Jejak Peradaban Islam di Andalusia

Jejak Peradaban Islam di Andalusia

Ma’had Aly – Andalusia atau yang saat ini lebih kita kenal dengan sebutan Spanyol adalah sebagian dari Eropa. Daerah ini pertama kali dipanggil dengan nama Iberia, yaitu nama yang dinisbahkan kepada penduduk-penduduk bangsa Iberia yang pertama kali mendiami daerah tersebut. Kemudian dikenal dengan sebutan Asbania, pada saat bangsa Romawi menduduki daerah tersebutsekitar abad kedua Masehi. Setelah itu, sebagian dari daerah ini diduduki oleh bangsa Vandal, sehingga dinamakan bangsa Vandalisia. Terakhir ketika kaum muslimin menduduki daerah itu kaum muslim menyebutnya dengan Andalus, yaitu berasal dari lisan orang Arab yang awalnya menyebut bangsa Vandal dengan kata Vandalisia.

Berdasarkan segi geografis, Andalusia membentang dari Spanyol hingga Portugal dengan luas sekitar 600.000 km². Andalusia atau Spanyol berada di bagian barat daya Eropa. Pegunungan di sana menjadi salah satu pembatas antara Andalusia dengan daratan Eropa atau dapat juga dikatakan bahwa Spanyol terletak di Eropa bagian barat, berbatasan dengan teluk Biscay laut Mediterania, Samudra Atlantik Utara dan gunung Pyrenees, sebelah selatan Prancis luas wilayah 504.782 km2 terdiri dari daratan 499.542 km2 dan lautan 5. 240 km2.

Dahulunya, kondisi pra Islam di wilayah Eropa dan Andalusia secara khusus memiliki penduduk dengan keterbelakangan dan kebodohan yang sangat luar biasa, yang sering disebut dengan masa kegelapan (dark age). Kedzaliman menjadi sebuah sistem yang berlaku di sana. Para penguasa menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan yang bahkan tidak dapat dibayangkan. Para penguasa menguasai istana dan benteng-benteng, sementara rakyatnya bahkan tidak memiliki tempat berteduh dan rumah yang layak. Bahkan, diri mereka diperjual belikan bersamaan dengan tanah agar mereka mampu bertahan hidup.

Kehidupan di sana terlihat sangat tidak bermoral, kehormatan diinjak-injak, dan titik kehidupan sangat jauh dari nilai normal. Mereka tidak kenal bahasa dan sering kali berkomunikasi dengan isyarat. Hal tersebut dikarenakan mereka tidak mempunyai bahasa lisan, apalagi tertulis. Inilah gambaran dari kehidupan suku Vandal pada masa itu.

Namun semenjak Islam mulai memasuki daerah Andalusia, semua hal mulai berubah, banyak pembenahan yang terjadi bahkan kehidupan mulai tertata rapi. Pada masa puncaknya, pemerintahan Islam berhasil membangun sebuah kekuasaan yang gemilang dengan masyarakat yang cukup tentram, damai dan makmur. Kota-kota Andalusia menjadi kota-kota metropolis dengan tingkat kemajuan dalam berbagai bidang yang mengejutkan.

Seperti yang kita ketahui bahwa kehadiran orang-orang Islam di Andalusia merupakan awal munculnya Islam di benua Eropa karena Andalusia merupakan pintu gerbang bagi benua tersebut. Sebagaimana diinformasikan dalam buku-buku sejarah, ekspansi Islam ke Wilayah Barat atau benua Eropa bagian Barat terjadi pada masa kekhilafahan Bani Umayyah dengan khalifah atau pemimpin AI-Walidbin Abdul Malik (w. 715 M). Maka pada saat itu, pembangunan-pembangunan mulai dilaksanakan sepertihalnya pembangunan dalam bidang kemiliteran, pendidikan dan lain sebagainya.

Perbaikan dari bidang kemiliteran, Andalus Islam mulai dilengkapi dengan personil-personil militer lebih banyak dari jumlah ketika mereka datang. Pemerintah Islam membangun kekuatan militer dengan  mendatangkan lebih dari 40.000 personil dari afrika untuk dilatih dan juga dijamin dengan gaji yang sangat baik. Hal tersebut dilakukan agar mereka benar-benar setia menghormati dan mau ikut menjaga kekuasaan Pemerintah Islam.

Selain itu, untuk melaksanakan pemerintahan maka dibentuk lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai tugas dan fungsi tertentu yang di tangani oleh orang-orang yang sesuai dengan keahliannya. Beberapa badan dan jabatan yang ada pada saat itu antara lain yaitu Al-Hajib, yaitu pejabat yang paling berpengaruh di lingkungan istana, Sebagai media antara penguasa dengan pegawai-pegawai istana dan rakyat lainnya. Al-Wazir atau mentri, yaitu orang yang menangani masalah keuangan, hubungan-hubungan luar negeri dan keadilan. Jabatan ini kemudian menyamai jabatan hajib yang biasanya diduduki oleh para panglima militer. Al-Katib atau Sekretaris Negara, meliputi pekerjaan korespondensi dan pengiriman surat-surat serta dokumen negara. Khazin al-Mal (petugas pajak), yaitu orang yang mengurusi pajak-pajak dari seluruh provinsi. Al-Qadli atau Hakim, yang dibagi 3 bagian, yaitu hakim militer, hakim rakyat dan hakim dari para hakim. Shahib al-Mazhalim, yaitu badan pengendalian atau semacam hakim yang bertugas mengoreksi penyimpangan-penyimpangan para pejabat. Biasanya jabatan ini ditangani oleh penguasa atau delegasinya. Lembaga-Iembaga lain sebagai pembantu adalah lembaga kepolisian, inspektur pasar, dinas pekerjaan umum, dan lembaga perwakafan. Di samping itu ada Juga majelis-majelis yang diselenggarakan untuk membahas berbagai persoalan.

Selain pembangunan di bidang tersebut, tentu pembangunan di bidang ilmu pengetahuan juga menjadi jejak sejarah yang cukup nyata. Apa yang sudah disumbangkan umat muslim di andalusia dalam bidang intelektual? Di antaranya meliputi berbagai disiplin ilmu seperti aljabar, geometri, trigonometri dan astronomi, musik, ilmu kimia, dan sastra. Berbagai disiplin ilmu tersebut tumbuh, berkembang dan mencapai puncaknya, dan menjadi mata air yang melimpah bagi pembangunan Eropa pada abad-abad berikutnya. Bila saja hal tersebut diakui bahwa semua itu berawal dari umat Islam, maka jejak Islam dalam sejarah peradaban dunia akan tampak lebih nyata di berbagai kalangan.

Guna memperlancar gerak perkembangan ilmu pengetahuan para pemimpin Islam di Andalusia seperti Hisyam (w. 796 M) mendorong para teolog untuk pergi ke Madinah guna mempelajari ajaran-ajaran Maliki. Dia juga mendirikan sekolah-sekolah untuk pengajaran bahasa Arab. Demikian, maka kota Cordova pada saat itu memiliki perpustakaan yang besar yang memuat 600.000 jilid buku. Setiap pergantian pemimpin Islam pada saat itu selalu mengupayakan penambahan dan penyempurnaan perpustakaan beserta buku-bukunya, baik dari dalam maupun luar negeri.

Meskipun jejak peradaban Islam di Andalusia saat ini hampir tidak dapat kita temui, namun setidaknya para sejarawan telah menulis tentang Andalusia, yaitu sebuah belahan dunia Islam yang jauh dari pusat kelahiran Islam, namun pernah mengukir peradaban yang gilang-gemilang. Jejak peradaban Islam di Andalusia itu sendiri sungguh luar biasa. Bahkan, intelektual masa Andalusia masih dapat dirasakan setelah keruntuhannya, dan setelah pengusiran kaum Muslim dan Yahudi dari daratan Eropa itu.

 

Referensi

Rizem Aizid,  Pesona Bagdad dan Andalusia, Yogyakarta: Diva Press, 2017.

Teguh Setiawan dan Sri Budi Eko Wardani. Denyut Islam di Eropa, Jakarta: Republika, 2010.

Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, Riau: Yayasan Pusaka, 2013.

Yoyo Hambali, Sejarah Sosial dan Intelektual Masyarakat Muslim Andalusia,

dan Kontribusinya bagi Peradaban Dunia” Jurnal Ilmu Ushuludin Vol. 1 No. 1 (45-67), 2016.

Oleh : Aulal Musyafiul Aliya Dewi, Semester V

Leave a Reply