Kisah Hamzah Bin Abdul Muthalib: Prajurit Islam Pemimpin Para Syuhada

Kisah Hamzah Bin Abdul Muthalib: Prajurit Islam Pemimpin Para Syuhada

MAHADALYJAKARTA.COM- Sayyidina Hamzah bin Abdul Muthalib merupakan tokoh penting yang tidak bisa diremehkan perjuangannya sepanjang sejarah. Hamzah merupakan sahabat Rasulullah SAW yang cerdas dan berpendirian kuat. Selain sahabat Rasulullah SAW, Hamzah juga merupakan paman sekaligus saudara persusuan Rasulullah SAW. Hamzah memeluk Islam pada tahun kedua kenabian Rasulullah SAW, namun Hamzah melindungi Rasulullah bahkan sebelum dirinya memeluk Islam. 

Para ahli sejarah mengisahkan, pada suatu hari seperti biasanya Hamzah bin Abdul muthalib pergi ke gurun untuk berburu yang merupakan hobinya pada saat itu. Pada saat yang bersamaan di dekat kota Mekah tepatnya di daerah Shofa Rasulullah SAW bertemu dengan Abu Jahal. Kemudian, Abu Jahal langsung menghina Nabi Muhammad SAW dengan hinaan yang sangat keji, perkataan yang kotor dan menyakitkan. Sedangkan Nabi Muhammad SAW pada saat itu hanya diam saja tanpa membalas sedikitpun. Pada saat Abu Jahal melihat Nabi hanya diam saja, Abu Jahal semakin kesal dan langsung mengambil batu kemudian dilemparkannya batu itu kepada Nabi yang mulia. Sehingga banyak sekali darah yang keluar dari pelipis Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, Abu Jahal dengan entengnya langsung meninggalkan Nabi begitu saja. 

Pada saat Abu Jahal dengan bangga dan sombong menceritakan kepada teman-temannya sebab berhasil menghinakan Nabi SAW. Ada seorang budak perempuan milik Abdullah bin Jad’an yang mendengar dan melihat kejadian tersebut. Lalu bergegaslah budak perempuan itu menemui Hamzah bin Abdul Muthalib yang sedang berburu. Budak perempuan itu berkata pada Hamzah, “wahai Abu Imarah (Hamzah bin Abdul Muthalib) andai saja tadi engkau melihat apa yang telah diperbuat oleh Abu Hakam (Abu jahal) kepada saudara laki-lakimu (Rasulullah SAW). Keponakanmu ketika itu hanya duduk-duduk, tetapi Abu Jahal malah mencaci maki dan melemparinya hingga berdarah lalu meninggalkannya begitu saja.” 

Mendengar cerita itu, seakan darahnya mendidih. Hamzah menjadi sangat marah terhadap apa yang dilakukan Abu Jahal sebab hal itu juga merupakan penghinaan terhadap dirinya sekaligus penghinaan terhadap Bani Muthalib dan juga Bani Hasyim. Tanpa berpikir panjang Hamzah segara mencari Abu Jahal. Dengan Langkah tegap dan penuh amarah Hamzah segera menuju Mekah. Hamzah terus bertanya pada setiap orang yang ia temui di jalan, apakah mereka melihat Abu Jahal?  Ketika Hamzah melihat Abu Jahal yang sedang tertawa, Hamzah segera mengambil busur panahnya dan dipukulah Abu Jahal hingga berdarah dan berkata, “apakah engkau masih berani menyakiti Muhammad, sedangkan aku berada dalam agamanya? Jika engkau berani melakukan perbuatan seperti yang engkau lakukan pada Muhammad kepadaku, silahkan saja lakukan!” bentak Hamzah pada Abu Jahal. 

Seperti itulah kisah Hamzah melindungi Nabi, padahal dirinya sendiri belum memeluk agama Islam. Perkataan “sedang aku berada dalam agamanya” dengan mudah begitu saja keluar dari mulutnya. Sebagian orang mengira masuk Islamnya Hamzah adalah luapan emosi sesaat. Namun itu tidak benar. Apa yang diucapkan Hamzah hakikatnya adalah bagian dari apa yang sudah ditetapkan Allah SWT. Beberapa hari setelah kejadian hari itu, barulah Hamzah benar-benar menyatakan memeluk Islam di hadapan Nabi Muhammad SAW.

Keberanian Hamzah sangat terbukti dalam peristiwa medan Perang Badar, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Auf bahwa dalam Perang Badar, Hamzah berada di samping Rasulullah SAW dengan memegang dua pedang di kedua tangannya. Ini menunjukan bahwa Hamzah adalah seorang prajurit yang sangat berani dan perkasa. Melihat keberaniannya, maka Rasulullah SAW memberinya gelar Asadullah yang berarti Singa Allah.

