Ketulusan Hati Nabi Muhammad Saw: Tidak Membenci Walaupun Tersakiti

Ketulusan Hati Nabi Muhammad Saw: Tidak Membenci Walaupun Tersakiti

MAHADALYJAKARTA.COM – Semua orang pasti pernah merasakan sakit hati, baik karena ucapan maupun perbuatan yang diterima dari orang lain. Namun tidak semua orang sanggup melewati itu dengan baik. Ada yang memilih membalasnya, menyimpan dendam, pun tidak sedikit yang berlapang dada dan memilih memaafkannya.

Kehidupan Rasulullah Saw sangat banyak cobaan. Mulai hinaan, celaan, hingga penyiksaan. Akan tetapi, Rasulullah Saw tidak membalas semua itu, beliau sangat sabar menghadapi cobaan dan terus berdakwah demi menyelamatkan umat manusia dari kesesatan. Ketika kita disakiti mungkin kita akan langsung membenci orang yang telah menyakiti kita tapi itu tidak berlaku untuk Rasulullah Saw. Rasulullah Saw tidak pernah membenci orang yang telah menyakitinya, justru Rasulullah Saw mendoakannya. Bisa dijadikan pelajaran bagi kita bagaimana Rasulullah Saw bersikap terhadap orang yang telah menyakitinnya, yaitu dengan cara memaafkan dan mendoakannya.

Baca Juga:

Nabi Muhammad SAW, Kabar Bahagia Seluruh Alam

Nabi Muhammad Saw merupakan suri tauladan bagi kita semua sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 21;

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم الأخر وذكر الله كثيرا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah Saw itu suri tauadan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah Swt dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah Swt”

Kisah Nabi Saw dengan pengemis buta Yahudi bisa dijadikan pelajaran untuk kita bagaimana caranya bersikap kepada orang yang telah menyakiti kita tanpa harus membalasnya. Kisah ini dimuat dalam beberapa kitab turats. Di sana diceritakan bagaimana pengemis buta Yahudi terus menjelek-jelekan Nabi Saw, namun Nabi Saw tak pernah membalasnya sama sekali, melainkan Nabi Saw terus memberinya makan setiap hari.

Di sudut pasar Madinah al-Munawarah ada seorang pengemis buta yang beragama Yahudi, hari demi hari tidak ada yang dia lakukan kecuali hanya menjelek-jelekan Nabi Muhammad Saw. Setiap bertemu orang yang melewatinya dia selalu mengatakan agar jangan pernah mengikuti Nabi Saw karena Nabi Saw pembohong. “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad Saw, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”. Ucap si pengemis buta kepada orang-orang yang lewat dan terus melakukannya setiap hari.

Tanpa dia sadari, setiap pagi Nabi Saw selalu mendatanginya untuk memberikan makan si pengemis buta itu. Pengemis buta itu terus menjelek-jelekan Nabi Saw tapi dia tidak tahu kalau yang sedang memberikan makanan adalah Nabi Saw itu sendiri. Nabi Saw tidak menanggapi ucapan pengemis buta itu, beliau terus menyuapi si pengemis buta dengan lembut sampai si pengemis buta itu merasa cukup.

Seperti biasa setiap pagi Nabi Saw mendatangi pengemis buta itu dan menyuapinya lagi, si pengemis buta terus saja menjelek-jelekan Nabi Saw. Pengemis buta itu sempat mengatakan “Jikalau Muhammad Saw itu seperti engkau yang berlaku baik, pasti aku akan mengikutinya”. Hingga akhirnya Nabi Saw wafat dan tidak pernah mengunjunginya lagi, si pengemis buta itu sangat merindukannya. Sudah beberapa hari orang yang selalu memberinya makan tidak pernah mengunjunginya lagi dan ia selalu bertanya kepada orang yang lewat, namun tidak ada yang memberitahunya.

Suatu hari sepeninggal Rasulullah Saw, Abu Bakar R.A berkunjung ke rumah anaknya yaitu Siti Aisyah. Beliau bertanya kepada Aisyah tentang amalan Rasulullah Saw, adakah amalan yang biasa Rasulullah Saw lakukan tapi belum beliau lakukan. Aisyah pun memberitahu ayahnya bahwa setiap pagi Rasulullah Saw selalu berkunjung ke sudut pasar dan memberi makan pengemis buta di sana.

