MAHADALYJAKARTA.COM—Daulah Murabithun merupakan salah satu dinasti Islam di wilayah Afrika Utara dan Andalusia. Bermula dari kelompok-kelompok keagamaan Islam semi militer yang didirikan pada awal abad ke-11 oleh Abdullah bin Yasin dan Yahya bin Ibrahim. Mulanya kelompok ini bernama Mulatsamun, yang berarti “Orang-orang yang wajahnya tertutup tudung”. Kemudian berganti nama menjadi Murabithun.
Adapun alasan dinamakan dengan Mulatsamun, ada yang berpendapat bahwa nenek moyang mereka dari Himyar dan selalu memakai penutup wajah karena suhu udara yang sangat panas. Pendapat lain mengatakan bahwa mereka telah beriman kepada Rasulullah saat jumlah mereka masih sedikit, lalu terpaksa melarikan diri saat dikepung oleh orang-orang kafir sehingga mereka akhirnya menutup wajah mereka sebagai penyamaran. Dikatakan juga satu kelompok dari mereka menyerang musuh tetapi musuh tidak menekan mereka dan langsung menyerang kampung halaman mereka yang saat itu hanya terdapat Wanita, anak-anak dan orang tua saja. Orang-orang tua tersebut akhirnya memerintahkan kepada para Wanita mereka untuk memakai pakaian perang dan menutup wajah mereka. Ketika melihatnya, musuh tersebut melarikan diri. Dari sana mereka menjadikan penutup wajah (litsam) sebagai tradisi yang selalu mereka kenakan lalu posisinya meningkat menjadi sesuatu yang mereka hormati dalam kehidupan sehari-hari mereka.
- Asal-usul Daulah Murabithun
Istilah Murabithun diambil dari kata ribath yang berarti suatu tempat peribadatan dan pengajian yang didirikan oleh Abdullah bin Yasin. Ia adalah seorang ulama besar bermadzhab Maliki yang berasal dari Maroko Utara. Ia ditugaskan oleh Syekh Abu Amran al-Fasi untuk mendakwahkan agama dikalangan suku bangsa Barbar Sanhaja di daerah Sahara, Maroko bagian selatan. Ia melanjutkan dakwahnya ke arah selatan sekitar sungai Senegal. Di sana ia mendirikan sebuah ribath sebagai tempat ibadah dan mengajarkan agama bagi masyarakat sekitar. Karena menempati ribath ini, mereka disebut kelompok Murabithun. Di samping itu mereka juga disebut kelompok al-mulastimun (bercadar). Di tempat itulah mereka mendapat pengikut, dan kemudian terbentuklah suatu masyarakat keagamaan. Atas dasar motivasi keagamaan, maka mereka mengorganisir diri untuk melakukan jihad ke berbagai wilayah suku Sanhaja.
Dari sinilah gerakan dakwah agama itu kemudian bergeser ke arah gerakan politik. Abdullah bin Yasin dan para pengikutnya (kelompok Murabithun) kemudian mengadakan penyerangan terhadap suku Barbar lainnya yang mereka anggap sesat. Di bawah komando panglima Abu Bakar bin Umar, suku-suku Barbar di Sahara dan Maroko mereka serang, dan dalam pertempuran itu Abdullah bin Yasin meninggal dunia (1059 M). Abu Bakar bin Umar selanjutnya memimpin gerakan ini hingga ia memindahkan ibu kota kekuasaannya dari sebuah kota kecil di Sahara ke Marakesh pada tahun 1070 M.
2. Raja-raja Dinasti Murabithun
Di bawah ini adalah nama-nama raja dinasti Murabithun:
- Abu Bakar bin Umar al-Lamtuni (448 H-480 H/1056-1078 M)
- Yusuf bin Tasyfin (480 H-500 H/1078-1106 M)
- Ali bin Yusuf (500 H-537 H/1106-1142 M)
- Tasyfin bin Ali (537 H-540 H/1142-1145 M)
- Ibrahim bin Tasfin (540 H-542 H/1145-1147 M)
- Ishak bin Ali (542 H/1147 M)
3. Masa Kejayaan Dinasti Murabithun
Dinasti Murabithun mengalami puncak kejayaan pada masa kepemimpinan Yusuf bin Tasyfin. Ia memperluas wilayah kekuasaannya ke Fes, kemudian ke Tlemsan dan Aljazair, hingga mencapai pegunungan Kabyles. Prestasi ini menunjukkan bahwa Murabithun merupakan dinasti suku Barbar yang pertama kali berhasil menguasai sebagian besar wilayah Afrika utara bagian barat.
- Bidang Politik
Dinasti al-Murabhitun di satu sisi merupakan gerakan keagamaan namun pada sisi lain adalah gerakan politik religi militeristik, sebagai gerakan keagamaan tentunya tidak dapat dilepaskan dari kiprah pendirianya di awal-awal kemunculanya dalam ribath. Adapun al-Murabhitun sebagai gerakan politik terlihat jelas dalam hal pengaturan dan sistem kepemimpinannya, indikator political al-Murabhitun ini tidak saja muncul ketika Yusuf bin Tasyfin dinobatkan sebagai Sultan atau Amir, tetapi jauh sebelumnya termasuk ketika Ibnu Yasin menyerukan pengikut pengikutnya untuk berangkat ke medan dakwah dengan demikian para suku mereka masing-masing pada agama Islam. Sehingga dengan demikian pada saat al-Murabithun keluar sebagai gerakan dakwah maka pada saat yang bersamaan pula menjadi gerakan bernuansa politik.
