabda kepada mereka, ‘Hari apa yang kalian sedang berpuasa ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari ini adalah hari yang agung. Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya pada hari ini dan menenggelamkan Firaun beserta pasukannya. Maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami turut berpuasa.’ Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Maka kami dengan Musa lebih berhak dan lebih utama daripada kalian.’ Maka Rasulullah ﷺ berpuasa dan memerintahkan berpuasa.” (HR Bukhari dan Muslim).
Disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim bahwa Sayyidah Aisyah ra berkata: “Dulu kaum Quraisy berpuasa Asyura pada masa jahiliah. Kemudian Rasulullah ﷺ memerintahkan berpuasa Asyura pula, hingga diwajibkan puasa Ramadhan. Maka Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barang siapa yang berkehendak (ingin berpuasa), maka silakan berpuasa. Dan barang siapa yang berkehendak (tak ingin berpuasa), maka tidak berpuasa.”
Menurut sebuah riwayat dari Sahabat Abu Qatadah, bahwa Nabi Muhammad ﷺ bersabda, “Puasa Hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar Ia mengampuni dosa setahun yang lalu.” (HR at-Tirmidzi).
Disebutkan dalam riwayat yang lain pula, bahwa Nabi Muhammad ﷺ ditanya tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab, “(Puasa tersebut) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim).
Untuk itu mari kita melaksanakan puasa Tarwiyyah dan puasa Arafah pada tanggal 8-9 Dzulhijjah.
Niat pada pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyyah)
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Niat puasa pada tanggal 9 Dzulhijjah (hari Arafah)
نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِعَرَفَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i arafata sunnatan lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Saya niat puasa sunnah Arafah hari ini karena Allah ta’âlâ.”
Disadur dari: NU.Online
Penamaan Hari Tarwiyah, Arafah dan Keutamaannya
Puasa Asyura, Peristiwa Penting, dan Anjuran Dzikir
Puasa Dzulhijjah: Tata Cara, Niat, dan Keutamaannya
Editor: Yayu