Abu bakar berangkat ke pasar untuk memberi makan pengemis buta, Abu Bakar menyuapinya roti, dan si pengemis buta itu berkata “Kemana saja engkau wahai sahabatku, aku begitu merindukanmu” tapi Abu Bakar tidak menjawabnya dan terus menyuapinya. Pada saat Abu Bakar menyuapinya, si pengemis buta itu mulai menjelek-jelekan Nabi Saw lagi yang membuat Abu Bakar marah dan menyuapinya dengan kasar. Si pengemis buta itu pun marah atas perbuatan Abu Bakar. Pengemis buta itu menanyakan siapa yang menyuapinya itu, karena orang yang selalu menyuapinya itu adalah orang yang lembut serta selalu menghaluskan rotinya terlebih dahulu kemudian di suapkan.

Abu Bakar tak kuasa menahan air matanya, beliau menangis sambil berkata kepada si pengemis buta itu “Aku memang bukan orang yang biasa datang kepadamu, aku adalah salah satu sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. Dia adalah Muhammad Saw”. Si pengemis buta sangat terkejut mengetahui selama ini yang memberinya makan ternyata orang yang selalu dia jelekkan. Pengemis buta itu menangis sejadi-jadinya mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Dia merasa sangat bersalah telah menjelek-jelekkan Nabi Saw di hadapannya tapi Nabi Saw sendiri tidak pernah memarahinya dan selalu mendatanginya, pada akhirnya pengemis buta itu bersyahadat dan masuk Islam. 

Baca Juga:

Khalifah Pertama: Abu Bakar Ash-Siddiq

Kisah serupa mengenai kelembutan hati Nabi Saw tentang seorang wanita tua yang dibantu oleh Nabi Saw membawakan barang-barangnya. Kisahnya bermula saat ada seorang wanita tua lewat ditengah gurun dengan barang bawaan yang cukup banyak, dan ada seorang pria tampan yang menawarkan bantuan yaitu Nabi Muhammad Saw. Pengemis tua itu dengan senang hati menerima bantuan beliau.

Di tengah perjalanan wanita tua itu merasa senang atas bantuan lelaki tersebut. Namun, wanita itu juga sebagaimana pengemis buta, dia menjelek-jelekan Nabi Saw, tapi Nabi Saw hanya menanggapinya dengan senyuman, terus-menerus wanita tua itu menjelek-jelekan Nabi Saw dan hanya membalasnya dengan senyuman. Hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan, tak lupa wanita tua itu mengucapkan terima kasih kepada lelaki tersebut yang tidak diketahui nya kalau lelaki tersebut adalah Nabi Saw dan Nabi lagi-lagi membalasnya dengan senyuman. Ketika Nabi Saw hendak pergi, wanita tua itu bertanya kepada Nabi Saw siapa namanya dan nabi menjawabnya dengan senyuman sambil berkata nama saya Muhammad Saw. Alangkah terkejutnya wanita tua itu mendengar jawaban Nabi Saw dan tidak berlangsung lama wanita tua itu segera mengucapkan dua kalimat syahadat. 

Kisah yang sangat mengharukan, bagaimana kelembutan hati Nabi Saw sangat besar. Beliau tidak pernah memandang siapa yang telah menyakitinya, Nabi Saw selalu memaafkan dan mendoakan. Sehingga banyak orang-orang yang mengikutinya menuju jalan yang benar dan penuh cahaya. Semoga kita bisa mengikuti sikap Rasulullah Saw terhadap orang yang telah menyakiti kita.

Referensi:

Astuty, Tri. 2015. Rangkuman Ilmu Pengetahuan Agama Islam Lengkap, Jakarta: Vicosta Publishing.

Fatoni, Ahmad. 2019.  Juru Dakwah yang Cerdas dan Mencerdaskan, Jakarta: Prenada Media Group.

Al-Mubarokfuri, Shafiyyurrahman. 1976. Ar-Rahiq al-Makhtum, India: Jami’ah Salafiyah

Adam, Brian. 2020. Seni Memaafkan, Jakarta: Bright Publisher.

Lings, Martin. 2010. Muhammad: Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

At-Tirmidzi, Imam. 2016. Mengenal Pribadi Agung Nabi Muhammad, Jakarta; Aqwam Medika.

Kontributor: Putri Qutru Nada, Semester V

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply