Raden Patah, Raja Islam Pertama di Tanah Jawa

Raden Patah, Raja Islam Pertama di Tanah Jawa

Ma’had Aly – Tanah Jawa, tanahnya orang dengan seribu kebudayaan. Tanahnya orang yang di dalamnya melebur Islam dan budaya. Sehingga tidak heran jika banyak yang menyebut tanah Jawa sebagai gudangnya TBC (tahayul, bid’ah, khurafat). Membahas Jawa pastilah teringat dengan raja Islam yang telah menaklukkan tanah Jawa dengan kegigihannya. Raden Fattah namanya, salah seorang raja yang telah menggelorakan dakwahnya di Demak Bintoro hingga sanggup meraih puncak kekuasaan politik pada tahun 1482 M dengan didirikannya Kerajaan Islam Demak Bintoro.

Sebelum lebih jauh lagi, penting untuk mengetahui tentang kepribadian Raden Patah (Raden Fatah).

Raden Fattah adalah putra Prabu Brawijaya V dengan selirnya yang bernama Siu Ban Ci. Karena kecemburuan permaisuri Prabu Brawijaya V dengan salah seorang selirnya yaitu ibu Raden Fatah, menyebabkan selir tesebut dihadiakan kepada putra sulungnya yaitu, Arya Damar seorang raja di Palembang. Itulah alasannya kenapa Raden Fatah lahir di Palembang. Ia lahir pada tahun 1458 M dan wafat tahun 1518 M di Demak.

Menurut kronik China dari Kuil Sam Po Kong yang berada di Semarang, nama China Raden Fatah adalah Jin Bun. Jin Bun berarti orang yang kuat, nama tersebut juga identik dengan nama arabnya yaitu Fatah yang berarti kemenangan. Sehingga sampai akhirnya dia dapat meraih kemenangan dalam menaklukkan tanah Jawa.

Pendidikan pertama Raden Fatah didapat langsung dari ibunya, yang mengajarkan kaidah-kaidah ajaran Islam. Selain itu Raden Fattah juga belajar ilmu pemerintahan kepada Arya Damar. Saat menginjak usia dewasa, kebutuhan ilmu-ilmu Keislaman Raden Fatah bertambah banyak, Raden Fattah merasa tidak puas dengan apa yang diajarkan oleh Arya Damar kepadanya. Perbedaan pendapat antara Raden Fatah dengan Arya damar pun muncul. Hal ini menjadikan Raden Fatah memutuskan menggembara untuk mencari ilmu. Raden Fatah pergi menggembara dengan putra Arya Damar yaitu, Raden Kusen. Raden Kusen ikut serta bersama Raden Fatah karena ia enggan untuk ikut Damar. Dikisahkan saat Raden Fatah sedang  bertapa di gunung, Raden Kusen menyusul. Sebenarnya Raden fatah sudah memintanya untuk pulang, namun hal itu di tolak oleh Raden Kusen. Raden Kusen justru bertekad mengabdikan diri kepada Raden Fatah. Sehingga kemana pun Raden Fatah pergi ia selalu ikut sampai nanti pergi mengembara bersama.

Pengembaraannya bermula dari tepi laut,  mereka bertemu dengan seorang pelaut yang membawa mereka berlayar hingga ke pulau Jawa. Setelah di Jawa mereka menghadap Sunan Ampel untuk menyapaikan keinginan mereka untuk mencari ilmu. Akhirnya mereka diterima oleh Sunan Ampel dan nyatri di Ampeldenta. Bahkan ada yang mengatakan ketika Raden Fatah sedang nyantri ia dinikahkan dengan salah satu putri Sunan Ampel yaitu, Dewi Murthosimah. Begitu juga Raden Kusen yang dinikahkan dengan Nyai Wilis, cucu Sunan Ampel.

