Elaborasi Dakwah dengan Teknologi dalam Bingkai Syar’i

Elaborasi Dakwah dengan Teknologi dalam Bingkai Syar’i

Ma’had Aly – Dakwah secara substantif adalah sebuah kegiatan dalam ajaran Islam yang wajib dilakukan untuk para penganutnya. Dalam artian, seorang muslim mempunyai tanggung jawab kepada saudara sesamanya untuk mengajak melakukan perbuatan baik, menjauhi larangan dan mempunyai tujuan agar manusia sama-sama berbahagia dunia dan akhirat. Rasullullah saw pernah bersabda, “Sampaikan dariku meskipun itu satu ayat” (HR.Bukhari). Ini adalah salah satu perintah Rasulullah saw kepada umat serta pengikutnya untuk selalu menyeru apa saja perintah dan larangan yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada sesamanya. Hal ini didukung dalam ayat Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104 yaitu “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan itulah orang-orang yang beruntung.

Dari dalil Al-Qur’an dan hadits di atas telah jelas, bahwa setiap muslim yang menyeru sesamanya dalam amar ma’ruf nahi munkar harus dengan metode yang jelas dan tidak semena-mena dalam menyampaikan dakwah, seperti dakwahnya Rasulullah saw kepada umatnya. Santun, lembut, sopan, terkadang juga tegas, dan keras namun tetap dalam koridor akhlak juga menyesuaikan zaman dan kondisi psikologi lingkungan dakwah.

Menukil interpretasi Al-Quran karya Imam Fakhruddin Ar-Razi tentang berdakwah dalam kitab tafsir karangannya yang menjelaskan surat Al Ashr ayat 3. “Maka ketahuilah sesungguhnya Allah ta’ala ketika menjelaskan tentang ahli istitsna (orang muslim) dengan iman dan amal shalehnya mereka keluar dari golongan manusia yang rugi, maka dengan itu (iman dan amal shaleh) mereka menjadi pemegang kebahagiaan dalam hidupnya dan keselamatan dari azab-Nya. Dan mereka adalah orang yang tidak mungkin menikmati kebahagiaannya sendiri saja, tetapi juga memberitahu dan saling mewasiatkan kepada sesama tentang kenikmatan menjalani ketaatan dan menjauhi larangan. Seperti firman Allah swt “Wahai orang-orang yang beriman, jauhi dari dirimu dan sesama dari api neraka.” (QS. At-Tahrim : 6) 

Sebelumnya Imam Ar-Razi menegaskan bahwa semua manusia benar-benar dalam kerugian. Imam Ar-Razi juga menuturkan bahwa saling berwasiat kepada kebenaran termasuk jalan/perintah agama seperti menuntut ilmu dan amal shalih, sedangkan berwasiat kepada kesabaran adalah yang termasuk dalam pembawaan diri dari keberatan dan kesungkanan  menjalankan perintah yang wajib. 

Setelahnya, Imam Ar-Razi mengemukakan dengan intens bahwa semua manusia berada dalam kerugian, kecuali orang yang memiliki 4 perkara : iman kepada Allah swt, amal shalih, menasihati kepada kebaikan, dan menasihati kepada kesabaran. Maka dari itu diwajibkan kepada mukallaf melaksanakan 4 perkara tersebut, di antaranya berdakwah kepada agama, saling menasihati, beramal ma’ruf dan mencegah munkar, juga mencintai sesamanya sama seperti mencintai dirinya sendiri. 

Penulis pernah mendengar dalam Studium Generale dari narasumber yang notabene berpuluh-puluh tahun berpengalaman dalam bidang dakwah, bahwa seorang da’i harus mengerti kondisi dan psikologi mad’u-nya. Tetapi bertolak belakang dengan beberapa pendakwah zaman sekarang yang mengesampingkan kondisi dan psikologi masyarakatnya sebagai objek dakwah. Maka dari itu kebanyakan dakwah mereka tertolak dan tidak laku di kalangan masyarakat

Metode dakwah dari zaman ke zaman tentulah berbeda. Dari zaman kenabian di mana Rasulullah saw berdakwah dengan cara mengumpat sebelum hijrah sampai dengan metode dakwah terang-terangan dan jelas, begitu pula dakwah nabi-nabi Allah sebelum Nabi Muhammad saw dalam menyampaikan dakwah punya metode sendiri-sendiri. Zaman sekarang adalah zaman kemajuan intelektual, teknologi dan informasi.

JM. Muslimin juga mengatakan bahwa dakwah zaman sekarang yang menarik perhatian adalah dengan metode inovasi, kontekstual, dan kreatif. Beliau juga mengatakan metode dakwah kita sedikit tertinggal karena kurangnya pengejawantahan dakwah ke dalam Teknologi Komunikasi dan Informasi. Dan beliau juga mengemukakan kaidah dakwah “metode lebih penting dari materi” (Atthoriiqotu ahammu minal maaddati). Dengan adanya dampak dari perubahan zaman karena tumbuh pesatnya teknologi, yaitu tidak menghiraukan letak geografis dalam berdakwah dan jangkauan dakwah kepada mad’u besar dan luas, seberapa banyak pengguna internet di seluruh dunia. Ini adalah sebuah kesempatan emas, bagaimana kita harus memanfaatkan peranan teknlogi agar mempersingkat jarak, ruang juga waktu dalam berdakwah, sungguh efisien dakwah dengan teknologi.