Hamzah tergambar sebagai seorang lelaki perkasa yang memiliki pemikiran yang cerdas dan pendirian yang kuat. Hamzah tidak mudah terombang ambing oleh sikapnya. Saat ia sudah memilih untuk melindungi Rasulullah SAW, maka ia tahu apapun peluang dan ancamannya. Hamzah sudah menyerahkan dirinya untuk dakwah, sudah mempersembahkan hidupnya untuk menghidupkan Islam. Demikianlah musuh-musuh agama menjadi gentar, ketakutan, dan khawatir. Semua terbukti dengan apa yang dilakukan Hamzah di Badar. 

Di medan Perang Badar, Hamzah bin Abdul Muthalib yang bergelar Singa Allah itu mampu memporak- porandakan orang-orang Kafir Quraisy. Hamzah bahkan berhasil membunuh kakak beradik yang merupakan tokoh besar Quraisy yang Bernama Syaibah bin Rabiah dan Uthbah bin Rabiah. Inilah yang kemudian menjadi sebab terbunuhnya Hamzah dalam perang uhud. Sebab dendamnya perempuan bernama Hindun. Hindun adalah putri dari tokoh Quraisy yang dibunuh oleh Hamzah di Badar yaitu Uthbah bin Robiah, sehingga Hindun menyimpan dendam yang begitu besar terhadap Hamzah.

Di Uhud, Hamzah bertempur dengan totalitas hingga melumpuhkan pasukan orang-orang musyrikin dan banyak yang terbunuh dari mereka. Namun seorang budak bernama Wahsyi yang merupakan suruhan Hindun itu terus mengintai dan mengincar Hamzah dari balik batu besar. Wahsyi Al-Habsyi, pembunuh Hamzah. Ia adalah seorang budak dari Jubair bin Muth’im yang amat sangat mahir menggunakan tombak.

Dengan dijanjikan sejumlah harta yang banyak, Wahsyi langsung mengincar Hamzah. Saat Hamzah sudah dalam jangkauannya, Wahsyi segera membidik Hamzah dengan tombaknya. Pada saat itulah Hamzah terbunuh di tangan Wahsyi. Saat berita kematian Hamzah sampai kepada Hindun, dengan kejinya Hindun memotong hidung Hamzah, kemudian merobek dadanya untuk kemudian dikunyah hatinya. Lalu, Hindun berusaha menelannya, namun ia tidak mampu dan memuntahkannya kembali.

Sebanyak 75 prajurit muslim syahid dalam Perang Uhud. Dan kebanyakan jenazah mereka dikuliti Hindun seraya dijadikan perhiasan. Berupa gelang-gelang kaki, anting dan kalung yang kemudian dihadiahkan kepada Wahsyi.

Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah menangis dengan tangisan yang melebihi tangisan beliau terhadap jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib. Pemandangan para syuhada sangat memilukan dan menyayat hati. Khabbab menceritakan bahwa tidak di peroleh kafan untuk Hamzah kecuali kain kafan yang pendek, jika dipakai untuk menutupi kepalanya maka ia terangkat dari kakinya, dan jika dipakai menutupi kakinya ia tertarik dari kepalanya. Hingga akhirnya ia dipakai untuk menutupi kepalanya sedang kakinya ditutupi dengan daun idzkir.

Begitulah akhir cerita wafatnya Sayyidina Hamzah, sahabat sekaligus paman nabi Muhammad SAW yang disabdakan oleh Nabi SAW bahwa Hamzah adalah pemimpin para syuhada di surga. Keberanian Hamzah dalam membela agama dan kesetiaannya dalam mendukung dakwah Nabi menjadikan Hamzah mulia. Terkenanglah Sayyidina Hamzah sepanjang sejarah bergelar Singa Allah dan menjadi pemimpin para syuhada.

Referensi:

Yahya, Hanif dan Altway, Abu bakar Muhammad. 2021. Sirah Nabawiyyah, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW Dari Kelahiran Hingga Detik-Detik Terakhir. Jakarta: Darul Haq.

Aizi, Rezim. 2022. Dua Pedang Pembela Nabi. Jakarta: Pstaka Al-Kautsar..

Rozi, AF. 2014. Hikayat Syahid Paling Wangi. Jogjakarta: Sabil.

Umairah, Abdurrahman. 2000. Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani Press.

Seokanto. 2018. Wahai Kekasih Allah. Bandung: Pustaka Jaya.

Kontributor: Bunga Mutiara (Semester II)

Editor: Winda Khoerun Nisa

Leave a Reply