- Bidang Kebudayaan
Diantara peninggalan kebudayaan dinasti Murabithun adalah kota Al-Marakesy. Kota ini sendiri di bangun oleh penerus Yusuf bin Tasyfin yaitu Ali bin Yusuf, di dalam kota ini terdapat bangunan bangunan yang megah dengan arsitektur bernilai tinggi dengan gaya Andalus. Yang mengerjakan bangunan-bangunan itu ialah arsitek-arsitek yang datang dari Andalus sendiri. Mereka membuat rencana bangunan dengan memasukkan konsep dekorasi dan aksesoris bangunan bergaya Mesir yang di padukan dengan gaya Irak. Dari sinilah muncul bangunan-bangunan baru yang megah dan cukup artistic seperti Istana Ali di Marakesy, Dar-Hajar, Masjid Ja’il di Tlemsan, Masjid Qairawan di Fez, Masjid Agung al-Jeria serta bangunan bangunan lainya yang saat itu dapat di katakana sebagai lambang keagungan bangsa Barbar hasil peninggalan Murabhitun. Namun kini itu hanya tinggal puing puingnya saja, karena telah hancur karena di makan zaman dan sebagian lainnya karena serangan musuh.
- Bidang Ekonomi
Pada awalnya, kondisi ekonomi sulit dikarenakan penduduknya yang suka berpindah tempat (nomaden). Namun semenjak kaum dinasti Murabithun menaklukkan beberapa wilayah dan membentuk sebuah dinasti, hal ini menyebabkan kemajuan dari segi ekonomi karena wilayah tersebut menjadi sumber daya alam yang melimpah. Di bawah pemerintahan dinasti Murabhitun beberapa wilayah di Afrika Utara berhasil mempertahankan laju perkembangan perekonomian wilayah pedesaan mereka menghasilkan buah zaitun anggur, dan produk biji-bijian. Sedang wilayah perkotaan semarak dengan kegiatan industri tekstil dan keramik.
4. Kemunduran Dinasti Murabithun
Di antara sebab-sebab runtuhnya kekuasaan Daulah Murabithun adalah:
- Para penguasa dan pembesar yang terjerumus dalam kesenangan dan syahwat duniawi pada akhir-akhir masa kepemimpinan Ali bin Yusuf. Hal ini sungguh dirasakan dan memberikan dampak bagi masyarakat, khususnya bagi orang-orang Andalusia.
- Munculnya percampuran antara laki-laki dan perempuan. Pada akhir masa kepemimpinan Ali bin Yusuf, Daulah Murabithun mulai kehilangan kesucian dan kemurniannya, yang merupakan identitas generasi awal dari Daulah ini.
- Perubahan sistem pemerintahan yang pada mulanya berdasarkan sistem permusyawaratan menjadi sistem monarki. Perubahan itu menimbulkan konflik dalam memperebutkan jabatan putera mahkota di antara anak-anak Ali bin Yusuf sehingga memunculkan perpecahan intern yang merusak persatuan negara. Hal itu juga memantik revolusi dan pemberontakan di Cordova, Fas dan kota-kota lainnya, sehingga turut berperan dalam memperlemah persatuan politik dan runtuhnya kewibawaan dinasti Murabithun.
- Sempitnya pemikiran para fuqaha di kalangan Murabithun yang mengekang alur pemikiran masyarakat sebatas penerapan mazhab Maliki saja, serta melarang penerapan madzhab-madzhab Sunni lainnya. Dalam hal ini para fuqaha
Malikiyah memiliki andil yang besar dalam praktek fanatisme mazhab dan pemikiran. - Hilangnya jiwa kepemimpinan dan keulamaan seperti Sair bin Abu Bakar, Muhammad bin al-Hall, Abu Ishaq bin Daniyah. Para pembesar yang tidak gugur saat perang membuat generasi seterusnya menjadi lemah sebab kurangnya keteladanan dari para pemimpin
- Terjadi krisis ekonomi yang parah akibat kemarau yang berkepanjangan selama beberapa tahun, serta kekeringan yang melanda Andalusia dan Maroko. Ditambah pula ada serangan hama belalang yang menghancurkan lahan pertanian di berbagai daerah dan juga merebaknya wabah yang terjadi antara tahun 524-530 H
Referensi
- Ali, Muhammad. 2018. Bangkit dan Runtuhnya Daulah Murabithun. Terjemahan Masturi Irham & Mujiiburrohman. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
- Ibnu Adzdzari Al-Marakisyi. 1983. Al-Bayan Al-Maghrib fi Akhbar Al-Andalus wa Al-Maghrib. Beirut: Ad-Dar Al-‘Arabiyah.
- Zabib, Tujib. 1995 H. Al-Musu‘ah Al-‘Ammah li Tarikh Al-Maghrib wa Al-Andalus. Dar Al-Amir.
- Ratu, Rizka, Syamsudduha Saleh, dan Hasaruddin. 2023. “Dinasti Murabithun di Spanyol.” Journal of Sharia Economics and Islamic Education, Vol. 2, No. 1, April.
- Syahraeni, A. 2024. Islam di Afrika Utara Bagian Barat: Al-Murabithun dan Al-Muwahhidun. Diakses dari: https://repositori.uin-alauddin.ac.id/1876/1/Aminah.pdf, pada 26 Oktober 2024 pukul 10.23 WIB.
Kontributor: Leni Ajeng Musafiroh