3 Strategi Jitu Khalid bin Walid di Mu’tah

3 Strategi Jitu Khalid bin Walid di Mu’tah

Ma’had Aly – Dalam ilmu peperangan kegunaan strategi sangat penting diterapkan. Strategi diartikan sebagai ilmu untuk mensiasati seseorang atau musuh dan bertujuan agar mencapai keberhasilan. Ilmu itu biasanya dilakukan dengan cara tipu muslihat yang dilakukan oleh pasukan perang kepada musuhnya agar mereka sejatinya tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. Sedangkan pada era sekarang strategi juga diartikan sebagai tata cara untuk keberhasilan sesuatu melalui alat sebagai perantara.

Menurut George Steiner dalam bukunya yang dikarang oleh Nickols Fred menyatakan bahwa strategi adalah cara yang dilakukan untuk mengontrol atau memprediksi tindakan dari pesaing. Sedangkan Henry Mintzberg menyampaikan bahwa ada beberapa sudut pandang dalam menjabarkan kata strategi, empat hal yang sering digunakan yaitu, pertama strategi sebagai rencana bagaimana memperoleh apa yang dituju, kedua strategi ialah pola aksi yang telah digunakan dari waktu ke waktu, ketiga strategi ialah posisi bagaimana memposisikan diri dalam suatu isu, dan keempat strategi ialah perspektif yang berisi visi dan tujuan.

Kemudian, Strategi yang dipaparkan oleh Clausewitz, diartikan sebagai “Pekerjaan pertempuran sebagai sarana menuju pencapaian objek perang”. Hal ini berarti strategi adalah peperangan digunakan sebagai cara untuk memperoleh dari tujuan perang itu sendiri. Dari sini bisa diartikan bahwa strategi diartikan sebagai pembuatan untuk berperang agar kita dapat memperoleh tujuan-tujuan kita dalam berperang tersebut. Sehingga strategi yang dimaksud oleh Clausewitz ialah pemanfaatan pertempuran untuk mencapai tujuan perang dengan menggunakan kekuatan atau pasukan yang ada.

Khalid bin Walid sang pedang Allah SWT yang berasal dari keturunan bani Makhzum yaitu salah satu bani yang sangat terpandang dan sangat disegani di suku Quraisy. Selain itu, Khalid bin Al-Walid sering disebut dengan Abu Sulaiman. Ia juga seorang panglima tinggi, dengan kehidupan yang sederhana dan rendah hati sebagai seorang prajurit. Ia pun terkenal sebagai prajurit dengan rasa tanggung jawab ia miliki sebagai seorang panglima dan dapat dijadikan sebagai panutan oleh banyak orang serta memiliki sosok pribadi yang mengagumkan, penuh dengan kemuliaan. Rasulullah SAW sering sekali meminta bantuan kepada Khalid bin Walid dalam berbagai peperangan. Salah satunya pada saat peperang yang terjadi di Mu’tah.

Mu’tah merupakan tempat yang ada di daerah dataran rendah Balqa di Negeri Syam. Di sini lah awal mula peperangan terbesar yang terjadi 8 Hijriyah. Pecahnya Perang Mu’tah dilatar belakangi oleh pembunuhan utusan umat muslim yang dilakukan oleh penguasa wilayah Syam. Pada masa itu, Syam termasuk dalam wilayah dari Byzantium Romawi Timur. Ketika Rasulullah mengutus Al-Harits Bin Umair untuk mengantar surat kepada pimpinan Bushro. Namun di perjalanan dia dihadang oleh Syurahbil bin Amr al-Ghassani. Kemudian Syurahbil menangkap dan membawanya kepada Qaishar dan Syurahbil mengikat al-Harits, lalu ia memenggal lehernya al-Harits bin Umair.

Peristiwa pembunuhan seorang utusan merupakan kejahatan yang sangat keji dan melanggar aturan yang ada. Hal ini sama saja  dengan mancing untuk perang. Rasulullah sangat murka saat mendengar kejadian tersebut. Kemudian beliau menghimpun pasukan yang jumlahnya mencapai 3.000 prajurit dan pasukan romawi menghimpun 300.000 prajurit, sekaligus merupakan pasukan yang paling besar. 

Di samping itu, perang Mu’tah merupakan perang pertama kali yang diikuti oleh Khalid bin Walid pasca masuk agama Islam. Strategi militer yang dilakukan Khalid bin Walid dalam berbagai peperangan, salah satunya ialah pada perang uhud yang terjadi pada tahun ketiga kalender Hijriyah. pertempuran ini disebabkan oleh faktor membalas dendamnya pasukan Quraisy kepada pasukan umat Islam karena telah berhasil dalam perang Badar. Pada saat itu di bukit Uhud tempat pertempuran terjadi peperangan hampir mendekati selesai pasukan pemanah kaum muslimin meninggalkan medan pertempuran mereka dengan bertujuan untuk mengambil harta rampasan dari pihak musuh. 

Dampak negatif dari itu pasukan kaum muslimin sudah terpencar-pencar dari medan pertempurannya. Pada saat itu Khalid bin Walid yang menjadi pemimpin perang kaum Quraisy dengan kecerdasan strategi perangnya, ia mampu dengan sergap dan tanggap langsung menyerbu pasukan umat Muslim yang pada saat itu kondisi mereka sedang berjalan meninggalkan medan pertempuran tersebut, dan pada saat itu pula kaum Muslimin tidak faham akan mana musuh dan mana kawannya sendiri. 

Kemudian setelah Khalid bin Walid masuk islam Rasulullah SAW pun memberi julukan Saifullah al-Maslul. Karena Khalid bin Walid berhasil menyelamatkan kaum Muslimin ketika dalam kondisi terdesak dan kalah dalam jumlah pasukan dalam berperang dan juga mengenai wafatnya tiga pemimpin umat Islam (Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah). Setelah berhasil menyelamatkan kaum Muslimin tadi, Khalid bin Walid lalu kembali pulang menuju ke kota Madinah. Setelah wafatnya Panglima Abdullah bin Rawahah, pasukan Muslim menyuruh kepada Khalid bin Walid untuk menjadi pemimpin pada saat itu serta memberikan bendera kepadanya, tanpa berpikir terlalu panjang ia pun mengambilnya dan menyemangati pasukan umat.

Selain itu, pada saat terjadi peperangan di Mu’tah Khalid bin Walid terus menyemangati kaum Muslimin untuk selalu terus maju tanpa pantang menyerah. Taktik-taktik penting yang dilakukan oleh Khalid bin Walid pada saat-saat seperti itu adalah menyelamatkan kaum Muslimin dari serangan musuh-musuhnya. Sehingga Khalid bin Walid memikirkannya dengan cermat dan teliti mengenai mempertimbangkan kondisi yang ada. Salah satunya dengan cara memahami situasi dan kondisi pertempuran dengan sebagian pasukan Islam serta membayangkan hasil-hasil yang akan didapat.

Maka ia pun mempunyai tekad yang kuat untuk menarik mundur pasukan Muslimin dengan meminimalisir kerugian yang dialami, hal ini menjadi solusi yang tepat untuk dilakukannya. Karena seperti yang dilihatnya pasukan musuh mencapai 66 kali lipat dari kekuatan kaum Muslimin sendiri, sehingga Khalid bin Walid berpikir mempunyai tekad dan harus melakukan cara ini yang bertujuan untuk menyelamatkan pasukan umat Islam. Ia memimpin pasukan Muslimin untuk berlari ke arah selatan dan sebaliknya, meskipun menarik pasukan ke arah utara. Pada saat itu malam hari pun telah tiba, dan akhirnya pertempuran pun berhenti sejenak. Sementara dalam pikirannya kedua belah pihak menginginkan keselamatan, dan menganggap sepertinya lebih baik untuk tidak meneruskan peperangan. 

Pada keesokan harinya, pasukan Islam membuat keributan yang sangat besar yang mengancam ketakutan pada musuh. Guna memberitahukan pasukan bantuan umat Islam dalam jumlah besar tiba di Madinah. Pasukan Romawi pun merasa ketakutan terhadap kaum Muslimin. Pada akhirnya pasukan Romawi pun memutuskan untuk melakukan mundur dari peperangan tersebut.

Selain itu, ada tiga hal yang harus diketahui strategi jitu Khalid bin Walid pada saat perang Mu’tah, ialah:

1. Menyusun pasukan dengan cara menyatukan kembali barisan pasukan umat Muslim setelah sempat mengalami porak-poranda kegaduhan karena menyaksikan para komandannya jatuh berguguran. 

2. Membuat insiden-insiden kecil dengan berpikiran ia sengaja untuk mengulur-ulur waktu peperangan sampai petang hari karena kesepakatan sebelum perangnya ketika itu adalah pertempuran tidak boleh dilaksanakan pada malam hari. Kesempatan itulah yang digunakannya sebagai strateginya. 

3. Kamuflase Pasukan. Pada saat itulah, Khalid mengambil kesempatan untuk menyusun siasat perangnya. Anak buah Khalid yang jumlahnya tidak sedikit itu dipencar-pencar sedemikian rupa dalam suatu garis memanjang. Yang tadinya pasukan sebelah kiri dialihkan ke sebelah kanan dan pasukan depan dialihkan ke belakang ataupun sebaliknya. Sehingga, apabila keesokan harinya pasukan Romawi sudah bangun, mereka merasa ada kesibukan dan hiruk-pikuk yang cukup menggetarkan perasaan. Mereka beranggapan bahwa bala bantuan dari pihak kaum Muslim telah didatangkan oleh Rasulullah saw.

Hadits yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, tentang berita ketiga orang Syuhada tersebut mencatat keutamaannya. Khususnya bagi Khalid bin Walid RA, Rasulullah saw di akhir sabdanya menegaskan kepada kaum Muslimin bahwasanya “panji itu diambil oleh pedang Allah dan akhirnya mengalahkan mereka”. Peristiwa ini merupakan peperangan pertama kali diikuti oleh Khalid bin Walid dalam barisan kaum Muslimin, sebab belum lama ia menyatakan dirinya masuk Islam. Dari sini kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW yang memberikan panggilan “Pedang Allah” kepada Khalid bin Walid.

Di dalam peperangan ini Khalid ra telah menunjukkan suatu kegigihan yang sangat mengagumkan. Imam Bukhari meriwayatkan dari Khalid sendiri bahwa ia berkata: “Dalam perang Mu’tah, sembilan bilah pedang patah di tanganku kecuali sebilah pedang kecil dari Yaman”. Hal ini merupakan kelebihan yang Allah SWT berikan kepada sang panglima prang yang tak terkalahkan, berjuang dijalan Allah guna membela agamanya dan Rasulnya dengan sepenuh jiwa dan raganya.

Referensi

Syaikh Syafiul Rahman al-Mubarokfurri, Sirah Nabawiyah, Terj. Kathur Suhard, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2018.

Sa’id Ramadhan al-Buthy, Syaijh Muhammad. Fiqh sirah An-nabawiyah. 1977.

M. A. Ayyasy, Strategi Jenius Khalid bin Walid Dalam Perang Mu’tah. Qultum Media, 2009.

S. U. Chasanah, Strategi Pertempuran Panglima Khalid bin Al-Walid. UIN Sunan Ampel, 2015.

Jatmiko, Peran Khalid bin Walid Dalam Menyebarkan Agama Islam Di Jazirah Arab. UIN Medan, 2016.

B. Ulum, Peran Khalid bin Walid Dalam Perluasan Islam Serta Gelar Sebagai Saefullah, Repositori Syekh Nurjati, 2016.

Kontributor: Irfan, Semester V

Leave a Reply