Syekh Muhammad Yasin Al Fadani, Intelektual Musnid Nusantara

Syekh Muhammad Yasin Al Fadani, Intelektual Musnid Nusantara

Ma’had Aly – Mayoritas ulama abad XX sudah pasti mengenal dengan Syekh Muhammad Yasin al Fadani. Seorang tokoh ulama Nusantara yang disegani di daratan Arab berkat penguasaan dan kedalaman ilmunya. Pengakuan atas penguasaan ilmunya telah banyak diakui oleh kalangan ulama Nusantara, bahkan seluruh penjuru dunia.

Nama lengkapnya ialah Muhammad Yasin ibn Muhammad Isa ibn Udik al Fadani. Ia merupakan putera dari pasangan Syekh Muhammad Isa al Fadani dan Maimunah binti Abdullah al Fadani. Muhammad Yasin al Fadani lahir di kota Hayyi Mislafah, Mekkah al Mukarromah pada hari Selasa, 27 Sya’ban 1337 H/1915 M. Kelahirannya ini diharapkan oleh orangtuanya dapat menjadi seorang ulama besar yang akan meneruskan perjuangan panji-panji yang telah dikibarkan oleh Nabi Muhammad saw.

Di kalangan ulama, ia diberi gelar Abu al Faydh ‘Alam al Din Muhammad Yasin ibn Isa al Fadani al Makky al Syafi’i. Abu al Faydh adalah nama kuniah-nya, ‘Alam al Din (ikon agama) merupakan nama laqob-nya. Selain itu, banyak ulama juga yang memberi gelar Bahr al ‘Ulum (Samudera Ilmu), al Muhaddits al Mutafanni al Riwayah (ahli periwayatan hadits), Musnid al Hijaz, Musnid al ‘Ashr, dan bahkan Musnid al Dunya ‘ala al Ittibaq. Banyak ulama mengakui bahwa Syekh Muhammad Yasin al Fadani telah berhasil memenuhi segala kriteria yang ada dalam berbagai gelar tersebut. Maka sudah pasti, ia menjadi tokoh ulama yang disegani dan cukup populer di seluruh penjuru Arab.

Syekh Muhammad Yasin al Fadani merupakan seorang ulama yang cukup masyhur pada awal masa abad 20 M. Ia hidup dan tumbuh besar dalam ruang lingkungan yang dipenuhi para ulama ahli ibadah dan mencintai ilmu pengetahuan. Didukung dengan suasana kondusif lingkungannya, ia berkembang menjadi seorang yang mempunyai karakter dan jiwa yang mencintai ilmu agama.

Awal mula karier pendidikannya ia terima dari kedua orang tuanya yang mana ayahnya merupakan salah seorang ulama Mekkah yang cukup terkemuka, yaitu Syekh al Mu’ammar Muhammad Isa al Fadani. Ia mendapatkan pengajaran tauhid, fiqih, gramatika Arab, dan ilmu membaca al Qur’an dan memahami maknanya yang ia dapat dari ibunya, Nyai Maimunah binti Abdullah al-Fadani. Selain itu, ia juga belajar dasar-dasar bahasa Arab dan etika Islam kepada pamannya, yaitu Syekh Mahmud al Fadani.

Pada tahun 1927 M, ia memulai belajar secara formal di Madrasah al-Shaulutiyyah al-Hindiyyah. Azyumardi Azra menyatakan bahwa Syekh Yasin adalah salah satu alumni madrasah al-Shaulutiyyah, yang mana pernah menjadi benteng kaum Muslim tradisional di antara modernisasi pendidikan Islamiyah yang semakin gencar dilakukan oleh Dinasti Utsmani.  Namun, setelah 6 tahun belajar di sana ia menemukan konflik antara pelajar yang berasal dari Nusantara dengan Syaikh Shaulutiyyah. Konflik itu terjadi karena adanya perkataan dari tenaga pengajar yang merendahkan martabat pelajar Nusantara.