Prospek Dakwah dan Manfaatnya dengan Mengelaborasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) 

Dengan banyaknya piranti modern yang bisa kita manfaatkan sekarang, sudah seharusnya kita mampu memanfaatkannya sebaik mungkin, terutama dimanfaatkan untuk berdakwah. Arah progresif yang didapat bidang dakwah dengan mengelaborasikan dengan TIK tentunya akan semakin presisi dalam menjangkau viewers dan adsense atau yang biasa kita sebut jamaah pengajian, selaras dengan ini beberapa alasan media online adalah prospek yang bagus dalam berdakwah:

  1. Dengan adanya internet, jangkauan teknologi informasi menjadi lebih efisien dan luas, tidak mengenal ruang dan waktu serta memiliki dunianya sendiri yaitu dunia maya.
  2. Dakwah dengan metode ini merupakan dakwah modern dan dipastikan banyak peminatnya apalagi kawula muda penikmat gadget.
  3. Evolusi dakwah ini merupakan metode apik dan terbaru, merestorasi cara dakwah zaman dahulu yang notabene telah usang dan sepi pendengarnya.

Tetapi di samping itu, ada juga stigma negatif dari metode modern ini. Beberapa di antaranya:

  1. Banyaknya spekulasi negatif dan terkadang menjatuhkan dari pendengar dakwah. Spekulasi seperti inilah membuat pendakwah online kurang suka untuk terjun ke dunia maya.
  2. Karena metode modern, terkadang kita menemukan perangai manusia dengan akhlak modern juga, Emha Ainun Najib menuturkan dalam buku karangannya dan menginterpretasikan manusia modern cenderung mempunyai sifat “jiwa muda” atau menginginkan perubahan dan melakukan perlawanan, statement yang berseberangan sedikit dengan pemikiran pemilik perangai tersebut bisa saja mereka meluncurkan rasisme dan kritik pedas dari jari-jari mereka.

Dakwah dalam Bingkai Syar’i

Maksud dalam kata “Bingkai Syar’i” tersebut adalah mengikuti dakwah secara sistematik diiringi akhlak dan adab yang baik layaknya Rasullullah saw dalam berdakwah sesuai ketentuan Islam. Saya akan mengutip beberapa hadis sahih nabi sebagai kategori dakwah  sesuai akhlak dan adab Nabi.

  • Mencegah Memanggil Seseorang Menggunakan Nama Kuniyah

Memanggil orang dengan nama julukan selama proses jalannya dakwah sebaiknya tidak dilakukan, melihat implikasi dari penamaan julukan dari orang yang bersangkutan jika ia tidak berkenan atas penamaan julukan tersebut, dapat menyebabkan terpancingnya amarah.

  • Melarang Penyebutan Seseorang dengan Nama 

Diriwayatkan dari Samurah bin Jundab berkata “Rasulullah saw melarang kita untuk memanggil nama budak kita dengan 4 nama: sang merdeka, sang beruntung, sang dipermudah, sang bermanfaat.” (HR. Muslim)

Hadis tersebut menjelaskan secara substantif bahwa Rasulullah saw melarang kita untuk memanggil seseorang dengan nama yang tidak sesuai dengan dirinya aslinya. Karena akan menimbulkan kesalahpahaman dan merasa tersindir atas sebutan tersebut, begitu pula sama halnya dalam sistem berdakwah.

  • Dianjurkan Memanggil Seseorang Menjadi Nama yang Bagus

Mungkin ini adalah kategori memperbaiki nama seseorang dari beberapa problem yang telah tertera diatas, agar diganti menjadi nama yang enak didengar dan tidak sampai menyindir yang bersangkutan.

Dan kategori di atas dinukil dari bab-bab Shahih Muslim yang bisa diterapkan dalam sistem dakwah zaman sekarang, dan mungkin juga bisa sistem dakwah online yang telah dijelaskan penulis di awal.

Mari sama-sama memaksimalkan kehadiran dan perkembangan teknologi zaman kini, salah satunya dengan berdakwah dengan berbagai macam manfaatnya menggunakan TIK, juga untuk kader-kader bangsa menjawab tantangan global, lalu sama-sama memanfaatkan sarana-sarana modern demi kemajuan agama juga bangsa, wallahua’alam.

Referensi

Emha Ainun Nadjib. 1994. Sedang Tuhan pun Cemburu. Jakarta: Bentang Pustaka

Al-Imam Fakhruddin Muhammad Ar-Razii. Mafatiih Al-Ghaib. Mesir: Maktabah Taufiqiyyah

Departemen Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Al-Mizan Publishing House

Shafiyyu Ar-Rahman Al-Mubarokfurri. 2013. Rahiqul Makhtum. Riyadh: Montada Althaqofa

Al-Imam Abi Husein Muslim ibn Al Hajjaj. Sahih Muslim. Madinah: Daar El-Hadiits

This Post Has One Comment

  1. Ariefu

    Good

Leave a Reply