Uncategorized

Nu’aiman bin Amr: Sahabat Rasulullah saw. yang Jenaka

MAHADALYJAKARTA.COM – Nu’aiman bin Amr bin Rafa’ah. Ia termasuk dalam kalangan ashab al-badar. Sebab, Nu’aiman pernah ikut berjihad bersama Rasulullah saw. saat Perang Badar. Cerita tentang Nu’aiman jarang dibicarakan dan diceritakan jika dibandingkan Abu Nawas yang sosoknya sungguh sangat masyhur. Sehingga masih sedikit tarikh yang mencatat secara tepat kapan waktu Nu’aiman dilahirkan. Berbeda dengan tahun wafatnya yang tercatat dalam sejarah yaitu pada tahun 652 M.

Nu’aiman bin Amr adalah sahabat Rasulullah saw. yang berasal dari Madinah, lebih tepatnya kaum Anshar bergaris keturunan dari Bani An-Najjar. Nu’aiman bin Amr adalah sosok sahabat yang berhasil membuat Rasulullah saw. tertawa sampai terlihat gigi gerahamnya. Karena biasanya, Rasulullah saw. hanya memberikan senyuman.

Ada satu cerita dari Ibnu Majah, pada suatu hari Nu’aiman pernah diajak berdagang oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq bersama para sahabat lainnya menuju negeri Syam. Pada zaman itu, Syam dikenal sebagai negeri yang maju.

BACA JUGA: Abu Hurairah Periwayat Hadis Nabi yang Tak Sempat Bekerja

Saat waktu siang menyapa, Nu’aiman yang sudah lapar menghampiri salah satu sahabat yang ikut menuju Syam, yaitu Suwaibith bin Harmalah. Saat itu Suwaibith ditugaskan untuk menjaga makanan. Suwaibith dengan sikap penuh rasa tanggung jawab menolak ketika Nu’aiman meminta satu potong roti agar diberikan kepadanya. Nu’aiman berkata, “Kalau memang begitu maumu, berarti kamu setuju bila saya berbuat ulah.” 

Nu’aiman pun pergi berjalan menuju pasar dan mencari tempat yang menjual hamba sahaya. Sejarah telah mencatat bahwa hamba sahaya diberlakukan layaknya sebuah barang yang bisa diperjualbelikan. Bisa diberlakukan dengan semena-mena. Dalam artian, ia sepenuhnya milik tuannya. Hamba sahaya biasanya dijual untuk menjadi pekerja.

Setibanya di pasar, Nu’aiman sampai di wilayah penjualan hamba sahaya. Nu’aiman berkata kepada orang-orang di sana bahwa ia memiliki hamba sahaya dengan harga jual yang sangat murah. Nu’aiman juga menyebut bahwa hamba sahaya yang ia miliki hanya mempunyai satu kekurangan yaitu suka berteriak bahwa dirinya bukan hamba sahaya melainkan orang yang merdeka. Mendengar itu, orang-orang di sana pun tertarik terhadap budak tersebut dan Nu’aiman pun mengajak mereka pergi untuk menghadap Suwaibith.

“Itu (sambil menunjuk) orang yang berdiri sedang menjaga makanan, ia adalah hamba sahaya saya,” kata Nu’aiman pada orang-orang yang ingin membeli budak itu. Mereka pun memberikan uang kepada Nu’aiman dan datang menghampiri Suwaibith untuk menangkapnya dan membawanya pergi.

Suwaibith yang terkejut langsung berkata, “Saya bukanlah hamba sahaya, saya orang yang merdeka!” Namun, orang-orang percaya dengan ucapan Nu’aiman yang ia jelaskan sebelumnya.

Selang berapa waktu kemudian, setelah Suwaibith dibawa pergi oleh pembelinya, Abu Bakar Ash-Shiddiq pun kembali dan mencari Suwaibith. Ia bertanya kepada Nu’aiman, “Wahai Nu’aiman di mana Suwaibith?” Nu’aiman menjawab, “Dia sudah saya jual wahai Abu Bakar.” Nu’aiman pun menceritakan dengan jujur apa yang sudah ia lakukan. Kemudian setelah mendengarkan cerita dari Nu’aiman, Suwaibith kembali ditebus oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq.

BACA JUGA: Mengenal Sahabat Nabi, Salman Al-Farisi

Kemudian kisah tersebut sampai ke Rasulullah saw. Peristiwa inilah yang membuat Rasulullah saw. tertawa sampai gigi gerahamnya terlihat di depan para sahabat. Bahkan selama setahun itu, jika bertemu Nu’aiman Rasulullah saw. selalu tersenyum.

Perawi hadits mengatakan, bahkan setelah satu tahun berlalu, Rasulullah saw. pun selalu menceritakan kisah Nu’aiman dan Suwaibith ini kepada para tamunya. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa Rasulullah saw. memiliki sikap yang humoris. Sebab tidak mungkin selamanya kehidupan beliau kaku dan terlalu serius. Ada kalanya Rasulullah saw. harus tegas dalam menegakkan keadilan dan ada kalanya juga santai dan bercanda. Rasulullah saw. adalah sebaik-baik manusia yang bisa menempatkan posisinya dengan baik. Semoga kita bisa mengikuti perilaku Rasulullah saw. dan menjadi umat yang beliau banggakan di akhirat kelak. 

REFERENSI:

Hasyimi, Ali. 1988. Apakah Anda Berpribadi Muslim? Jakarta: Gema Insani Press.

Nasrulloh, Muhammad. 2019. Kisah-Kisah Inspiratif Sahabat Nabi. Jawa Timur: Aghitsna Publisher.

Kamandoko, Gamal. 2009. 100 Kisah Jenaka untuk Anak Muslim. Bandung: Dar! Mizan.

Chan, Waqiuddin. 2014. Himpunan 30 Kisah-Kasih Sayang Sahabat Rasulallah. Damansara: Galeri Ilmu Sdn. Bhd.

Al-Ashbahani, Abu Asy-Syaikh dan Abdullah Mu’alim, 2017. Meneladani Ahklak Nabi, Jakarta: Qisthi Press.

Kontributor: Ilham Ilahiyah, Semester 1

Penyunting Bahasa: Isa Saburai

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *