Biografi KH. Bisri Syansuri: Ulama Pertama yang Mendirikan Pesantren Khusus Perempuan

Biografi KH. Bisri Syansuri: Ulama Pertama yang Mendirikan Pesantren Khusus Perempuan

MAHADALYJAKARTA.COM – KH. Bisri Syansuri merupakan putra ke 3 dari 5 bersaudara dari pasangan Syansuri bin Abdul Shamad dan Mariah. Kiai Bisri Syansuri lahir tepat pada Rabu, 28 Dzulhijjah 1304 H/18 September 1886-1980 M di desa Tayu, Pati, Jawa tengah, sebuah ibu kota kecamatan yang terletak kurang lebih 100 kilometer arah timur laut Semarang. Ketika menginjak usia tujuh tahun, Bisri mulai belajar agama khususnya membaca al-Qur’an di bawah bimbingan gurunya Kiai Saleh, Tayu. Hal ini dilakukan kurang lebih selama dua tahun. Kemudian, Kiai Bisri melanjutkan pendidikannya kepada salah satu kiai yang masih merupakan bagian dari keluarganya yaitu KH. Abdul Salam yang berasal dari Kajen, Jawa tengah, sekitar 8 kilometer dari Tayu.

Seperti pesantren lainnya, Kiai Bisri juga banyak belajar fan-fan keilmuan yang fokus pada keagamaan dan lebih mengunggulkan ilmu Fiqh, sehingga ia dapat dikatakan seorang Kiai yang mencintai Fiqh selama hidupnya. Begitu juga yang mempunyai gagasan cerdas bagaimana menyikapi dinamika zaman, sekaligus dapat mempersiapkan secara visioner peran serta wanita dalam dunia pendidikan. Menginjak usia 15 tahun, ia menimba ilmu di pesantren lain. Mula-mula berguru kepada Kiai Kholil Kasingan, Rembang dan Kiai Syu’aib, Sarang, Lasem. Di dua pondok tersebut Kiai Bisri Syansuri hanya menetap sebentar dan berpindah berangkat ke pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan, seorang ulama besar yang menjadi guru dari semua kiai terkemuka di Tanah Jawa. Ketika nyantri di Bangkalan inilah, ia bertemu dengan Kiai Abdul Wahab Hasbullah dari Tambak Beras yang kemudian menjadi teman dekatnya.

Setelah belajar di Bangkalan pada 1906, Kiai Bisri pamit kepada Syaikhona Kholil meminta izin untuk pindah melanjutkan pendidikannya bersama Kiai Abdul Wahab Hasbullah kepada Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari di Tebuireng. Selama disana ia pun banyak memperdalam ilmu agama hingga sampai 6 tahun. Setelah lulus, Kiai Bisri melanjutkan pendidikannya ke Makkah pada tahun 1911-1914 M, yang pada saat itu merupakan jantung kehidupan ilmiah tradisional, atas ajakan kawannya Kiai Abdul Wahab Hasbullah yang kelak menjadi kakak iparnya sendiri. Kemudian Kiai Bisri dan  Nyai Nur Khadijah menikah dengannya dan dikaruniai 10 anak.

Kiai Bisri pulang ke tanah air bersama istrinya pada tahun 1914 karena datangnya perang dunia I. Setibanya di tanah air, ia bermukim di rumah mertuanya di Tambakberas. Selama di sana, ia membuka pendidikan dan pertanian membantu mertuanya. Setelah 2 tahun bersama mertuanya, Mbah Bisri diserahkan tanah untuk diolah dijadikan sebagai lembaga pendidikan (pesantren). Dengan demikian dibangunlah sebuah pesantren di Denanyar, 1,5 kilometer dari Jombang pada tahun 1917 M bernama Mamba’ul Ma’arif. Sebagaimana kebiasaan pada saat itu, hanya membuka pendaftaran terkhusus untuk pria saja.

Baca Juga:

Kisah Ulama dari Jambi: KH. Abdul Manan bin Lebai Tahir

Denanyar merupakan sebuah desa yang terletak di garis perbatasan antara Jombang dengan daerah pedalaman sebelah barat dan barat laut. Dengan letak yang strategis, selain memberi manfaat ternyata malah lebih memberi arus yang sangat negatif dalam kehidupan masyarakat desa Denanyar. Terkikisnya nilai-nilai moral yang luhur yang ditunjukkan oleh banyaknya pekerja seks komersial (PSK), kekerasan, pembegalan, perampokan, dan pembunuhan menjadi gambaran umum tentang desa tersebut. Hal ini menjadi PR besar bagi Kiai Bisri untuk menuntun masyarakat setempat.

Pada tahun 1919, Kiai Bisri beserta istrinya melakukan sebuah inovasi dengan membuka kelas khusus untuk santri-santri putri. Hal ini terjadi saat Kiai Bisri melihat kaum  perempuan yang termarginalkan serta pada saat itu masyarakat masih memandang remeh unsur pendidikan bagi anak perempuan. Oleh karena itu, pendidikan untuk perempuan pertama kali didirikan oleh Kiai Bisri. Pada tahun 1923 M, dunia pendidikan mengalami banyak perubahan. Salah satunya Madrasah dengan gaya tradisional milik KH. Birsi yang sudah didirikan sekitar 6 tahun kemudian diubah menjadi pendidikan modern. 

Selain dikenal dengan pemikirannya yang genius, Kiai Bisri dapat dikatakan juga sebagai tokoh Pergerakan Nasional yang dapat mengubah watak kehidupan manusia secara umum dan berani menjadi petugas pertahanan negara, dengan jalan menjadi kepala Staf Markas Oelama Djawa Timur( MODT). Kegagahannya ini muncul setelah fatwa Kiai Hasyim Asy’ari sebagai jihad akbar dan perjuangan di jalan Allah Swt sebagai pengorbanan dan pengabdiannya untuk Nahdlatul Ulama. Begitu juga Kiai Bisri merupakan wakil Komite Nasional Pusat, Anggota  Dewan Konstituante, DPR mewakili NU 1971 dan 1973 mewakili PPP, Ketua Majelis Syuro.  Kiai Bisri adalah merupakan orang penting yang harus dunia tahu, di antaranya cintanya terhadap tanah airnya.

Setelah Rais Akbar NU, KH. Hasyim Asy’ari Wafat pada tahun 1947, Jabatan Rais Akbar pada jajaran PBNU dihapuskan, diganti dengan Rais Aam. Posisi ini dijabat oleh sahabat sekaligus kakak ipar Kiai Bisri, yaitu Kiai Abdul Wahab Hasbullah dan Kiai Bisri Sebagai Wakilnya. Pada Tahun 1972, Kiai Bisri menggantikan Kiai Wahab sebagai Rais Aam hingga akhir hayatnya.

Baca Juga:

Peran KH. Hasyim Asy’ari dalam Memimpin Masyarakat Melawan Penjajah

Sampai akhir hayatnya Kiai Bisri masih menjadi anggota DPR, Rais Am PBNU, Rais Am Majlis Syuro DPP PPP, di samping aktif mengasuh Pondok Pesantren Denanyar yang didirikannya sejak tahun 1917. KH. Bisri Syansuri wafat pada usia 94 tahun di Jombang pada Jum’at, 25 April 1980, bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir 1400 H, dan dimakamkan di komplek Pesantren Denanyar.

Referensi:

Abdurrahman Wahid, KH. Bisri Syansuri: Pecinta Hukum Fiqh Sepanjang Hayat, (Jakarta: Majalah Amanah. 28 Januari 1989)

Abdussalam Shohib, dkk, KIAI BISRI SYANSURI Tegas Berfiqih, Lentur Bersikap, (Surabaya: Pustaka Adea, April 2015).

Dreg Barton, Biografi Gus Dur, (Yogyakarta: LkiS, 2 Januari 2002)

Bustanul ulum, KH. M. Bisri Syansuri dan Pembaharuan Pesantren, Falasifa, Vol 8 No. 2 September 1017

M. Abrar Rasyidin, Kiai Bisri Syansuri: Umar bin Khttab nya NU. https://tebuireng.online/kiai-bisri-syansuri-umar-bin-khattab-nya-nu/ diakses pada, 10 april 2017

Kontributor: Anang Wiyoga, Semester V

Editor: Dalimah NH

Leave a Reply