Pada tahun 1935 M, ia kemudian melanjutkan belajar di Madrasah Dar al-‘Ulum Mekkah. Berbagai ulama dalam beberapa disiplin ilmu telah menjadi seorang guru bagi pendidikannya, khususnya ulama di Dar al-‘Ulum. Dalam hal ini, telah dituliskan oleh Syekh Ramzi Sa’d al Din Damasyqiyya dalam Tarjamah Mukhtasharah ‘an al-Syekh Muhammad Yasin ibn Muhammad Isa al Fadani al Makki, guru-guru beliau di antaranya:

  1. Al-‘Allamah al-Mufannin al-Syekh Muhammad ‘Ali ibn Ibrahim al-Maliki al-Makky.Ia adalah seorang ulama Mekkah di bidang tata bahasa dan sastra Arab. Ia merupakan guru utama Muhammad Yasin, dihitung dari banyak waktunya yang cukup lama. Dibawah bimbingannya, ia mendapatkan puluhan sanad keilmuan dan dibukukan menjadi sebuah kitab kecil dengan judul “al-Maslak al-Jali fi Asanid Fadhilati al-Syekh Muhammad Ali”.
  2. Syekh Abi ‘Ali Hasan ibn Muhammad al-Masyath al-Makki.Ia merupakan seorang ulama yang ahli di bidang Ushul Fiqh dan Ushul Hadits. Ia juga termasuk murid dari Syekh Mahfudh at Tarmasy.
  3. Syekh ‘Umar ibn Hamdan al Mahrusi al MalikiIa adalah seorang ulama terkemuka pada masanya, yang dijuluki “Muhaddits al-Haramayn” (a hli hadits Mekkah dan Madinah). Dibawah bimbingannya, ia mengkhatamkan belasan kitab selama belajar di Madrasah al Shaulutiyyah, Masjidil Haram dan rumah Syekh ‘Umar.
  4. Al Faqih Syekh Umar Bajuneid.Ia adalah seorang ulama yang ahli di bidang ilmu fikih dan menjabat sebagai Mufti al-Syafi’iyyah di Mekkah.
  5. Syekh Sa’id ibn Muhammad al Yamani dan Syekh Hasan al Yamani.Keduanya adalah ulama ahli fikih yang ada di Mekkah. Yasin al Fadani belajar mendalami beberapa kitab dan mengikuti pengajian Shahih Muslim dan Sunan Nasa’i dalam halaqah yang dibimbing Syekh Hasan al Yamani.
  6. Syekh Sayyid Muhsin ibn ‘Ali al-Musawi al-Falimbani al-Makki.Ia merupakan seorang ulama Nusantara yang berasal dari Palembang. Dibawah bimbingannya, ia belajar ilmu Ushul Fiqh, Tasawuf, Fikih, periwayatan hadits dan ilmu hikmah.
  7. Al ‘Allamah al Mu’arrikh al Musnid al Wara’ al Zahid ‘Abdullah Muhammad Ghazi al Makki. Ia adalah seorang ulama musnid dan dikenal sebagai al mu’arrikh (sejarawan). Di bawah bimbingannya, ia belajar mendalami ilmu sanad dan mengambil sanad-sanad yang penting dan langka. Selain itu, ia juga belajar kepada Syekh al Mu’arrikh Abd al Sattar ibn Abdul Wahab al Shadiqi al Hindi al Makki al Hanafi.
  8. Syekh al ‘Allamah al Mufassir al Lughawi al Adib Ibrahim ibn Dawud al Fathani al Makki. Ia adalah ulama ahli tafsir dan merupakan pakar sastra Arab.
  9. Sayyid al ‘Allamah ‘Alawi ibn ‘Abbas al Maliki al Makki.

Ia merupakan seorang pemuka ulama madzhab Malik di Mekkah pada zamannya. Di bawah bimbingannya, ia mempelajari beberapa kitab hingga tuntas seperti Sunan Abu Dawud, al Ajjurumiyyah Syarh Ibnu Aqil ala al Alfiyah dll.

  1. Al Sayyid Muhammad ibn Amin al Kutubi al Makki.
  2. Syekh al Muqri al Syihab Ahmad al Mukhalalati al Syami al Makki.
  3. Syekh al Muamar Khalifah ibn Hamad al Nabhani al Bahrayni al Makki.
  4. Syekh Abdullah ibn al Islam al Sanadi al Dayubandi.
  5. Syekh Husain ibn Ahmad al Faid Abadi al Madani.
  6. Syekh Abdul Qadir ibn Taufiq Syalabi.

