Fatimah binti Asad: Sosok Ibu Penyayang yang Memiliki Cahaya Surga

Fatimah binti Asad: Sosok Ibu Penyayang yang Memiliki Cahaya Surga

MAHADALYJAKARTA.COM – Siapa yang tak kenal istri dari seorang Abu Thalib (Paman Rasulullah saw.), nenek dari dua pemimpin kaum muda penghuni surga (Hasan dan Husain), dan juga ibu mertua dari Fatimah binti Muhammad. Ya, ia adalah ibu dari seorang ksatria Ali bin Abi Thalib, bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdi Manaf. Ia adalah seorang sahabat wanita mulia, ia masuk Islam dan juga termasuk generasi pertama wanita berhijrah. Rasulullah saw. pernah mengungkapkan bahwa Fatimah binti Asad merupakan seorang wanita dengan ide-ide cemerlang, penuh kelembutan, pandai, serta kehormatan dan kedudukannya yang melebihi wanita lain. Ia adalah wanita yang sangat salehah.

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Aku dan orang yang menanggung anak yatim di surga seperti ini,” Rasulullah saw. berisyarat dengan jari tengah dan telunjuk yang direnggangkan antara keduanya. Dan lantas, taukah kalian nilai seorang sahabat wanita mulia yang merawat, mengawasi, hingga rela tidak memejamkan mata karena mengkhawatirkan Rasulullah saw. terkena sesuatu bahkan angin sepoi sekalipun. Yang selalu mengkhawatirkan dan melindungi  beliau melebihi anaknya sendiri.

Tidak heran ia disebut dalam sabda Rasulullah saw. yang artinya, “Sebaik-baik wanita yang menunggangi unta (wanita Arab) adalah wanita Quraiys, ia paling sayang anak saat masih kecil dan paling menjaga harta suami.” Fatimah binti Asad hampir tidak percaya dengan keberkahan yang dibawa oleh Rasulullah saw. ke dalam rumah mereka, di mana hari demi hari rasa cinta itu tumbuh dari Rasulullah saw. kecil hingga beranjak dewasa. Ia memberikan penghargaan dan penghormatan kepada beliau, di mana ia menyelimuti beliau dengan cinta dan kasih sayang, serta merawat beliau dengan sangat baik hingga beliau menikahi Sayyidah Khadijah r.a.

Tiba di mana saat yang paling dinantikan seluruh dunia, di mana Rasulullah saw. diutus sebagai seorang Rasul untuk membawa kebaikan dan cahaya ke seluruh dunia, untuk meraih tangan-tangan manusia dengan izin Allah Swt. dari kejahilan, kesyirikan, serta kefakiran menuju cahaya tauhid dan iman. Di saat turun firman Allah Ta’ala kepada Rasulullah saw. “Dan berikanlah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.”

Rasulullah saw. berdakwah dan menyeru kaum, kabilah, dan kerabatnya menuju jalan kebaikan, baik itu di dunia ataupun di akhirat. Fatimah binti Asad termasuk wanita kesebelas yang masuk Islam, beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Sementara itu suaminya, Abu Thalib memiliki alasan tersendiri, di mana ia mengemukakan alasan sederhana kenapa ia tidak bersedia masuk ke dalam agama Allah Swt. Akan tetapi, semua anaknya masuk Islam dan yang terlebih dahulu memeluk agama Islam di antara mereka adalah Ali bin Abi Thalib.

Baca Juga Mengenal Sosok Khalifah Ali bin Abi Thalib

Fatimah binti Asad menjalani kehidupan barunya dengan penuh iman, serta ketaatannya kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ia puas mendapatkan cinta dan kasih sayang di mana ia hidup berdampingan dengan ayat-ayat Allah Swt. dan sunnah Rasul-Nya. Ia merasa sangat bahagia yang tiada tanding sekalipun dunia dan seisinya. Akan tetapi, musuh Allah Swt. selalu mengintai orang-orang mukmin, kaum Quraiys mulai menumpahkan amarah dan siksa kepada orang ahli tauhid, memerangi dan memusuhi Islam di antaranya para sahabat. Saat Rasulullah saw. melihat siksaan yang dialami para sahabat, beliau mengisyaratkan untuk berhijrah ke Habasyah.