Kabar bergurunya putra dan cucu raja Majapahit asal Palembang kepada Sunan Ampel mulai terdengar seantero ibukota. Mengenai hal itu ada salah seorang yang melaporkan kepada Raja Majapahit. Mendengar kabar itu, Prabu Brawijaya V mengundang cucunya ke istana. Ketika di istana Raden Kusen menyatakan bahwa dirinya ingin mengabdikan dirinya kapada raja Brawijaya V. Keinginan tersebut diterima oleh Prabu Brawijaya dengan sukacita. Raden Kusen diangkat menjadi adipati, sang pancatandha di negeri Terung.

Di sisi lain Raden Fatah masih belajar di Sunan Ampel, sampai akhirnya Raden Fatah diperintah oleh Sunan Ampel untuk berjalan ke arah barat sampai ia menemukan hutan yang di dalamnya terdapat padang ilalang yang berbau harum. Hutan tersebut dikenal dengan nama hutan Bintoro, dan di tempat itulah Raden Fatah harus tinggal(bermukim). Bersama orang-orang yang terus berdatangan Raden Fatah membabat hutan dan mendirikan masjid serta pesantren sebagai tempat untuk mengaji. Lambat laun wilayah itu ramai didatangi orang-orang dan ada sebagian dari mereka yang memutuskan untuk tinggal di daerah tersebut, yaitu daerah Glagah Wangi yang nantinya akan dikenal dengan nama Bintorodalam waktu yang sangat singkat Demak Bintoro menjadi kota yang ramai dikunjungi. Selain itu Demak Bintoro saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan penyebaran Islam. seiring berjalannya waktu wilayah tersebut berkembang menjadi sebuah kerajaan Islam yang ada di pulau Jawa.

Raden Fatah dikenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Kepandaiannya dalam menjalankan kepemerintahannya membuat banyak prajurit Majapahit masuk Islam. kabar itu terdengar sampai ke telinga prabu Brawijaya. Hal itu menjadikan Prabu Brawijaya memerintahkan Raden Kusen, sebagai Adipati Terung untuk meminta Raden Fatah datan ke Majapahit. Namun permintaan tersebut ditolak oleh Raden Fatah. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Raden Fatah saat itu sudah mempersiapkan pasukan untuk menyerbu Majapahit.

Berita tersebut tersebut terdengar sampai telinga Prabu Brawijaya. Dikisahkan, ketika pasukan Raden Fatah sampai di Majapahit, ternyata Prabu Brawijaya dan seisi kerajaan sudah pergi dari kerajaan. Sehingga pasukan Raden Fatah yang berasal dari Demak Bintoro dengan mudah menduduki kerajaan dengan tanpa adanya perlawanan. Peristiwa tersebut menjadi penanda berakhirnya Kerajaan Majapahit. Atas perannya tersebut, Raden Fatah diangkat oleh Sunan Ampel menjadi Raja Demak Pertama.

Mengenai berakhirnya Majapahit sangat banyak versinya. Salah satu versinya adalah yang telah dijelaskan di atas. Dengan demikian, berakhirnya Majapahit menjadi penanda selesainya kerajaan Hindu-Budha di Jawa dan digantikan dengan kerajaan-kerajaan Islam.

 

Referensi

Agus Sunyoto. 2016. Atlas Walisongo. Depok. Pustaka IIMAN dan LESBUMI PBNU

Rachmad 2017. Sultan Fatah. Sukoharjo. Al-Wafi

Nur Romdlon, Pulang mengembara Raden Fatah Taklukkan Kerajaan tanpa Perlawanan, http://m.brilio.net/news/pulang–mengembara-raden-fatah-taklukkan-kerajaan-tanpa-perlawanan-150629z.html, diakses pada 24 November 2018 pukul 18.48 WIB.

Raden Fatah, Khalifah untuk Tanah Jawa, https://daerah.sindonews.com/read/966564/29/raden-fatah-khalifah-untuk-tanah-jawa-1424350627, diakses pada 24 November 2018 pukul 18.50 WIB.

Oleh : M. Jirjis F. Z, Semester V

Leave a Reply