KH. Wasyid: Pemimpin Geger Cilegon yang Karismatik

KH. Wasyid: Pemimpin Geger Cilegon yang Karismatik

MAHADALYJAKARTA.COM – Kota Cilegon sering dijuluki Kota Baja dengan alasan memiliki industri baja milik pemerintah Indonesia sekitar 6 juta ton yang dihasilkan setiap tahunnya di kawasan Industri Krakatau Steel Cilegon, yang berada di Ujung Barat laut pulau Jawa, di tepi Selat Sunda. 

Diketahui dalam sejarah, Cilegon menyimpan sejarah yang cukup kelam, yaitu salah satunya: Geger Cilegon yang disebabkan penyerangan saat pada malam hari yang membuat Geger para kolonial Belanda di daerah Cilegon, Banten yang terjadi pada tangga 9 Juli 1888 M. Peristiwa ini disusun dengan strategi yang matang dan dilakukan secara mendadak serta mendapatkan hasil yang tidak sia-sia. Masyarakat pun saat itu sudah merasa mendapat peluang untuk mengadakan pemberontakan, karena munculnya pemimpin yang baru kembali dari Makkah, yaitu: KH. Wasyid.

KH. Wasyid lahir pada tahun 1843 M. di Kampung Delingseng, Ciwandan, Cilegon. Sebagai anak tunggal dari KH. Abbas dan Nyai Johariah, dari garis keturunan ayah dan ibunya merupakan keturunan seorang pejuang melawan belanda, beliau dikenal sebagai pemimpin peperangan Geger Cilegon, kepemimpinan beliau telah menginpirasi para kiai, ustaz, santri, dan masyarakat umum agar melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda. Sejak muda, KH. Wasyid merupakan pemuda yang cerdas dan memiliki jiwa patriotisme.

BACA JUGA: KH. Abbas Buntet: Ulama Besar Cirebon yang Dijuluki Singa dari Jawa Barat

Tahun 1884 M. dilakukan perundingan rahasia pertama di kediaman KH. Wasyid, yang dihadiri oleh: KH. Marjuki, KH. Tb. Ismail, dan KH. Ishak,  berlanjut sampai pertemuan keenam pada 24 Juni 1888 M. dan isi dari enam pertemuan itu ialah membahas strategi yang akan mereka gunakan untuk penyerangan, baik dari pembagian kelompok, lokasi jalan yang mereka pilih, dan juga senjata yang akan digunakan dalam perjuangan tersebut, lokasi yang mereka tempuh kelak untuk peperangan antara lain di sekitaran Banten meliputi Bojonegoro, Beji, Cilegon, dan Seneja. Namun, pusat dari peperangan tersebut di kota Cilegon. Peran KH. Wasyid dalam peperangan tersebut mempunyai figur sentral dalam memimpin pasukannya dan juga tidak hanya dikenal di Indonesia, bahkan mancanegara terutama Eropa. Semangat juang KH. Wasyid juga tidak takut terhadap jumlah dan tentara penjajah karena didasari keyakinan dan semangat jihad di jalan Allah Swt.

KH. Wasyid mempunyai gaya khas kepemimpinan karismatik yang sangat menarik perhatian penjajah Belanda sehingga dapat menggerakan masyarakat Banten untuk melakukan perlawanan senjata. Inilah keunikkan KH. Wasyid, yaitu:

1# Memiliki kepemimpinan kiai yang berkarisma besar di mata pengikutnya dan menekan pentingnya melakukan pemberontakan terhadap penjajah Belanda. 

2# Bentuk perlawanan terhadap penjajah Belanda dilandasi nilai-nilai agama Islam.

3# Kepribadian KH. Wasyid yang terbentuk dari keturunan orang berpendidikan agama yang mumpuni dan guru-guru yang menerapkan syariah Islam serta mengamalkan agama dalam bentuk kesalehan ibadah harian. Tidak hanya sekadar mengajar agama, beliau juga mengajarkan seni bela diri dan kemandirian, sehingga ia memiliki pandangan yang luas terhadap situasi pada kondisi penjajahan Belanda dan mensikapi keadaan kritis.

BACA JUGA: KH. Idris Kamali: Ulama tak Tersorot Melahirkan Tokoh-Tokoh Besar Nusantara

Dalam buku The Peasant Revolt of Banten 1888 pada peristiwa Geger Cilegon, pasukan KH. Wasyid kalah, pasukan Belanda berhasil menghancurkannya dan menghukum gantung para pejuang di Kampung Pegantungan, Cilegon pada 17 Juli 1888 M. dan di makamkan di Cilegon.(//)

REFERENSI:

Ahmad Sofan Ansor, Muttahidah, Kepemimpinan Kiai Wasyid dalam Memimpin Pemberontakan Geger Cilegon 1888, Jurnal Manajemen Pendidikan Islam. 2020.

M. Bagas Ernanto Putra, Herliyana Rosalinda, dkk. Perancangan Buku Komik Geger Cilegon 1888, Jurnal Krasi dan Kebudyaan, vol. 3 No. 3, Agustus 2021. 

Sartono Kartodirdjo. Pemberontakan Petani Banten 1888, Depok: Komunitas Bambu, 2015.

Mamit Haryana, K.H. Wasyid Pahlawan Geger Cilegon 1888, Cilegon: Heroik Geger Cilegon, 2019. 

Yanti Soeparmo, Runtuhnya Menara Azan, Bandung: Mizan Pustaka,, 2009.

J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2019.

Kontributor: Ikhwatul Qurnaaensih, Semester VI

Penyunting Bahasa: Isa Saburai

Leave a Reply