Mufti Betawi, Mahakarya Islam Nusantara

Mufti Betawi, Mahakarya Islam Nusantara

Ma’had Aly – Sayyid Utsman bin Yahya merupakan salah seorang tokoh kontroversial dalam sejarah Islam nusantara pada abad 19 hingga abad 20-an. Ia dilahirkan di Batavia, tepatnya di daerah Pekojan, pada 17 Rabiul awwal 1238 H/ 1822 M. Ayahnya bernama Abdullah dari Hadramaut dan ibunya bernama Aminah, seorang putri dari Syekh Abdurrahman al-Mitsri, seorang ulama keturunan Mesir yang tinggal di Indonesia.

Tidak ada sumber yang menerangkan kapan datangnya Sayyid Utsman ke Indonesia. Namun diterangkan bahwasannya pada usia 3 tahun, ia ditinggal oleh ayahnya ke Makkah untuk menemui sanak familinya. Sedangkan Sayyid Utsman tinggal bersama kakeknya di Indonesia. Melalui kakeknya, Sayyid Utsman mendapatkan berbagai pengajaran di antaranya adalah ilmu baca al-Qur’an, akhlak, tauhid, fikih, tasawuf, nahwu, sharaf, tafsir hadits, dan ilmu falak.

Pada usianya yang ke-18 tahun, tepatnya setelah kepergian kakeknya yang bernama Syekh Abdurrahman al-Mitsri, Sayyid Utsman berangkat ke Makkah untuk menemui ayahnya dan menunaikan ibadah haji. Selain itu, ia juga berniat untuk belajar tentang agama kepada para mufti Makkah selama 7 tahun. Pengembaraannya dilanjutkan menuju Hadramaut. Di sana Sayyid Utsman menghabiskan waktu sekitar 8 tahun untuk belajar agama dan mengenal seluk beluk provinsi tersebut yang dikemudian hari ia gambarkan peta pesar provinsi Hadramaut.

Di tanah Hadramaut pula, Sayyid Utsman berguru kepada antara lain syekh Abdullah bin Husein, habib Abdullah bin Umar bin Yahya, syekh Rahmatullah, habib Alwi bin Saqqaf al-Jufri, dan habib Hasan bin Saleh. Dari Hadramaut, ia berangkat pula ke Mesir dan belajar di Kairo walaupun hanya delapan bulan. Kemudian meneruskan perjalanan ke Tunis (berguru pada Syarif  Muhammad bin Abdul Jawad al-Qabisi dan syekh Abdullah Basya), Aljazair (berguru pada syekh Abdurrahman Al-Maghribi), Istanbul, Persia, dan Syiria.

Tahun 1862 M/ 1279 H, Sayyid Utsman bin Yahya kembali ke Batavia dan diangkat menjadi mufti, menggantikan Syekh Abdul Ghani .Kiprah Sayyid Utsman bin Yahya bermula ketika ia masuk dalam golongan kolonial Belanda tahun 1885. Peristiwa Cianjur menjadi peristiwa terciptanya kolaborasi antara Sayyid Utsman dengan kolonial Belanda atau lebih tepatnya saling memanfaatkan. Sayyid Utsman ingin melindungi warga keturunan Arab khususnya kalangan habaib dari persepsi negatif dari Belanda. Dalam hal ini ia bersekutu dengan Snouck Hurgronje.

Hubungan Sayyid Utsman dengan Snouck Hurgronje pada awalnya adalah membantu dalam penelitian tentang Islam di Nusantara. Kerja sama ini kemudian bersifat lebih resmi sejak Sayyid Utsman diangkat sebagai Penasehat Kehormatan untuk Urusan Arab. Dalam kerja sama ini, Sayyid Utsman memberikan informasi melalui karya-karyanya tentang keadaan masyarakat Islam. Namun lambat laun mereka memiliki keinginan tersendiri, sebagaimana telah dijelaskan.

Sayyid Utsman meninggal dunia pada malam Senin 12 Shafar atau 19 Januari 1914. Sekitar 10.000 orang mengantarkan jenazahnya ke pemakaman rakyat Tanah Abang. Menurut informasi dari keturunannya, Sayyid Utsman berpesan kepada keluarganya untuk tidak mengadakan haul (peringatan kematian) atas dirinya.

Sayyid Utsman juga merupakan salah satu dari sekian banyak ulama Indonesia pada abad 19 yang menghasilkan karya tulis yang cukup banyak. Beberapa buku karangan Sayyid Utsman lebih dari 100 buah. Sayyid Utsman menuangkan karyanya dalam beberapa macam diantaranya adalah dengan menggunakan bahasa Arab, Melayu dan ada pula yang menggunakan bahasa Jawa dan Sunda. Ia menuliskan pengetahuannya baik di bidang akidah, syariah, tasawuf, bahasa Arab, sejarah, akhlak dan doa serta risalah-risalah kecil yang kontekstual pada masanya. Ia juga mempunyai percetakan litografis yang memudahkannya mencetak dan kemudian menyebarkan karyanya kepada masyarakat umum. Dengan kata lain, Sayyid Utsman memiliki kontribusi yang sangat penting dalam membangun alam pikirankeagamaan masyarakat Indonesia pada masanya. Dari sekian banyaknya karya tulis Sayyid Utsman akhirnya ia mendapat gelar adviseur honorair voor Arbische zaken sebagai bukti penghargaannya.

            Di antara kitab dan buku karyanya adalah sebagai berikut:

  1. منهج الاستقامة فى دين بالسلامة (Minhaj al-Istiqomah fi al-Din bi al-salamah)
  2. الطريق الصحيحة (Ath-thariq as-Sahihah)
  3. جميعة الفواعد (Jam’iyyah al-Fawa‘id)
  4. قوانين الشرعية لاهل المجالس الحكومية و الافتئية (Qawanin asy-Syar’iyah li ahlil majalis al-Hukumiyah al-Iftaiyyah
  5. تحفة الوردية (Tuhfah al-Wirdiyah)
  6. نفائس النحلة (Nafaisu an-Nihlah)
  7. تهفة علوية (Tuhfah al-Uluwiyah)
  8. Khutbah Nikah
  9. Cempaka Mulia
  10. Keluarga
  11. Ilmu kalam
  12. Kamus Arab Melayu
  13. Saghauna Sahaya
  14. Soal Jawab Agama

Kitab Sayyid Utsman bin Yahya yang populer diantaranya adalah  منهج الاستقامة فى الدين بالسلامة atau dalam bahasa Melayunya adalah “Perjalanan yang Betul dalam Memegang Agama Islam”. Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu dialek Betawi (Batavia) beraksara Arab (Jawi). Didalamnya menerangkan bagaimana menjalankan tutuntan Islam sesuai ajaran Nabi Muhammad, para sahabat, tabi’in, dan ulama-ulama terdahulu dan selamat dari bid’ah-bid’ah dan berbagai penyimpangan yang terjadi pada masa itu.

Adapun cuplikan kata pengantar kitab  منهج الاستقامة فى الدين بالسلامة yang ditulis Sayyid Utsman bin Yahya adalah

مك اينله فرجلنن سكلين علماء دان اولياء دان صالحين درى زمن دهولو هغكا سكارغ يغ مريكئت سكلين مغيكوة فرجالنن رسول الله صلى الله عليه وسلم صحابتن

Maka inilah perjalanan sekalian ulama’, auliya, dan solikhin dari zaman dahulu hingga sekarang, yang mereka itu sekalian mengikuti perjalanan Rasulullah saw. dan sahabatnya.

 

Referensi

Ginanjar Sya’ban, Mahakarya Islam Nusantara, Tanggerang: Pustaka Compass, 2017.

Mujib, Subhan M, Musthoffa Basyir, Intelektualisme Pesantren, Jilid 2, Jakarta: Diva Pustaka Jakarta, 2006.

Muhammad Noupal, “Kritik Sayyid Utsman bin Yahya terhadap Pemikiran Pembaharuan Islam: Studi Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia”, Intizar, XX, 1, 2014.

Nur Hasanah, “Kontribusi Sayyid Utsman Dalam Kehidupan Masyarakat Batavia”, 2017.

Zainul Milal Bizawe, Masterpiece Islam Nusantara, Tanggerang Selatan: Pustaka Compas, 2016.

 

Oleh : Baqiyatus Sholihah, Semester IV

Leave a Reply