Di sinilah Fatimah binti Asad melepas kepergian anaknya Ja’far bin Abi Thalib bersama istrinya Asma binti Umais, dengan penuh kesedihan ia melepas Ja’far yang bertindak sebagai pemimpin rombongan Muhajirin menuju Habasyah. Pada tahun 10 kenabian, Ummul Mukminin Khadijah meninggal dunia. Kemudian disusul paman beliau Abu Thalib, hingga berbagai musibah kian terasa berat bagi kaum Muslimin. Quraiys kian gigih menyakiti Rasulullah saw. hingga akhirnya Allah Swt. mengizinkan beliau berhijrah ke Madinah. Begitu pula Fatimah binti Asad yang juga ikut berhijrah bersama yang lain dan tinggal di tempat saudarinya dari kalangan wanita Anshar. Ia tinggal di lingkungan penuh akan keimanan sehingga kian hari keimanan semakin meningkat.

Rasulullah saw. sangat mencintai Fatimah binti Asad, cinta seorang anak kepada ibu yang sangat penyayang. Beliau selalu berkunjung ke tempatnya, tidur siang di rumahnya, memperlakukannya dengan baik dan menjaganya. Fatimah binti Asad memiliki kedudukan luhur di jiwa para sahabat.  Saat Ali bin Abi Thalib menikahi Fatimah binti Muhammad, Bibi Rasulullah saw. ini menjadi sosok teladan yang baik sekaligus ibu mertua yang penyayang. Ia sangat mencintai putri Rasulullah saw. dan ia bekerja sama dalam mengurus pekerjaan rumah.

Fatimah binti Asad tetap hidup dalam naungan iman dan tauhid, tetap beribadah, puasa, serta sholat malam. Tibalah saat di mana ia meninggal dunia dan dimakamkan di Madinah. Rasulullah saw. turun keliang lahat untuk menguburkannya sebagai bentuk kemuliaan yang Allah Swt. berikan padanya. As-Samhudi menyebutkan bahwa Rasulullah saw. tidak pernah turun ke liang kubur kecuali selain lima kali, tiga di antaranya untuk mengubur jenazah wanita, di antaranya makam Khadijah binti Khuwailid di Makkah dan yang empat lainnya di Madinah, salah satunya ialah Fatimah binti Asad.

Baca Juga Wanita Penyair Ulung yang Haus Akan Jihad

Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata, “Kala Fatimah binti Asad meninggal dunia, Rasulullah saw. datang lalu duduk di dekat kepalanya. Beliau kemudian berkata, ‘Semoga Allah merahmati ibuku. Setelah ibuku, kau rela menahan lapar agar aku kenyang. Kau rela tidak mengenakan pakaian agar aku mengenakan pakaian. Kau rela mencegah dirimu dari makanan enak agar aku makan enak. Kau lakukan semua itu demi mengharap wajah Allah Swt. dan negeri akhirat.’ Setelah itu, beliau memerintahkan untuk memandikannya sebanyak 3 kali. Setelah sampai pada basuhan yang mencampurkan kapur barus, Rasulullah saw. menuangkannya dengan tangan beliau sendiri.” 

Dalam riwayat lain dari ibnu Abbas, ia berkata “Tatkala Fatimah meninggal dunia, Rasulullah saw. melepaskan pakaian beliau dan beliau kenakan padanya, dan beliau berbaring di liang kuburnya. Setelah dikubur, sebagian mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami melihatmu melakukan sesuatu yang belum pernah engkau lakukan pada siapa pun!’ Beliau besabda, ‘Aku kenakan pakaianku padanya agar ia mengenakan pakaian dari surga. Aku berbaring bersamanya agar ia diringankan dari himpitan kubur, karena ia termasuk salah satu makhluk Allah yang berbuat baik padaku setelah Abu Thalib.’”

Semoga Allah meridainya, membuatnya senang, dan menjadikan surga Firdaus sebagai tempat kembalinya. (//)

REFERENSI:

Mahmud Al-Mishri Abu Ammar. Shahabyat Haula Ar-Rasul. Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Abu Ishaq Al-Atsari Al-Huwain. Kisah Tamim Ad-Dari Tentang Jasasah. Indonesia: Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, 2013.

Fuad Abdurrahman. Fatimah Pemimpin Wanita di Surga. Jakarta: Republika Penerbit, 2019.

Maryam Kinanti Nareswari. Wanita-Wanita Calon Penghuni Surga. Yogyakarta: Media Pressindo, 2013.

 https://id.scribd.com/document/433003533/Fathimah-Binti-Asad-docx diakses pada, Senin 21 November 2022, pukul 21;48 WIB.

Kontributor: Siska Aulia Wulandari, Semester IV

Penyunting Bahasa: Isa Saburai

Leave a Reply