Setelah belajar kepada banyak tokoh ulama, Syekh Muhammad Yasin al Fadani mulai memfokuskan diri untuk mengajarkan ilmunya kepada para penduduk Mekkah dan sekitarnya. Pada awal tahun 1356 H/1937 M, ia memulai mengabdikan diri di masyarakat dengan mengajar di Dar al ‘Ulum al Diniyyah, Mekkah. Pada pertengahan tahun 1359 H/1940 M, ia diangkat sebagai wakil direktur Dar al ‘Ulum. Selain itu, ia juga mengadakan pengajian secara non formal di Masjidil Haram, rumah dan perpustakaan pribadinya. Pada tanggal 10 Jumadil Akhir 1369 H/29 Maret 1950 M, ia mendapatkan izin resmi mengajar di Masjidil Haram oleh pemerintah Saudi Arabia.

Beragam cabang ilmu ia ajarkan, namun akhirnya ia memfokuskan diri untuk mengajar hadis dan ilmu hadis. Ia membacakan al Kutub al Sittah (enam kitab hadits) dan secara khusus mengkhatamkan seluruhnya di bulan Ramadhan secara rutin selama 15 tahun. Dalam periwayatan hadits, ia adalah pakar ahlinya. Ribuan hadits lengkap beserta sanadnya telah ia hafal di luar kepalanya. Keahliannya ini telah diakui oleh banyak ulama.

Pendalaman ilmu Syekh Muhammad Yasin al Fadani yang telah lama digelutinya menghasilkan banyak karya yang berhasil ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Karangannya diperkirakan berjumlah 60 kitab. Karya-karyanya meliputi bidang ushul fiqh dan kaidah fikih, hadits dan ilmu hadits, ilmu balaghah, mantiq, ilmu falak dan sebagainya. Berikut ini beberapa kitab yang berhasil ia karang, antara lain;

  1. Al Dar al Mandhud Syarh Sunan Abi Dawud (20 jilid).
  2. Fath al ‘Allam Syarh Bulugh al Maram (4 jilid).
  3. Hasyiyah ‘ala al Asybah wa al Nadha’ir fi al Furu’ al Fiqhiyyah li al Suyuthi.
  4. Idhat al Nur al Lami Syarh al Kawkab al Sati’ Nadzm al Jam’u al Jawami.
  5. Al Mukhtashar al Muhadzdzab fi Istikhraj al Awqat wa al Qiblah bi al Rub’u al Mujib.

Selain itu, ia juga menghasilkan karya yang berkaitan dengan ilmu sanad, diantaranya ialah;

  1. Mathma’ al Wijdan fi Asanid al Syekh ‘Umar Hamdan (3 jilid tebal).
  2. Ittihaf al Ikhwan bi Ikhtishar Mathma’ al Wijdan (2 jilid).
  3. Faidh al Rahman fi Tarjamah wa Asanid al Syaikh Khalifah ibn Hamdan ‘Ali Nabhan.
  4. Al Irsyadat as Sawiyah fi Asanid al Kutub an Nahwiyah wa al Sharfiyah.
  5. Arba’un al Buldaniyat Arba’un Haditsan ‘an Arba’in Syaikhan min Arba’in Baladan.
  6. Al Nafhah al Makkiyah fi al Asanid al Makkiyah.
  7. Fath al Rab al Majid.

Di samping itu, ia juga telah banyak menerjemahkan lebih dari 230 judul kitab karya ulama-ulama sebelumnya. Karya aslinya ini telah banyak diterbitkan di Kairo dan Beirut, dan telah disebarkan luas ke seluruh penjuru dunia Islam. Banyak ulama telah mengakui dengan keahliannya dalam bidang hadits dan sanad, dan menjulukinya sebagai pakar hadits musalsal dan sanad umat Islam akhir abad 20 M. Hadits musalsal ialah hadits yang mata rantai perawinya bersambung dan sampai kepada Rasulullah saw dan dalam keadaan yang sama ketika hadits itu diriwayatkan.

Syekh Muhammad Yasin memiliki ratusan hadits musalsal dan seluruhnya dikumpulkan dalam beberapa kitab, antara lain;

  1. Al ‘Ujalah fi al Ahadits al Musalsalah. (berisi 113 hadits musalsal).
  2. Ittihaf Uli al Himam al ‘Aliyyah bi al Kalam ‘ala al Hadits al Musalsalah al Awwaliyyah.
  3. Waraqat fi Majmu’at al Musalsalat wa al Awa’il wa al Asanid al ‘Aliyyah.

