Guru Majid, Pakar Ilmu Falak dari Pekojan

Guru Majid, Pakar Ilmu Falak dari Pekojan

MAHADALYJAKARTA.COM – KH Abdul Majid atau yang kerap disapa dengan guru Majid adalah seorang ulama asal Pekojan, Jakarta Barat. Selain ahli dalam berdagang, ia menguasai banyak rumpun keilmuan seperti tasawuf, tafsir, dan ilmu falak. Kecintaannya kepada ilmu agama membuat guru Majid bertekad kuat untuk menuntut ilmu hingga ke akar-akarnya. Keinginannya tersebut direalisasikan dengan pergi ke Makkah Al-Mukarramah dan bermukim di sana hingga 20 tahun. 10 tahun pertama ia mendapati surat dari ayahnya, yang memerintahkan agar guru Majid pulang ke tanah air. Namun, karena merasa belum mumpuni dalam keilmuannya ia menolak untuk pulang.

Ilmu falak (astronomi) diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari orbit, atau garis tempat beredarnya bintang-bintang dan planet. Dalam Islam sendiri ilmu ini dikenal dengan ilmu hisab, sebab kegiatan-kegiatan yang menonjol dalam ilmu ini adalah melakukan perhitungan-perhitungan. (Watni, 2015: 1). Karenanya, ilmu ini penting dipelajari bagi umat Islam sebagai dasar dalam beribadah, khususnya ketika bulan Ramadhan akan tiba. Hal inilah yang membuat Kiai Majid mendalami ilmu agama, khususnya ilmu falak.

Kecintaannya dalam ilmu falak membuat guru Majid berinisiatif untuk mengarang sebuah kitab bernama Sullam an-Nayyirain. Kitab berbahasa Arab Melayu yang menjadi rujukan hisab para perukyat hilal di Pesalo, Basmol. Basmol menjadi tempat favorit bagi masyarakat Betawi untuk ngeker bulan. Sebab, awalnya yaitu saat Habib Usman bin Yahya, Mufti Betawi, melihat di sebelah barat Betawi terdapat dataran tinggi yang dikenal dengan Basmol. Bahkan karena ketinggiannya tidak pernah dilanda banjir hingga hari ini. Kondisi ini sangat cocok untuk melakukan rukyatul hilal. (Azra, 2016: 96)

Sepeninggal habib Usman yang wafat pada tahun 1913, kegiatan tersebut dilanjutkan oleh guru Majid. Habib Usman meninggalkan sebuah karya sebagai rujukan rukyatul hilal bernama Taqwim an-Nayyirain. Ketertarikan guru Majid terhadap Basmol membuatnya berpesan agar jenazahnya agar dimakamkan di sana. Selama mengajar ilmu falak dan ilmu lainnya, kiai asal Pekojan ini menggunakan metode menerjemahkan dan menerangkan isi kitab langsung. Uniknya, dalam mengajarkan Al-Qur’an guru Majid akan meminta muridnya yang telah khatam Al-Qur’an untuk mengajar murid yang baru belajar mengaji.

KH Abdul Majid lahir di Pekojan, Jakarta Barat pada tahun 1887 M. Ayahnya bernama KH Abdurrahman bin Sulaiman bin Muhammad Nur bin Rahmatullah. Kakeknya termasuk keturunan dari Pangeran Diponegoro. Cerita menarik datang dari kakeknya. Kedatangannya ke Kebayoran lama berawal dari hasil sayembara menaklukkan hewan buas yaitu macan, karena pada saat itu banyak hewan-hewan buas yang berkeliaran. Meski sudah dilakukan pemburuan, tetap saja hewan-hewan ini masuk ke pemukiman dan mengganggu masyarakat sekitar. Akhirnya diadakan sayembara, barang siapa yang berhasil membunuh buaya, macan kumbang dan harimau di sekitar Batavia maka akan diberi hadiah berupa lahan.

Sebelum menjadi seorang ulama, KH Majid pernah melakoni pekerjaan sebagai seorang pedagang. Hal ini yang mengantarnya dikenal banyak orang di kemudian hari. Masyarakat mulai mengetahui ternyata guru Majid baru pulang dari Makkah. Tentu kesempatan ini dimanfaatkan masyarakat untuk belajar ilmu agama. Potret kesederhanaan beliau juga terlihat dari peristiwa ini. Suatu ketika seorang tukang cukur, tetangga guru Majid di pasar dimintai untuk datang ke rumahnya. Anehnya setelah menyuguhkan makanan seadanya, guru Majid mengajaknya ke masjid. Hal ini membuat tukang cukur heran, kenapa dirinya tiba-tiba diajak ke masjid. Kemudian beliau menyuruh temannya menunggu sebentar, karena ia ketinggalan sesuatu di rumahnya.

Keheranannya semakin bertambah di saat orang-orang berdatangan ke masjid dengan pakaian putih, berserban, dan membawa kitab. Di hatinya bertanya-tanya siapa yang akan menjadi gurunya. Hal itu akhirnya terjawab, saat guru Majid, teman akrabnya di pasar tiba. Sontak ia terkejut dan merasa malu. Karena temannya di pasar selama ini adalah guru para kiai.

Di antara murid-murid beliau yang kemudian menjadi ulama Betawi di antaranya: Mu’allim Thabrani Paseban, KH Abdul Ghani Pesalo, Basmol; KH Abdul Razak Makmun, Tegal Parang, KH Abdurrahman, Petunduan, KH Sholeh, Tanah Koja, KH Abdullah Syafi’i, pendiri dan pemimpin Asy-Syafi’iyyah, KH Nahwari, Kuningan Jakarta Selatan, KH Sa’idi, Ciputat dan masih banyak lagi.

Kontributor : Robiah, Semester IV

Leave a Reply