Masjid Hassan II: Keajaiban Arsitektur yang Mengapung di Tepi Samudera Atlantik

Masjid Hassan II: Keajaiban Arsitektur yang Mengapung di Tepi Samudera Atlantik

MAHADALYJAKARTA.COM— Arsitektur Islam berkembang seiring dengan penyebaran agama islam ke Asia Barat, seluruh pantai Utara Afrika sampai Spanyol, seluruh Asia Tengah, ke sebagian India dan termasuk ke Indonesia. Arsitektur Islam, menurut banyak pihak yakni sangat identik dengan arsitektur masjid. Sebenarnya seiring dengan penyebaran dan perkembangan Islam ke berbagai belahan dunia, arsitektur Islam mulai berasimilasi dengan arsitektur dan kebudayaan lain.

Maroko memiliki letak geografis yang sangat dekat dengan benua Eropa dan Asia, sehingga membuat kota ini sangat menarik dan unik. Perpaduan budaya pun menjadi ciri khas negeri ini. Salah satu kota wisata yang terkenal di Maroko adalah Kota Casablanca. Sebagai kota terbesar di Maroko, Casablanca memiliki daya tarik tersendiri karena memiliki sejumlah banguan arsitektur indah bergaya art deco, salah satunya Masjid Hassan II. Masjid ini merupakan salah satu yang mengijinkan wisatawan non-Muslim masuk ke dalamnya.

Di tepi Samudera Atlantik yang luas, menjulang megah sebuah simbol keagungan seni dan spiritualitas Islam, Masjid Hassan II terletak di Kota Casablanca, Maroko. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1986 dan didesain oleh arsitek berkebangsaan Prancis yang bernama Michel Pinseau dan dibangun oleh Bouygues.

Masjid ini dibangun untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II dan diresmikan pada tahun 30 Agustus 1993. Bangunannya yang mengarah ke Samudera Atlantik membuatnya terlihat seakan-akan berada di tengah laut, kabarnya masjid ini merupakan permintaan  khusus dari Raja Hassan karena di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa singgasana Tuhan terletak diatas laut “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan arsy Allah berada di atas air.” (Q.S Hud: 7). Raja Hassan II ingin mengabadikan masjid ini di tepi lautan, sebagai pengingat akan kehadiran Tuhan yang maha besar dan luas seperti samudra. Masjid ini layaknya sebuah masjid yang benar-benar terapung tak salah bila masjid ini mendapat julukan sebagai masjid terapung terbesar di dunia. Masjid megah ini kini menjadi penanda Kota Casablanca.

Pintu-pintu di luar maupun di dalam ruangan masjid memiliki kekhasan yakni lengkungan berbentuk tapal kuda. Sedangkan dinding dan pilar-pilar di dalam ruangan dihiasi dengan berbagai macam pola ukiran yang rumit dan indah. Lantai masjid terbuat dari kaca yang tebal sehingga umat muslim yang beribadah dapat melihat langsung ke dalam laut Samudera Atlantik menciptakan sensasi spiritual yang sangat kuat bagi pengunjung.

Menara Masjid Hassan II di Casablanca adalah salah satu elemen paling ikonik dari masjid ini bahkan arsitektur Islam modern secara keseluruhan. Menara masjid ini merupakan  yang paling tinggi di dunia yakni 210 meter. Dari puncak menara ini, akan terlihat sinar laser yang sangat terang mengarah ke kiblat, yaitu ke arah Ka’bah di Mekkah pada waktu malam hari, Cahaya ini sebagai penanda visual yang kuat bagi kiblat umat islam. Hal ini seakan-akan menjadi petunjuk jalan ke rumah Allah SWT, ruangan utama tempat muslim shalat dilapisi dengan karpet merah.

Menara Masjid Hassan II bukan hanya sekedar tinggi dan megah tetapi juga memiliki berbagai elemen yang unik. Salah satu fitur paling menarik adalah balkon pengamatan yang terletak di puncak menara. Dari balkon ini pengunjung dapat menikmati pemandangan spektakuler Samudera Atlantik dan Kota Casablanca. Pada hari yang cerah pengunjung bahkan bisa melihat jauh ke arah horizon laut.

Menara ini bukan hanya simbol keagamaan, tetapi juga simbol nasional dan budaya bagi Maroko. Raja Hassan II yang memulai Pembangunan masjid, ingin menara ini menjadi penanda fisik dari kejayaan Maroko dan islam abad ke-20 dan seterusnya. Dengan menara yang terlihat dari berbagai sudut Kota Casablanca, menara ini menjadi landmark yang dominan. Menara ini berdiri megah sebagai lambang perpaduan antara masa lalu dan masa depan, tradisi dan inovasi, yang terus menginspirasi umat Islam dan wisatawan dari seluruh dunia.

Sementara itu, balkon khusus wanita dan anak-anak diletakkan disebelah kanan pintu masuk dan dibuat dari kayu yang diukir dengan sangat indah di bawah. Di bawah lantai terdapat pemandian umum gaya Turki dan juga air mancur yang dapat digunakan sebagai air wudhu, selain itu ada juga pemanas lantai untuk mengontrol temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin. Pintunya elektrik terpasang dan rancangan atap yang bisa di buka tutup dengan teknologi mutakhir.

Beton dengan permukaan kasar berwarna abu-abu dijadikan sebagai dasar pilar, menyanggah lengkungan tapal kuda berwarna putih tersebut. Ornamen di atas lengkungan ditata dengan model marquanas yang mirip dengan sarang lebah. Polanya rapi dan simetris bersama sentuhan warna hijau tua yang memukau. Sentuhan desain ini adalah salah satu tanda pengaruh arsitektur bangsa Moor di tanah Maroko. Pintu gerbang utama masjid ini dicat berwarna emas tua dengan corak yang tertata.

Masjid ini juga secara keseluruhan berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang salat yang mengagumkan, Subhanallah, ukiran tangan para pengukir dengan dekorasi hasil cetakan semen menambah kecantikan masjid ini. Masjid ini dirancang tahan gempa , atap masjid ini terbuat dari pintu elektrik yang dapat dibuka, sebagai simbol ibadah yang dilakukan di masjid ini.

Sebuah tim besar para maestro pengukir dipekerjakan khusus menangani proyek Pembangunan masjid ini. Lebih dari 10.000 pekerja terlibat dalam proyek besar ini, termasuk pengrajin dan seniman dari seluruh Maroko. Para pengrajin ini menggunakan bahan-bahan lokal, seperti marmer dari pegunungan Atlas dan kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafraoute.

Sedangkan bahan-bahan pilar granit putih dan kandil-kandil kaca didatangkan dari Murano, Venezia, dan Italia. Untuk menghasilkan detail yang luar biasa pada dinding, lantai dan langit-langit masjid. Masjid ini menampilkan perpaduan antara arsitektur islam tradisional dengan teknologi modern. Konon, masjid ini menghabiskan biaya 800 juta AS (Rp 8 triliun) dan sebagian besar dari dana pembangunan masjid ini merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri.

Kala itu masjid Hassan disebut-sebut sebagai masjid termahal sedunia, dengan gaya arsitektur Masjid Hassan II memperlihatkan “Moorish” yang kuat dan mengingatkan orang pada kemegahan Alhambra dan Mezquita, dua peninggalan kebudayaan Islam yang termasyhur di daratan Spanyol (Maroko dan Spanyol memiliki laut yang berbatasan).

Masjid Hassan II merupakan salah satu Masjid Modern yang berfungsi sebagai pusat kegiatan umat islam, tak hanya tempat ibadah. Masjid ini juga menyediakan berbagai fasilitas lainnya seperti klinik, perpustakaan, dan tempat olahraga. Masjid Hassan II tidak hanya dirancang untuk keperluan spiritual, tetapi juga sebagai simbol nasional bagi Maroko. Lokasinya sangat strategis di tepi laut, menghadap ke arah barat, mencerminkan jangkauan pengaruh Maroko di dunia Islam dan Afrika Utara.

Masjid Hassan II di Casablanca, Maroko adalah perpaduan sempurna antara tradisi islam dan teknologi modern. Diresmikan pada tahun 1993 untuk menghormati Raja Hassan II, masjid ini berdiri megah di tepi Samudera Atlantik dengan menara tertinggi di dunia, mencapai 210 meter. Menara ini juga dilengkapi sinar laser yang langsung menuju Makkah. Salah satu keunikannya adalah lantai kaca yang memungkinkan jamaah melihat langsung ke dalam laut, menciptakan sensasi spiritual yang luar biasa.

Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga merupakan pusat kegiatan sosial, dengan berbagai fasilitas seperti klinik, perpustakaan, dan tempat olahraga. Desain arsitekturnya megah, terinspirasi dari warisan islam klasik seperti Alhambra di Spanyol, menjadikan menara ini simbol keagungan di Maroko.

Referensi:

Al, G. Z. 2021. Dari Negeri Matahari Terbenam: Potret Islam dan Keilmuan di Maroko. Indonesia: CV Jejak.
Jaharuddin, D. 2022. Wisata Ramah Muslim. Indonesia: Prenada Media.

King, G. 2016. The Architectural Heritage of Islamic Art. Cambridge University: WIT Press.

Mulyana Azhari. 2017. Dari Sabang Sampai Maroko. Indonesia: CV Jejak.

Muti, S. 2016. Jelajah 50 Negara. Indonesia: Elex Media Komputindo.

Roeslan, A. 1981. Atlas Sejarah Islam Asia Afrika. Jakarta: Puspa Swara.
Sayyidah, E.-A. A. 2020. Bersemi Disenja Al-Magriby Part 2. Indonesia: GUEPEDIA.

Syahrudin, E.-F. 2014. Sejarah Ibadah. Indonesia: Republika Penerbit.

Kontributor: Vina Mukhafidhotul Izzah, Semester IV

Editor: Yayu

Leave a Reply