Selain itu, ia juga dikenal sebagai ahli sanad. Sanad yang ia miliki tidak hanya sanad yang berhubungan dengan hadits saja, namun juga ada pada sanad kitab-kitab klasik yang sebagian telah ia pelajari.

Kedudukannya sebagai seorang ulama yang bersandarkan pada paham akidah Asy’ariyah dan Maturidiyah dan bermadzhab Syafi’i telah menjadikan banyak perbedaan dengan pemerintah Saudi Arabia yang berpaham Wahabi dan bermadzhab Hambali. Perbedaan ini kerap menyinggung dan mendapatkan tekanan dari pemerintah yang memang mendukung paham Wahabi sebagai paham resmi kerajaan Saudi Arabia.

Usahanya untuk mencerdaskan perempuan Arab kerap terhambat dari pemerintah yang masih memandang sebelah mata pentingnya pendidikan bagi wanita. Pada tahun 1362 H/1943 M, ia mendirikan Madrasah al Banat al Ibtida’iyyah di kawasan Syamiyah Mekkah. Selanjutnya pada tahun 1377 H/1958 M, ia mendirikan Institut Pendidikan Guru Putri. Demi memajukan perkembangan pendidikan wanita, ia berusaha untuk menyumbangkan segala daya dan upaya secara maksimal. Lembaga ini akhirnya banyak menghasilkan wanita-wanita terdidik berkualitas yang kemudian mengajarkan ikmunya ke berbagai penjuru Arab. Dengan ini, Syekh Yasin al Fadani dijuluki sebagai “Bapak Pendidikan Kaum Perempuan Saudi Arabia”.

Sebagaimana telah diketahui, pemerintah Arab yang beraliran Wahabi sangat berambisi untuk menyebarluaskan paham Wahabi di seluruh daratan Arab. Paham-paham yang tidak sejalan dengan Wahabi kerap diintimidasi, salah satunya ialah Dar al ‘Ulum al Diniyyah. Namun, segala usaha pemerintah untuk menguak kelemahannya selalu berujung dengan kegagalan hasil. Hingga akhir hayatnya, ia terbebas dari intimidasi pemerintah Arab. Hal ini dikarenakan ia tak pernah secara langsung melawan pemerintah Arab. Selain itu, al Fadani juga disegani karena kedalaman ilmunya dan bahkan juga memiliki sanad semua karya Syekh Muhammad Abdul Wahab, yang mana merupakan pendiri aliran Wahabiyah di Saudi Arabia.

Akhirnya pada musim haji, tepatnya pada Jum’at 21 Juli 1990 M/28 Dzulhijjah 1410 H, Sang Ikon Intelektual Ulama Musnid Nusantara ini berpulang ke rahmatullah dengan diiringi doa dari jutaan umat muslim di seluruh penjuru dunia. Jenazahnya kemudian disholatkan setelah sholat Jum’at dan dimakamkan di komplek pekuburan al Ma’la, Mekkah. Dengan wafatnya Syekh Yasin al Fadani ini, semakin memudahkan niat propaganda nasionalisasi paham Wahabi di Saudi Arabia. Kini, umat muslim hanya bisa melihat bukti berupa puing-puing bangunan madrasah yang legendaris ini di kawasan Jarwal, Si’ib ‘Ali, Mekkah.

Referensi

A. Mujib dkk, Intelektualisme Pesantren Seri III, Jakarta: Diva Pustaka, 2003.

Amirul Ulum, Musnid al Dunya Syaikh Yasin Ibnu Isa al-Fadani, Yogyakarta: Global Press, 2016.

Arief Subhan, Lembaga Pendidikan Islam Indonesia Abad ke-20 Cet. I, Jakarta: Prenada Media Group, 2012.

Sukron Farda, Perawi Indonesia dalam Kitab Arba’un al Buldaniyyah Arba’un Haditsan ‘an Arba’in Syaikhan min Arba’ina Baladan, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2016.

Faisal Muqrabi, Metode Syaikh Yasin al-Fadani al-Makki dalam penyusunan kitab al-Hadits al-Arba’un al-Buldaniyyah, Banjarmasin: IAIN Antasari, 2015.

Oleh: Ma’mun Fuadi, Semester V

Leave a Reply